NovelToon NovelToon
Gadis Rasa Janda

Gadis Rasa Janda

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengasuh / Ibu susu
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: MahaSilsi24

Hutang pinjol 120 juta menjerat Juwita, padahal ia tak pernah meminjam. Demi selamat dari debt collector, ia nekat jadi pengasuh bayi. Tapi ternyata “bayi” itu hanyalah boneka, dan majikannya pria tampan penuh misteri.

Sebuah kisah absurd yang mengguncang antara tawa, tangis, dan cinta inilah perjalanan seorang gadis yang terpaksa berperan sebagai janda sebelum sempat menikah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MahaSilsi24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Senyum-Senyum Sendiri

Di kamar lantai dua, Juwita berbaring miring sambil memeluk guling. Lampu tidur redup membuat suasana semakin syahdu. Namun matanya sama sekali tak mau terpejam. Ia mengguling ke kiri, ke kanan, lalu menutup wajah dengan bantal.

“Ya Allah, malu banget tadi.”

Bayangan Zergan yang jongkok di depannya, dengan tangan dingin mengompres kakinya, terus terulang di kepalanya. Belum lagi saat telinganya sendiri mendengar tawa lepas pria itu tawa yang jarang sekali muncul.

“Gila sih, majikan keren gitu ketawa gara-gara aku joget Keong Racun. Hadeh, Wit, Wit bisa mati gaya kalau kebawa mimpi.”

Ia menepuk pipinya sendiri, yang entah kenapa masih terasa panas. Setiap mengingat kalimat terakhir Zergan sebelum berpisah tadi ‘lain kali kalau mau joget, jangan diam-diam. Biar sekalian aku lihat’ dadanya langsung berdegup kencang.

“Ngaco banget, Wit. Jangan GR! Itu pasti cuma becandaan. Bener, kan? Kan?” gumamnya, tapi senyumnya malah merekah.

Sementara itu, di kamar lain, Zergan duduk di kursi dekat jendela dengan segelas air putih. Pandangannya kosong menatap halaman gelap, tapi di bibirnya ada senyum samar yang sulit disembunyikan.

Sudah lama ia tidak tertawa selepas itu. Sejak kecelakaan lima bulan lalu, rasanya semua warna hidupnya pudar. Tapi malam ini, seorang pengasuh kampung dengan joget norak dan musik dangdut koplo berhasil menyalakan lagi sesuatu dalam dirinya.

“Keong Racun,” gumamnya pelan, lalu menggeleng tak percaya. “Dasar aneh. Tapi kenapa aku jadi ingin dengar lagi.”

Tangannya meraih ponsel di meja. Ia membuka aplikasi musik, mengetik judul lagu yang tadi sempat ia dengar sekilas. Saat suara khas dangdut itu mengalun di kamar megahnya, Zergan menutup mata dan tersenyum.

Untuk sesaat, luka masa lalu terasa sedikit lebih ringan.

Pagi datang lebih cepat dari yang diperkirakan Juwita. Setelah malamnya sulit tidur, ia terbangun dalam keadaan tubuh agak pegal. Alarm ponselnya berdering pelan, membuatnya buru-buru bangkit.

Matanya masih berat, tapi begitu menoleh ke ranjang bayi, ia melihat Princess sudah menggeliat kecil. Boneka mungil itu membuka matanya yang bulat, lalu tersenyum samar seakan menyapa.

“Pagi, Princess sayang,” Juwita meraih si kecil, menggendongnya perlahan. “Ya Allah, senyummu itu loh, bikin lupa semalem aku ketahuan joget sama si bos.”

Ia menggeleng sendiri, lalu menyiapkan keperluan bayi seperti biasa. Mengganti popok, membersihkan tubuh mungilnya, hingga menyuapinya dengan penuh kelembutan.

Tak lama kemudian, terdengar ketukan di pintu.

Tok… tok…

“Juwita, sudah siap?” Suara Zergan dari luar.

Sekujur tubuh Juwita langsung kaku. Ia menoleh pada Princess sambil berbisik, “Astaga, Princess, itu papamu. Aku belum mandi, belum sisiran, wajah masih kayak zombie. Gimana ini?”

