NovelToon NovelToon
MAFIA DAN GADIS BUTA

MAFIA DAN GADIS BUTA

Status: tamat
Genre:Mafia / Balas Dendam / CEO / Romansa / Roman-Angst Mafia / Dark Romance / Tamat
Popularitas:59.1k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

SEQUEL KEDUA ANAK MAFIA TERLALU MENYUKAIKU!

Lucas Lorenzo yang mendapati kenalan baiknya Philip Newton berada di penjara Santa Barbara, ketika mengunjunginya siapa sangka Lucas dimintai tolong oleh Philip untuk menyelamatkan para keponakannya yang diasuh oleh sanak keluarga yang hanya mengincar harta mendiang orang tua mereka.

Lucas yang memiliki hutang budi kepada Philip pun akhirnya memutuskan untuk membantu dengan menyamar menjadi tunangan Camellia Dawson, keponakan Philip, agar dapat memasuki kediaman mereka.

Namun siapa sangka ketika Lucas mendapati kalau keponakan Philip justru adalah seorang gadis buta.

Terlebih lagi ada banyak teror di kediaman tersebut yang membuat Lucas tidak bisa meninggalkan Camellia. Ditambah adanya sebuah rahasia besar terungkap tentang Camellia.

Mampukah Lucas menyelamatkan Camellia dari orang yang mengincarnya dan juga kebenaran tentang gadis itu? Lalu bagaimana jika Camellia tahu bahwa Lucas adalah seorang mafia?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 35. KEGILAAN DAN RASA AMAN

Kamar itu masih penuh akan erangan ketika Camellia mengetuk pelan pintu Briana. Ia tahu apa yang ia lihat beberapa menit lalu tak mungkin salah. Tapi dengan keteguhan hati, ia tetap menyusun wajah tenangnya, wajah gadis buta yang tak tahu apa-apa. Ia hanya ingin mendengar kebohongan itu keluar dari mulut Briana sendiri. Yang mana akan menjadi bukti, bahwa Camellia melihat semuanya.

Pintu terbuka sebagian. Cahaya lampu yang hangat menyinari tubuh Briana yang masih duduk berbaring di ranjang, lebih tepatnya di bawah tubuh Adrian yang kini terkejut oleh kehadiran tiba-tiba Camellia. Rambutnya kusut tapi senyumnya licik. Napas Briana terengah dengan wajah mengernyit tak suka karena gangguan yang diberikan oleh Camellia.

"Oh, Camellia," ucap Briana manis, seakan tak terjadi apa-apa. "Kenapa ke sini? Tidak bisa tidur? Butuh sesuatu?" tanyanya.

"Aku hanya ... merasa seperti mendengar suara Adrian. Apa dia ada di sini?" tanya Camellia, berusaha tenang.

"Oh?" Briana tertawa kecil. "Kau memang punya pendengaran yang tajam ya, Lia. Tapi kau pasti keliru. Adrian tidak ada di sini. Bagaimana mungkin dia bisa ada di sini." Ia bangkit memeluk Adrian yang menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Briana.

Adrian hanya mengerang kecil ketika Briana melakukan sesuatu pada diri pria itu, seolah sengaja agar Adrian mengeluarkan suara. Tapi ia menahannya dan justru memelototi Briana.

"Tidak ada siapa-siapa di sini selain aku dan gelap malam," lanjut Briana dengan suara menggoda. Lalu, ia mencondongkan tubuhnya, menempelkan ciuman di rahang Adrian dengan gerakan lambat yang disengaja.

Camellia diam. Matanya menatap tepat ke arah ciuman itu, tapi wajahnya tetap datar, berusaha memainkan wajah seorang gadis yang tidak bisa melihat. Namun dalam hati ia benar-benar ingin melempar dua orang itu dengan vas atau benda keras lainnya. Merasa jijik dengan kelakuan mereka berdua yang seperti binatang.

"Kau baik-baik saja, Lia?" tanya Briana pura-pura khawatir, sambil dengan santai mengusap bibirnya yang basah oleh ciuman barusan. "Kau bisa tahu aku apa pun, aku akan menolongmu."

Camellia menelan napasnya. "Tentu, Briana. Kau memang selalu ada, bahkan ketika aku tidak tahu apa yang terjadi."

Briana tertawa kecil, lalu dengan suara yang nyaris seperti bisikan, ia berkata, "Gadis buta sepertimu memang tak akan pernah tahu, bukan?"

