Lihat, dia kayak hantu!"
"iya dia sangat jelek. Aku yakin sampai besar pun dia akan sejelek ini dan tidak ada yang mau mengadopsinya."
"Pasti ibunya ninggalin dia karena dia kutukan."
"Coba lihat matanya, kayak orang kesurupan!"
"iya ibunya membuangnya Karena pembawa sial." berbagai macam cacian dan olokan dari teman-temannya,yang harusnya mereka saling mengerti betapa sakitnya di buang tetapi entah mengapa mereka malah membenci Ayla.
Mereka menyembunyikan sendalnya, menyiramkan air sabun ke tempat tidurnya, menyobek bukunya, bahkan pernah mengurungnya di kamar mandi hingga tengah malam. Tapi Ayla hanya diam,menahan,menyimpan dan menelan semua dengan pahit yang lama-lama menjadi biasa.
Yang paling menyakitkan adalah bahwa tidak ada satu pun orang dewasa di panti yang benar-benar peduli. Mereka hanya melihat Ayla sebagai anak yang terlalu pasrah. Kalau ia dibully, itu pasti karena ia sendiri yang terlalu lemah.
Di sekolah, semuanya lebih buruk lagi..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widya saputri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertempuran Dua Dunia
Rumah Harapan yang baru saja pulih dari serangan sebelumnya, kembali diguncang. Kali ini Joseph tak hanya mengirim orang, tapi langsung meledakkan sebuah mobil di depan gerbang sebagai peringatan. Suara ledakan membuat kaca-kaca pecah, anak-anak berteriak ketakutan, dan beberapa relawan terluka ringan.
"Cepat! Bawa anak-anak ke aula! Jangan ada yang tertinggal!" Ayla berteriak panik
Arman segera menggendong salah satu anak kecil yang pingsan karena syok. Polisi datang terlambat, Joseph dan anak buahnya sudah menghilang. Hanya ada pesan di dinding gerbang, ditulis dengan cat merah
“Rumah Harapan akan runtuh. Ini janji J.”
Ayla menggenggam tangannya erat, tubuhnya gemetar. Tapi di balik ketakutan, matanya menyala dengan amarah.
"Kalau dia pikir bisa membuat kita menyerah, dia salah besar. Kali ini, kita yang akan menyerangnya balik."
Serangan Joseph tidak berhenti di situ. Esoknya, perusahaan Ayla mendapat sabotase baru kontrak besar dengan investor asing dibatalkan karena adanya laporan palsu tentang keterlibatan Ayla dalam pencucian uang. Media sosial penuh dengan hashtag #AylaPenipu.
Rani dan Nina langsung turun tangan.
Rani, dengan jaringan sosial dan acara amalnya, mengadakan konferensi pers darurat. Ia menghadirkan para anak panti dan saksi-saksi yang membuktikan integritas Ayla.
Nina, sebagai pengacara, langsung melayangkan gugatan balik terhadap media yang menyebarkan berita bohong. Ia juga menghubungi lembaga internasional untuk memantau kasus ini.
“Kami tidak akan tinggal diam. Ini bukan hanya tentang Ayla, tapi tentang keadilan bagi semua anak yang dilindungi oleh Rumah Harapan.” Kata Nina tegas di depan kamera
Di media, suara publik mulai terpecah. Ada yang percaya fitnah, tapi semakin banyak yang justru bersimpati melihat Ayla berjuang di tengah ancaman nyata.
Melihat lawannya tidak goyah, Joseph semakin brutal. Ia mengirim orang bayaran bersenjata menyerang konvoi logistik makanan yang sedang menuju Rumah Harapan. Truk terbakar, relawan terluka.
Arman yang mendengar kabar itu hampir meledak.
“Kita tidak bisa hanya bertahan! Kita harus mengejarnya, menghancurkan jaringannya dari dalam!” Arman sangat marah sambil menggenggam tangan ayla
Tapi Ayla menatapnya dalam-dalam.
"Arman, aku tahu kau ingin melindungi kami dengan kekuatan. Tapi Joseph ini ibarat racun. Kalau kita melawannya dengan cara yang sama, kita hanya akan tenggelam bersamanya. Kita harus lebih cerdas dari dia.” Kata Ayla dengan tenang
Mereka mulai membalik keadaan. Ayla, Rani, dan Nina membuat strategi
Strategi Media → Ayla melakukan wawancara eksklusif dengan salah satu stasiun TV nasional. Di siaran langsung, ia menceritakan kisah hidupnya, luka masa lalu di panti, dan bagaimana Rumah Harapan lahir. Air matanya yang jatuh di depan kamera membuat jutaan penonton tersentuh.
"Rumah Harapan bukan milik saya. Rumah ini milik semua anak yang pernah merasa ditinggalkan. Jika ada yang ingin menghancurkan saya, silakan tapi jangan pernah menyentuh anak-anak itu. Mereka tidak punya siapa-siapa lagi selain rumah harapan. Kalau rumah harapan hancur,apa yang akan terjadi dengan anak-anak itu." Ucap Ayla di salah satu stasiun TV.