Dengan panik ia merapikan rambut asal-asalan, lalu membuka pintu sedikit.

“I-iya, Tuan. Sudah kok.”

Zergan berdiri rapi dengan setelan kerja formal, kemeja putih bersih dan jas hitam. Rambutnya disisir klimis, membuat aura CEO kembali melekat sempurna.

“Biar kubantu bawa Princess turun.” ucapnya datar, tapi sorot matanya lembut.

“Eh, nggak usah, Tuan. Saya bisa.”

Namun sebelum ia selesai menolak, Zergan sudah melangkah masuk, lalu dengan hati-hati mengangkat Princess dari pelukan Juwita. Gerakannya luwes, seolah ia terbiasa menggendong bayi. Princess pun tertawa kecil, seakan nyaman berada di dekapan ayahnya.

Melihat itu, Juwita terdiam. Ada sesuatu yang menghangat di dadanya. Lelaki yang dulu dikenal dingin dan kaku, ternyata bisa selembut ini saat bersama putrinya.

“Ayo.” Zergan menoleh pada Juwita. “Kau ikut di belakang. Jangan lupa bawa perlengkapannya.”

Juwita hanya mengangguk patuh. Ia menenteng tas bayi, lalu berjalan mengikuti Zergan menuruni tangga. Pemandangan itu sebetulnya sederhana ayah menggendong anak, pengasuh menuntun di samping. Tapi bagi keluarga Tanubrata yang sejak lama merindukan senyuman Zergan, itu adalah pemandangan yang luar biasa.

Di ruang makan, Marlina dan Herman sudah menunggu. Meja panjang itu terisi berbagai menu sarapan: bubur ayam, roti bakar, omelet, hingga susu hangat.

Begitu melihat Zergan turun sambil menggendong Princess, wajah Marlina langsung berbinar. “Ya ampun, Pi, lihat itu! Hati Mami langsung meleleh.”

Herman hanya terkekeh. “Mami benar, Mi. Rasanya baru kali ini sejak lama kita lihat suasana pagi kayak gini.”

Juwita buru-buru menaruh tas bayi dan membantu menyiapkan kursi kecil untuk Princess. Setelah itu, ia duduk di ujung meja, mencoba tidak mencuri perhatian.

Zergan menaruh Princess di kursi bayi khusus yang sudah disiapkan, lalu duduk di sebelah putrinya. Ia menatap Juwita sekilas, membuat gadis itu salah tingkah.

Marlina pura-pura batuk kecil. “Ehem, Zergan. Bagaimana tidurmu semalam? Mami dengar ada suara ribut sedikit di dapur.”

Juwita langsung menunduk, pipinya memanas. Ya ampun, jangan bilang Mami dengar waktu aku jerit gara-gara kopi panas.

Zergan santai mengambil sendok bubur. “Tidak ada apa-apa, Mi. Hanya sedikit insiden kecil. Sudah beres.”

“Insiden kecil?” Herman ikut penasaran. “Maksudmu apa?”

Sebelum Zergan menjawab, Marlina memandang Juwita penuh arti. Gadis itu langsung gelagapan, hampir saja tersedak roti.

“E-eh, i-iya, cuma saya aja, Pak, Bu. Nggak sengaja jatuhin kopi. Untung ada Tuan Zergan yang … ya, menolong.” ucapnya terbata-bata.

Marlina tersenyum samar. Ia bisa membaca rona wajah keduanya yang jelas-jelas menyimpan sesuatu. Namun ia memilih tidak menekan lebih jauh, hanya menatap Herman dengan tatapan ‘kau lihat kan?’.

Suasana sarapan berlangsung hangat. Sesekali Princess berceloteh dengan suara khas bayi, membuat semua orang tertawa kecil. Zergan bahkan sempat menyuapi putrinya bubur dengan sabar, sesuatu yang jarang terjadi.

Sementara itu, Juwita lebih banyak diam, menunduk sambil menyibukkan diri mengelap sudut mulut Princess. Dalam hatinya, ia terus mengulang kejadian semalam, lalu membandingkannya dengan pagi ini.