Camellia mengangguk. "Mungkin. Tapi terkadang yang tak terlihat justru terasa lebih jelas."

Briana mengerutkan alis, tapi Camellia sudah membalik badan, meninggalkan kamar itu dengan langkah ringan. Di balik ketenangan wajah Camellia, dadanya bergemuruh. Hatinya pecah, tapi ada bara kecil yang menyala, bara kebenaran yang akhirnya terbuka.

Tubuh gadis itu kaku ketika ia berada di luar kamar dan menutup pintu. Matanya membelalak bahkan ketika telinganya kembali mendengar desahan dari dalam kamar Briana.

Dunia seperti berhenti. Camellia shock.

Tak perlu waktu lama bagi otaknya untuk memahami, meskipun hatinya menolak keras. Pemandangan itu begitu jelas, dan begitu menghancurkan. Bahwa dua orang itu bisa melakukan hal gila itu bahkan di depan Camellia tanpa tahu malu.

Camellia mengatup mulutnya agar tak berteriak. Namun dadanya seperti meledak, napasnya tercekat di tenggorokan, dan tubuhnya mulai bergetar. Dunia menjadi kabur, bukan karena kebutaannya, tapi karena air mata yang tak bisa ia cegah.

Ia mundur selangkah, lalu satu langkah lagi. Tapi lututnya melemah. Ia merasa terhempas ke dalam lubang kosong. Pantas Lucas menyuruh Camellia melihat dengan mata kepalanya sendiri tentang kebenaran di sekitarnya.

Namun sebelum Camellia sempat jatuh lebih dalam, sepasang tangan kuat mengangkat tubuh Camellia dan membopongnya ke dalam dua tangan berotot, seperti badai yang datang tanpa suara namun membawa hangat pelindung.

Lucas.

Dengan sigap, ia membawa Camellia menjauh dari pintu neraka itu. Ia memeluknya erat dan membawanya kembali ke kamar dengan langkah besar namun lembut. Pintu ditutup. Dikunci.

Dan dunia pun terputus.

Camellia mematung dalam pelukan Lucas, napasnya memburu, matanya kosong. Ia mencengkeram bahu Lucas, seolah memohon agar ini hanyalah mimpi buruk.

Lucas mendudukkan dirinya di sofa kamar Camellia, dan menaruh gadis itu dalam pangkuan. Melingkarkan kedua tangan di tubuh Camellia, seolah takut kalau kekasihnya akan hancur.

"Aku ... aku melihat mereka ... Lucas. Mereka ...." suara Camellia pecah, dadanya naik-turun karena emosi yang menekan terlalu keras. "Mereka ... melakukannya ...selama ini mereka ... berhubungan badan seperti itu dan ...dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa. Bahkan ketika ... aku ada di sana."

Lucas tak berkata sepatah kata pun. Ia hanya memeluknya lebih erat, seolah ingin memindahkan seluruh luka itu ke dalam dirinya sendiri. Membiarkan Camellia mengeluarkan emosinya dengan baik. Bisa ia rasakan tubuh Camellia gemetar. Jelas kalau apa yang gadis itu lihat terlalu berlebihan untuk Camellia yang baru saja melihat dunia. Seharusnya Lucas pulang lebih cepat.

"Dia ..." Camellia kembali menangis, "tangan yang dia yang memeluk Briana dia gunakan untuk menyentuhku ... rasanya menjijikan. Mereka gila, Lucas. Mereka gila."

Tubuh Camellia gemetar karena emosi membuncah, dan Lucas segera memeluk erat Camellia, melindungi Camellia dari segala kehancuran hatinya. Tangannya mengusap air mata Camellia yang mengalir tanpa henti.

"Kau tak layak menangisi pengkhianatan seperti itu," ucapnya dengan suara rendah, namun penuh kekuatan. "Mereka tak pantas menyentuh jiwamu, Camellia. Kau jauh lebih berharga dari semua itu. Jangan tangisi para brengsek itu."

"Kenapa mereka tega melakukannya, Lucas. Aku tidak pernah jahat kepada mereka terutama Briana. Tidak cukup dia menghancurkan pertemananku dengan Jeremy dan yang lain, dia bahkan tidur dengan Adrian. Aku tidak menangisi Adrian. Hanya saja .... bagaimana bisa mereka melakukan hal seperti itu dalam ketidaktahuanku. Apa salahku?" suara Camellia lirih, hancur. "Aku dulu buta ... aku dulu lemah ... dan mereka melakukan itu padaku."

