Di suatu hari paling terpuruk di hidup Dinda, dia bertemu dengan seorang wanita paruh baya. Wanita tua yang menawarkan banyak bantuan hanya dengan satu syarat.
"Jadilah wanita bayaran."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WB&CEO Bab 22 - Semuanya Telah Selesai
Lamunan Alden tentang Dinda jadi buyar saat dia mendengar sebuah suara lembut memanggilnya lirih ...
"Al," ucap Liora, dia sedikit menggeliat dan menarik selimut untuk semakin menutupi tubuhnya yang polos.
Seketika itu juga tatapan keduanya bertemu, Liora yang sangat takut Alden menyadari tentang semalam dan Alden yang butuh penjelasan untuk ini semua.
Kenapa nyata dan ingatannya tidak sejalan.
Kedua mata Alden bahkan langsung membola saat dia lihat Liora yang jadi menangis, air mata itu jelas sekali dia lihat keluar dari manik hitam milik sang kekasih.
Alden sontak saja berjongkok dan memeluk Liora erat, sang kekasih tidur di pinggir ranjang. Memudahkannya untuk menjangkau dalam keadaan seperti ini.
Alden masih belum bisa bicara, dia benar-benar masih bingung dengan semuanya. Tentang dimana Dinda masih terus menguasai pikirannya.
Meski saat ini dia memeluk Liora, namun poros pikirannya tertuju pada gadis malang itu.
"Lio_"
"Al, apa yang kita lakukan?" potong Liora dengan cepat, dia semakin memeluk erat Alden, tak ingin Alden bisa melihat wajahnya yang gugup dan cemas. Tak ingin pula Alden mempertanyakan tentang semalam.
Alden harus yakin jika tadi malam wanita yang dia tiduri adalah Liora, adalah dia bukan Dinda.
"Ki-kita sudah melakukan hubungan terlarang Al, bagaimana jika nenek tahu. Dia pasti akan sangat marah besar. La-lalu bagaimana jika aku hamil?" tanya Liora dengan suaranya yang putus-putus, diiringi pula dengan Isak tangisnya.
Alden tergugu, masih belum bisa mencerna ini semua dengan baik. Namun wajah Dinda jelas terekam dalam otaknya. Tapi kenapa Liora bicara begini?
Diantara kegamangannya itu, Alden melihat sebuah bercak merah di atas seprai. Tanda dia telah merobek kesucian seorang wanita.
Aku tidak lupa, dia adalah Dinda. Batin Alden.
Tapi dia masih tetap berada di dalam pelukan Liora, mendengarkan semua cerita bohong yang diucapkan oleh sang kekasih.
Makin Liora bercerita makin terkikis pula lah kepercayaan Alden padanya.
Alden sangat yakin jika kini Liora dan Gaida bekerja sama untuk menjerat dia. Tapi kenapa? Pertanyaan itu masih sangat menganggu Alden.
"Al, kenapa kamu diam saja? kamu akan bertanggung jawab kan?" tanya Liora, masih saja terus menangis hingga kini.
Dan Alden pun tidak langsung menjawab, dia lebih dulu melerai pelukan diantara mereka dan menatap kedua mata Liora yang sudah basah.
Mencari sebuah kejujuran di dalam sana.
Kenapa kamu berbohong Liora?tanya Alden dalam hatinya.
"Aku sudah kehilangan yang paling berharga dalam hidupku Al, aku mohon tanggung jawab lah," lirih Liora lagi, dia hanya ingin mendengar jika Alden akan menikahinya. Bukan yang lain, bukan lagi bertanya tentang semalam.
Pelan, Alden pun menganggukkan kepalanya. Saat ini hanya itu yang bisa dia lakukan.
Kepalanya memang mengangguk, namun dalam benaknya masih berusaha menebak dimana Dinda.
Dan melihat Alden yang menganggukkan kepala, Liora pun langsung tersenyum lebar. Dia kembali memeluk kekasihnya erat. Tapi kali ini Alden tidak membalas pelukan itu.
Merasa Alden sudah jadi miliknya, Liora menyudahi semua sandiwara. Dia bangun dan mengambil bajunya yang tergeletak cukup jauh dari ranjang.
Sementara Alden masih duduk ditepian ranjang dan melihat semua pergerakan Liora. Baju wanita itu masih rapi, masih bisa digunakan lagi. Sementara semalam dia jelas merobek baju wanita itu.