Strategi Hukum → Nina berhasil mendapatkan bukti bahwa sebagian dana Joseph berasal dari jaringan ilegal lama Darmawangsa. Bukti ini mulai masuk ke meja penyidik, membuka peluang besar untuk menjatuhkan Joseph secara hukum.
Strategi Sosial → Rani menggelar konser amal besar-besaran. Ribuan orang hadir, selebriti ikut tampil, dan hasil penggalangan dana langsung masuk ke rekening Rumah Harapan. Media sosial penuh dengan hashtag tandingan #BersamaAyla dan #RumahHarapanTidakSendiri.
Joseph yang menyaksikan itu semua di markasnya, memecahkan gelas dengan marah.
"Perempuan itu selalu bangkit. Baiklah, kalau begitu kita lihat siapa yang berdarah duluan.”
Beberapa hari kemudian, Joseph melancarkan serangan paling berani. Ia sendiri yang memimpin sekelompok orang untuk menyusup ke Rumah Harapan. Tengah malam, pagar dirusak, alarm berbunyi, dan suara tembakan terdengar di halaman.
Ayla yang sedang menemani anak-anak kecil, hampir tak bisa bernapas karena panik. Arman melindunginya, sementara polisi yang sudah disiagakan sejak lama segera terlibat baku tembak dengan anak buah Joseph.
Namun yang mengejutkan, Surya berhasil masuk ke dalam aula. Ia berdiri hanya beberapa meter dari Ayla, wajahnya penuh kebencian.
"Lihatlah! Semua yang kau bangun ini akan hancur! Aku akan membuatmu berlutut di hadapanku!" Suara Joseph berteriak
Ayla menggenggam tangan Arman, tapi kali ini ia berdiri tegak, menghadapi Joseph dengan keberanian.
"Aku tidak takut padamu lagi, Joseph. Kau bisa merusak harta, kau bisa menodai nama baikku tapi kau tidak akan pernah bisa merusak jiwa anak-anak ini. Mereka lebih kuat dari kebencianmu.” Kata Ayla tegas.
Seketika polisi menyerbu masuk. Joseph hampir tertangkap, tapi ia melempar granat asap dan berhasil lolos ke dalam kegelapan.
Rumah Harapan penuh dengan bekas luka dinding bolong karena peluru, kaca pecah, anak-anak trauma. Ayla menangis saat memeluk mereka satu per satu.
Namun di balik itu semua, ada api semangat baru. Kali ini masyarakat luas sudah melihat sendiri kekejaman Surya. Media nasional menyiarkan rekaman CCTV serangan itu, membuat dukungan untuk Ayla semakin deras.
"Dia boleh lolos malam ini, tapi tidak selamanya. Kita akan menang, Ayla. Bersama.” Arman memeluk Ayla dengan erat.
Ayla dengan suara bergetar tapi penuh tekad
"Ya. Ini belum akhir. Justru ini baru awal.”
**
Malam setelah serangan brutal Joseph, Rumah Harapan masih dipenuhi bayang-bayang teror. Jendela yang pecah ditutup papan, anak-anak tidur dengan lampu menyala karena takut gelap, dan relawan bergantian berjaga.
Ayla berdiri di depan aula yang masih penuh debu, tangannya menyentuh coretan merah yang ditinggalkan Joseph di dinding. Hatinya perih, tapi kali ini bukan lagi karena ketakutan, melainkan karena tekad yang semakin kuat.
“Kalau aku menyerah, Surya menang. Tapi kalau aku bangkit, semua ini akan jadi saksi bahwa kebenaran lebih kuat dari kebencian.” Ayla berbisik pada dirinya sendiri
Ayla, Arman, Nina, Rani dan Bu Asih duduk bersama di ruang rapat kecil. Mereka sepakat untuk membuat tim investigasi independen demi mengumpulkan bukti bahwa semua tuduhan terhadap Ayla palsu.
"Kali ini kita harus mempunyai rencana ya g benar-benar matang. Kita tidak bisa membuat Joseph lolos lagi." Kata Rani
"Benar,lalu ini semua harus berjalan dengan lancar. Ulang Joseph ini membuat banyak kerugian bagi kita." Lanjut Nina
Mereka membagi tugas masing-masing sesuai dengan kemampuannya.
Nina memimpin jalur hukum, menelusuri dokumen kontrak dan keuangan yang dituduh palsu.
Rani menggunakan jaringan sosialnya untuk mencari saksi mata yang pernah melihat ulah Joseph.
Arman menghubungkan mereka dengan penyelidik swasta dan media internasional.
Ayla sendiri turun langsung, mengunjungi anak-anak panti lama yang dulu pernah menjadi korban jaringan Joseph,berharap bisa menemukan bukti baru.
Mereka tidak lagi hanya bertahan. Kini mereka bergerak menyerang balik.
Untung saja beberapa ada yang Ayla tahu rumah orang yang mengadopsinya.
Bu Asih bertugas memastikan anak-anak tidak trauma berlebihan.
Bersambung...
kok teror melulu sich 🤦
maaf y thooor 🙏