Lucas mendongak, menatap gadis itu dengan mata yang jernih dan penuh duka. "Kau tidak salah apa pun, Love. Sama sekali tidak salah. Merekalah yang gila. Briana bermasalah dengan pribadinya yang ingin selalu menjadi spot light untuk semua orang. Dia tidak senang jika ada orang yang lebih terang dibandingkan dirinya, yaitu kau. Dan Adrian itu, dia hanya si brengsek yang tidak bisa menahan nafsunya. Kau tidak pantas menangisi mereka berdua. Aku tidak rela jika air matamu jatuh untuk mereka.

Camellia menggigit bibirnya, lalu menyandarkan kepala di dada Lucas. Tangannya menggenggam erat baju pria itu, seolah itulah satu-satunya jangkar di tengah badai. Ia masih terisak, masih shock.

Lucas mengusap punggungnya, lembut dan penuh kasih. "Aku tak akan pergi ke mana pun. Kau bisa menangis di sini, hingga duniamu kembali terasa aman.”

Lucas masih memeluk tubuh Camellia yang bergetar di dadanya, seperti selembar daun yang tak kuasa menahan hembusan badai. Ia tidak bertanya apa pun. Tidak menghakimi. Tidak memaksa. Ia hanya di sana, menjadi pelindung diam yang teguh di tengah ambruknya dunia Camellia.

Camellia terisak pelan, tubuhnya terasa ringan tapi juga seakan tak punya tulang. Hatinya seperti direnggut paksa dari dadanya sendiri. Ia bukan hanya terluka, ia dikhianati, dihina, diremukkan oleh orang-orang yang paling ia percayai.

Lucas mengusap punggung gadis itu dengan ritme pelan dan penuh kelembutan. "Tenang, aku di sini." bisiknya, seperti nyanyian lembut yang hanya bisa didengar oleh hati yang retak. Mencium kening gadis itu untuk menyalurkan kasih sayangnya. Bahwa gadis itu tidak sendirian.

Tangannya yang lain menyentuh rambut Camellia, menelusuri helainya seolah ingin menenangkan badai yang menderu di dalam kepala gadis itu.

"Camellia ... jangan biarkan mereka menghancurkanmu," katanya dengan suara nyaris bergetar. "Air matamu ... mereka tak pantas mendapatkannya."

Camellia mendongak perlahan, dan untuk pertama kalinya sejak tadi, mata mereka bertemu. Di sana, dalam genangan air mata, Lucas melihat kehancuran, tapi juga kekuatan yang belum padam.

Lucas mengangkat tangannya, menyentuh pipi Camellia dengan lembut. "Lihat aku," bisiknya. "Ingat kau tidak sendiri."

Camellia membuka mulut, ingin berkata sesuatu, tapi yang keluar hanyalah isakan lirih. Lucas menariknya kembali dalam pelukannya, lebih erat dari sebelumnya. Seolah-olah jika ia cukup kuat, ia bisa menampung seluruh kesedihan gadis itu di dalam tubuhnya sendiri.

"Aku tahu rasanya," lanjut Lucas, suaranya nyaris bergetar. "Dikhianati oleh orang yang kau kira akan melindungimu ... disakiti oleh mereka yang seharusnya menjagamu. Aku tahu luka itu. Aku pernah berdarah karena hal yang sama. Tapi kau tak harus berdarah sendirian, Camellia."

Camellia memejamkan mata, membiarkan dadanya bertumpu pada jantung Lucas yang berdetak penuh keteguhan. "Aku bodoh. Selama ini aku percaya mereka, aku buta dalam segalanya."

"Tidak," sahut Lucas cepat. "Kau tidak buta, Camellia. Kau hanya terlalu murni untuk membayangkan kebusukan seperti itu. Itu bukan kelemahanmu, itu kekuatanmu. Dunia butuh seseorang sepertimu. Bukankah karena kita kita bisa bersama seperti ini. Karena kau memiliki hati yang lembut. Hati yang tidak pernah menghakimi."

Lucas menunduk, mengecup pelipis Camellia dengan lembut. Ciuman itu bukan sekadar pelipur lara, tapi sumpah diam dari seorang pria yang mencintai tanpa pamrih.

"Aku akan menjadi dindingmu," lanjutnya pelan. "Jika kau ingin menangis, menangislah. Jika kau ingin berteriak, aku akan menutup pintu dan membiarkanmu meluapkan semuanya. Tapi satu hal yang tidak akan pernah kulakukan adalah meninggalkanmu."