Liora bahkan berjalan kesana kemari dengan santainya, seolah tidak ada sedikit pun rasa sakit di pangkal pahanya. Padahal semalam Alden ingat dengan jelas dia begitu kasar ketiga menggagahi mangsanya.
Kenapa kamu berbohong Lio? kenapa kamu buat semuanya jadi seperti ini?
Awalnya Alden sangat merasa bersalah pada Liora karena telah bercinta dengan wanita lain, namun kini perasaan bersalah itu seketika memudar. Diganti dengan banyak kecurigaan.
"Liora," panggil Alden, suara yang keluar dari mulutnya terdengar sangat dingin, membuat Liora seketika terhenti dari semua pergerakannya. Lantas mematung dan memberanikan diri untuk membalas tatapan Alden.
"Kenapa kamu seperti ini Liora? kenapa kamu bersandiwara? kamu pasti tahu semalam aku tidur dengan siapa?" tanya Alden akhirnya, seketika itu juga Liora langsung tersentak. sepersekian detik dia merasa jantungnya telah berhenti berdetak.
kedua kakinya bahkan terasa begitu lemah seolah tak mampu untuk menopang tubuhnya sendiri.
"A-apa yang kamu bicarakan Al? jelas-jelas kita melakukannya semalam. Ka-kamu memaksaku," jawab Liora, air matanya kembali jatuh. Dia sangat takut Alden akan meninggalkannya saat ini. Semakin merasa takut jika Alden mengetahui sandiwaranya.
Liora bahkan seketika ambruk, terduduk di atas lantai tak mampu lagi berdiri.
Sementara Alden masih tergugu di tempatnya duduk, kakinya tak langsung beranjak untuk membangunkan sang kekasih.
Dan melihat itu, Liora semakin takut saja. Dia terus berpikir bagaimana caranya keluar dari situasi ini.
"Ka-kamu benar Al, semalam kamu memang tidak tidur dengan ku, tapi kamu bercinta dengan wanita bayaran itu," ucap Liora akhirnya, dengan tangis yang semakin menjadi-jadi.
"Nenek memberikan foto kalian bersama dan memintaku untuk mengakhiri semuanya. Aku hancur Al, aku hancur, aku coba tidak percaya dan berlari kesini, tapi apa yang ku lihat ternyata benar, aku melihatmu dalam keadaan polos." Tangis Liora begitu pilu, air matanya mengalir dengan deras sampai jatuh ke lantai.
"Hatiku sakit sekali Al. Lalu apa yang bisa aku lakukan? aku ingin berpisah denganmu tapi aku tau ini semua hanyalah rencana nenek. Aku tahu kamu melakukan itu tanpa sadar. Lalu aku harus bagaimana?" ucap Liora dengan sesenggukan, seketika itu juga Alden mulai bergerak dari duduknya dan menjangkau sang kekasih.
"Aku harus bagaimana Al? aku benci tapi aku juga takut kehilangan kamu, jadi aku tanggalkan semua baju dan tidur di samping mu."
"Sudah Lio, maafkan aku," jawab Alden akhirnya, setelah cukup lama dia diam. Alden bahkan kini lebih dulu memeluk kekasihnya erat.
Tangis Liora makin menjadi, diantara tangisnya itu dia merasakan lega yang luar biasa, sangat bersyukur Alden mempercayai sandiwara nya yang ini.
"Aku coba untuk membuat mu percaya jika semalam adalah aku, tapi ternyata kamu masih mengingat dia."
"Maafkan aku Lio, maafkan aku."
"Apa kamu akan menikahinya Al? lalu mencampakkan aku begitu saja?" tanya Liora, diantara pelukan mereka yang masih erat.
Sementara Alden terdiam, wajah kesakitan Dinda masih jelas dia ingat. Namun meninggalkan Liora pun tidak pernah terbayang dalam rencananya.
Dan mendapati sang kekasih yang nampak ragu, Liora kembali berucap sebuah kalimat untuk menyudutkan wanita bayaran itu.
"Nenek memang sangat keterlaluan Al, caranya dia memisahkan kita sangat kotor. Dia rela mengeluarkan banyak uang untuk membayar wanita itu," ucap Liora lirih, dia ingin Alden tidak lupa, bahwa Dinda hanyalah wanita bayaran. Bahwa tentang semalam, Dinda juga sudah di bayar.
Jadi tidak perlu lagi ada yang dipikirkan oleh Alden.
Semuanya telah selesai.