Mayor Buluk (Bujang Lapuk) Meet Janda Kembang

Air matanya jatuh, tangisnya pecah tak tertahan, dua dekade lebih, pria yang sudah dimakan usia tersebut dan memiliki banyak garis keriput di wajahnya tak menyangka bahwa tepat di hari ini, tuhan telah mengabulkan doanya.

Kemudian netranya beralih ke arah Ainun yang saat ini posisi duduknya tepat disamping suaminya.

Sedangkan untuk Mayor Arsen sendiri, ia menjadi semakin penasaran dibuatnya.

Lalu Jendral Angkasa bangkit dari atas tempat duduknya, ia bergegas pergi ke arah Ainun.

"Zakiyah, kau adalah putriku!" ujarnya seraya menatap tak percaya.

Sedangkan Ainun sendiri, ia malah menjadi kebingungan atas perkataan dari Jendral Angkasa kepadanya.

Mayor Arsen dan juga Letkol Suprapto sudah meyakini hasilnya sesuai dengan harapan.

"Zakiyah, kau adalah putriku yang telah lama hilang!" ucapnya sembari menggenggam kedua tangan Ainun.

Ainun yang masih dalam posisi terpaku, ia menatap tak percaya atas apa yang telah dikatakan oleh Jendral Angkasa.

"Z zakiyah, putri anda? S saya benar-benar tidak mengerti Pak Jendral!" Ainun sampai terbata.

Sedangkan untuk Jenderal Angkasa, ia ingin sekali memeluk putrinya yang sudah lebih dari dua puluh tahun menghilang.

"Kau lihatnya hasil tes DNA ini? Semuanya sudah membuktikan dengan sangat jelas bahwa kau adalah putriku yang telah hilang, kau adalah darah dagingku!" Jendral Angkasa sampai terjatuh lalu menempatkan kedua lututnya di atas lantai, ia menghadap ke arah Ainun yanh saat ini sedang duduk di samping suaminya, ia sendiri tak menyangka akan kejadian seperti ini.

"Kenapa bisa jadi seperti ini? Bagaimana caranya Pak Jendral melakukan tes DNA ini?" Ainun masih belum bisa menerima kenyataan, ia masih belum percaya seratus persen bahwa dirinya adalah putri dari seorang Jendral.

Sampai akhirnya Mayor Arsen angkat bicara.

"Maafkan aku, Istriku! Pada saat aku mengeringkan rambut mu dengan Hairdryer, aku sengaja mengambil beberapa helai rambut milikmu untuk melakukan tes DNA, apalagi setelah aku cerita kepada Jenderal Angkasa soal asal-usul mu, rupanya begitu mirip dengan kejadian yang telah dialami oleh putri dari Jendral Angkasa, istriku Ainun...kini kau telah menemukan keluargamu yang sebenarnya, percayalah bahwa semua ini sudah menjadi suratan takdir dari Allah!" jawabnya penuh ketegasan.

Ainun sampai menutup mulut karena kaget, ia akhirnya menatap wajah Jendral Angkasa yang saat ini posisinya berada tepat dihadapan.

"Putriku, peluk Papah Nak, Papah sangat merindukanmu!" Jendral Angkasa sampai merentangkan kedua tangannya di hadapan Ainun, berharap Ainun mau memeluknya dan memanggilnya dengan sebutan Papah.

"Papah, benarkah kau adalah Papahku? Papah yang selama ini selalu aku nanti kehadirannya, karena aku fikir hidupku hanya sebatang kara, tapi ternyata tidak!" jawabnya sampai air matanya terus berjatuhan.

Dan pada akhirnya, Ainun memeluk Papahnya dengan sangat erat, punggungnya sampai gemetar karena terus saja menangis.

Ia masih tak menyangka akan peristiwa ini, sungguh diluar dugaannya.

Kemudian Jendral Angkasa mengalihkan pandangannya ke arah Menantunya.

"Terimakasih Mayor Arsen, selama ini kau telah melindungi putriku dan menjaganya dengan sangat baik!" ucapnya sampai menggenggam pundaknya.

"Sama-sama Pak Jendral!" jawabnya sampai membungkuk, ia pun tak menyangka bahwa dirinya saat ini adalah seorang menantu dari seorang Jendral.

"Jangan kau panggil aku Pak Jendral, tapi panggil aku Papah!" perintahnya secara tegas.

"Baik Pak Jendral, maksud saya Baik Pah!" jawabnya gugup

🍂🍂🍂🍂🍂

Setelah mengetahui Ainun adalah putri dari Jendral terkemuka di negeri ini, semua orang tak pernah menyangkanya apalagi Ainun, sedangkan untuk Kayla sendiri ia sampai syok dibuatnya.

"Ya ampun, jadi selama ini Ainun adalah putri seorang Jendral? Untung saja aku tidak berbuat yang aneh-aneh dengannya, semoga kau selalu berbahagia Nun, aku akan mendoakan yang terbaik untukmu!" gumamnya pelan.