“Aneh, kok aku merasa nyaman banget, padahal biasanya deg-degan kalau dekat dia.”

Usai sarapan, Zergan meneguk kopi hitam terakhirnya, lalu berdiri. Ia merapikan jas, lalu menoleh ke arah orang tuanya.

“Aku berangkat kerja.”

Marlina buru-buru bangkit. “Hati-hati, Nak. Jangan terlalu capek di kantor.”

Herman menepuk bahunya. “Jaga kesehatan. Papi dan Mami di rumah, kau tenang saja.”

Zergan mengangguk, lalu matanya beralih ke Juwita. Sekilas saja, tapi cukup untuk membuat gadis itu salah tingkah.

“Kau jaga Princess baik-baik. Jangan lupa kalau ada apa-apa langsung lapor pada Mami.”

“I-iya, Tuan. Siap.” Juwita refleks duduk lebih tegak, seperti anak sekolah ditegur guru.

Zergan menunduk sebentar, lalu tersenyum tipis. “Dan … hati-hati kalau bikin kopi. Jangan sampai ada drama lagi.”

Ucapan itu membuat Juwita terbelalak. Marlina dan Herman pura-pura sibuk mengelap tangan dengan serbet agar tidak tertawa keras.

“Baik, Tuan.” jawab Juwita dengan wajah semerah tomat.

Zergan hanya mengangguk, lalu melangkah keluar. Suara pintu utama yang tertutup pelan menjadi penanda kepergiannya.

Begitu suasana tenang, Marlina menoleh ke arah Juwita dengan tatapan penuh makna.

“Juwita.”

“Eh, iya, Bu?” Juwita gugup.

Marlina tersenyum hangat. “Terima kasih, ya. Sejak kau ada di sini, banyak perubahan di rumah ini. Apalagi Zergan… Mami benar-benar senang.”

Juwita mengerjap, tak tahu harus menjawab apa.

Herman menimpali dengan suara rendah, “Kau jangan sungkan, Nak. Anggap saja rumah ini rumahmu sendiri.”

Hati Juwita mendadak hangat. Ia menunduk, berusaha menahan senyum. “Terima kasih, Papi, Mami. Saya cuma pengasuh, tapi saya akan lakukan yang terbaik.”

"Ya benar, panggil kami Mami Papi saja, jangan malu jangan segan."

Di luar rumah, mobil hitam Zergan melaju perlahan meninggalkan halaman. Namun di dalam kabin, pikirannya masih tertinggal di dapur semalam juga di meja makan barusan.

Entah sejak kapan, suara tawa Juwita, wajah polosnya yang memerah, bahkan goyangan noraknya, mulai mengisi ruang kosong dalam hati seorang Zergan Tanubrata.

1
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍😍
Zainab Ddi
🤣🤣🤣🤣emang enak Juwita ketahuan ngomongi xergan
Hesty
ka bikin desi diusir.. jgnada pelakorrrr...
Zainab Ddi
wah Juwita kelabakan nih mau dipecat 🤣🤣🤣
Zainab Ddi
sama author aku suka ceritanya lucu kadang bikin ketawa sendiri 💪🏻💪🏻💪🏻
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah xergan terima lg deh
Zainab Ddi
author makasih Uda update banyak ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
🤣🤣🤣dasar Juwita
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
mami Malinau dan papinya bahagia melihat zergan
Zainab Ddi
author seneng banget update nya banyak🙏🏻🙏🏻😍😍😍💪🏻
Zainab Ddi
🤣🤣🤣dasar Juwita pake acara nyanyi lg gimana zergan ngak kerawa
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah Juwita lansung bertindak demi utang Uda dikubasin bikin Desi tambah iri nih
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah jangan Juwita disuruh jdi istrinya nih semoga ya
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍😍
callyouMaijoi: makasih ya udah setia menunggu ceritanya 🥰
total 1 replies
Zainab Ddi
kaysky Desi nih ngasih tahu def kolektor biar Juwita di usir Dedi kan iri
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!