Camellia menggenggam baju Lucas erat-erat. "Jangan pernah tinggalkan aku, Lucas."

Lucas menunduk, menyentuh kening mereka bersama. "Selama kau masih bernapas, aku tak akan ke mana-mana."

Dan dalam kesunyian kamar itu, ketika malam merangkak dengan perlahan, Lucas memeluk Camellia hingga tangisnya mereda menjadi sesenggukan kecil. Ia menepuk-nepuk punggungnya seperti menenangkan anak kecil, dan sesekali mengecup ubun-ubun Camellia, seolah membisikkan kekuatan dari hati ke hati.

Cinta tak perlu diucapkan dalam ribuan kata.

Kadang cukup dengan satu pelukan yang mampu membuat seseorang bertahan dalam badai.

1
Erni Sasa
seeriuus ini end?
thank u kak atas karyamu😘😘😘😘😁😁😁
Archiemorarty: Terima kasih kembali udah baca ceritanya, semoga bisa menghibur waktu senggangnya ya kak 🥰
total 1 replies
Jelita S
cus langsung ke sana
Jelita S
terimakasih Thor dengan ceritamu yg blum bisa move on ini
Archiemorarty: harus move on ya... dan terima kasih udah baca ceritanya dari awal sampai akhir 🥰
total 1 replies
Jelita S
wow Lukas
tuti raniati
tamat dengan akhir bahagia, terimakasih thor bacaannya 👍🏻
Archiemorarty: Terima kasih kembali karena sudah baca ceritanya sampai akhir, semoga menghibur waktu senggangnya ya kak 🥰
total 1 replies
tuti raniati
terbaik...!!! selalu bagus thor ceritanya, teruslah berkarya...
Archiemorarty: Terima kasih atas dukungannya kak, semoga ceritanya bisa menghibur waktu senggang kakaknya 🥰
total 1 replies
Atik Marwati
so sweet... Sukak bangettt🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Atik Marwati: sama-sama akak..
tetap semangat berkarya ditunggu cerita lainnya🥰🥰
Archiemorarty: makasih udah baca ceritanya sampai akhir kak 🥰
total 2 replies
Atik Marwati
krik..krik..krik... udah berakhir 😁😁😁
Archiemorarty: Hahahaha /Facepalm/
total 1 replies
Vianʕ⁠っ⁠•⁠ᴥ⁠•⁠ʔ⁠っ
Dilihat dari potongan seru /Grievance/,curiga nanti jadi cerita favorit tambahan lagi
Archiemorarty: Gx baca ntar nyeselll
total 1 replies
Vianʕ⁠っ⁠•⁠ᴥ⁠•⁠ʔ⁠っ
Awww imut bangett pliss jangan lahiran dulu anaknya /Joyful//Joyful/
Vianʕ⁠っ⁠•⁠ᴥ⁠•⁠ʔ⁠っ: Request lahirannya pas mau end aja kak gak tega kalau lahiran duluan/Smirk//Smirk/
Archiemorarty: Jangan...ntar kalau lahiran panjang kayak Rose dan Rod..mereka aja belum selesai tuh ceritanya /Smug/
total 2 replies
Vianʕ⁠っ⁠•⁠ᴥ⁠•⁠ʔ⁠っ
kak kalo boleh tau itu ngapain? gak paham banget/Sob//Sob/
Archiemorarty: gx boleh....anak kecil makan es krim aja
Vianʕ⁠っ⁠•⁠ᴥ⁠•⁠ʔ⁠っ: pliss kak kasih tau, penasaran bangett/Sob//Sob//Sob/
total 3 replies
Atik Marwati
🧐🧐🧐🧐🧐🧐 mereka lagi ngapain yak🤪🤪
Archiemorarty: Sssttt..../Shhh/
total 1 replies
Atik Marwati
sama love" jawab lucas
Atik Marwati
selamat menempuh hidup baru Lucas cammy...
Atik Marwati
bahagianya🥰🥰🥰🥰
Ummu Dzaky
malam pertama slow motion😅😅
Archiemorarty: Hahaha....tenang gx vulgar kok /Proud/
total 1 replies
Jelita S
congratulation Lukas and Cammy
Jelita S
Lukas
Jelita S
ah akhirnya Jeremy tumbang jga
Jelita S
Rose yg terbaik
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!