Hari ini Jendral Angkasa meminta Ainun dan juga Mayor Arsenio untuk menginap dirumahnya, rumah yang sudah dua dekade ini begitu teramat sepi, Jenderal Angkasa sendiri selama ini hidupnya sangat kesepian, ia merupakan seorang anak tunggal dari seorang veteran yang memiliki nasib beruntung, atas kegigihannya, ia bisa mencapai di titik ini. Ia merupakan seorang anak tunggal, isu sebabnya saat mendiang istrinya meninggal akibat di bunuh serta putri semata wayangnya diculik oleh musuh bebuyutannya, akhirnya hidupnya begitu teramat sepi, dari situlah Jendral Angkasa berambisi untuk bisa berada di titik ini meskipun ia harus berjuang seorang diri tanpa adanya dukungan dari orang-orang terkasih, meskipun hidupnya dalam kehampaan, tapi ia sangat meyakini bahwa suatu saat nanti ia akan kembali di pertemukan dengan putrinya dan benar saja, pada hari ini semua penantiannya terjawab sudah.

Ainun tampak tak asing dengan rumah yang saat ini ia pijak, rasanya begitu familiar dan hangat.

'Benarkah dulu aku tinggal di rumah ini?' tanyanya tak percaya.

Ini adalah rumah yang ia dapatkan dari hasil kerja kerasnya selama bekerja sebagai seorang abdi negara, rumah yang tidak begitu mewah dan bisa di golongkan sederhana ini terlihat begitu nyaman.

"Putriku, dari dulu Papah tidak mau pindah dari rumah ini, karena terlalu banyak kenangan manis dan juga indah bersamamu dan juga mendiang ibumu!" ucapnya menjelaskan.

Sedangkan Mayor Arsen menyimak setiap percakapan antara Ayah dan anak yang baru saja dipertemukan setelah sekian lamanya.

"Aku juga rasanya sudah tidak asing lagi berada di rumah ini, mungkin karena aku dulunya pernah tinggal di sini!" jawabnya sembari mengedarkan pandangannya ke arah sekitar.

Lalu Jendral Angkasa merangkulnya.

"Dulu saat kau lahir, Papah merasa sangat bahagia karena Papah begitu menginginkan seorang anak perempuan yang cantik, dan tuhan telah mengabulkan doaku, kau begitu mirip dengan ibumu!" Jendral Angkasa sampai memejamkan kedua bola matanya, ia mengulas kembali tabir masalalunya.

Ainun yang melihat kondisi Papahnya yang menurutnya cukup menyedihkan karena harus hidup kesepian tanpa hadirnya ia dan juga mendiang ibunya.

"Pah, sekarang Ainun sudah kembali, atau tepatnya Zakiyah putrinya Papah, Papah jangan bersedih lagi ya, Ainun ingin melihat Papah tersenyum bahagia!" kedua bola matanya sampai berkaca-kaca, Ainun hampir saja kembali menangis.

Kemudian Jendral Angkasa membawa putri dan menantunya ke lantai dua, dimana di sana terdapat dua kamar tidur dan salah satunya adalah kamar Ainun sewaktu ia kecil dulu.

Ainun pun masih tak percaya atas apa yang telah ia lihat di hadapannya.

sebuah kamar dengan dekorasi bak putri kerajaan, membuatnya menangis haru, langkahnya yang pelan dan tertuju ke arah lemari pakaiannya yang masih terlihat bagus dan terawat di dalam lemari kaca, Ainun membuka lemari tersebut secara perlahan lalu meraih salah satu pakaian sejenis gaun karena begitu menarik perhatiannya, kemudian ia memeluknya, entah kenapa ada sesuatu yang aneh yang telah ia rasakan terhadap gaun yang ia peluk saat ini.

Jendral Angkasa mendekat lalu mengatakan sesuatu kepada putrinya.

"Itu adalah gaun kesayanganmu, dulu mendiang ibumu yang telah membelikannya, kau sampai tidak mau melepaskan pakaian itu Nak!" ucapnya sampai ikut memandangi gaun cantik milik Ainun sewaktu kecil dan itu adalah gaun terakhir dari mendiang istrinya.

Kemudian netranya beralih ke arah pas poto dirinya bersama seorang wanita yang wajahnya begitu mirip dan duduk di sampingnya sedangkan Papahnya berada di sebelah kiri telah terpajang di dinding kamar dekat lemari kaca.

"Itu adalah Ibumu Nak, dan itu dalah foto terakhir kita bersama mendiang ibumu!" jawabnya dengan suaranya yang cukup berat.

Entah kenapa Ainun merasakan nyeri di dadanya, apalagi setelah ia tahu bahwa mendiang ibunya tewas karena dibunuh.

"Pah, bisakah Papah menceritakan peristiwa dimana Mamah telah meninggal karena di bunuh?" Ainun benar-benar di buat penasaran akan peristiwa menyakitkan itu.

Bersambung...

🌸🌸🌸🌸🌸