NovelToon NovelToon
Pengantin Bayangan Jadi Tawanan

Pengantin Bayangan Jadi Tawanan

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Konflik etika / Pengantin Pengganti / Angst / Roman-Angst Mafia
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: Kinamira

Ellena dijual ibu tirinya kepada seseorang sebagai pengantin yang diperkenalkan di muka umum, agar istri sah tetap aman.
Namun, di hari pengantin ia diculik sesuai dugaan pria itu, dan disanalah awal penderitaannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kinamira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 35

"Eh, itu orangnya!" sahut Axel membuat Maxim langsung menoleh, dan melihat Haven yang sesuai di foto, tengah ditarik oleh seorang pria.

Maxim diam memperhatikan. Ia tidak mendengar apa yang dikatakan pria yang memerahi Haven itu. Tapi, tampak Haven acuh tak acuh.

Haven mengabaikan, dan masuk begitu saja dalam rumah.

"Kita pergi sekarang?" tanya Axel.

"Tunggu dulu, perhatikan sekitar, bisa saja ada orang-orang Felix yang mengawasi," ucapnya.

Axel mengangguk kecil, ia melihat sekitar perumahan itu. Tak ada tanda-tanda kendaraan, yang jalan atau berhenti di sekitar sana, selain mobil mereka. Orang-orang yang berlalu lalang pun tampak cukup santai.

"Bagaimana jika aku saja yang keluar? Aku rasa kalaupun ada orang dari Felix mereka tidak mengenaliku," sahut Axel menawarkan.

"Kau yakin? Kau tau bagaimana membawanya tanpa menimbulkan curiga?"

"Tenang saja," sahut Axel santai.

Pria itu melepaskan jasnya, menyisahkan kaos hitam polos, tak lupa mengganti celananya, dengan memakai celana pendek selutut. Sehingga penampilannya tampak lebih santai.

Tanpa basa-basi, ia lalu keluar dari mobil. Maxim hanya diam memperhatikan, mempercayakan segalanya pada kakak iparnya itu.

Axel dengan santai menghampiri rumah Haven. Ia ramah mengetuk pintu, meski mendengar bagaimana keributan di dalam sana.

"Permisi!" seru Axel.

Tidak lama pintu di buka oleh seorang wanita. "Ya cari siapa?" tanya seorang wanita menatap Axel dari atas ke bawah.

"Maaf Nyonya. Apa benar ini rumah Haven Jason Jill?" tanya Axel sembari tersenyum manis.

Wanita itu langsung bersedekap dada, dengan menampakkan wajah yang cukup sinis. "Ada apa? Saya ibunya? Kau siapa?"

"Saya teman Haven Nyonya. Apa Haven-nya ada?" tanya Axel tetap seramah mungkin.

Wanita itu memutar bola matanya malas. "Sebentar saya panggilkan anak nakal itu!" dengkusnya, menutup kembali pintu membiarkan Axel tetap di luar.

Axel hanya diam memandang pintu yang sudah tertutup rapat itu, dengan benaknya yang berucap. "Dia ibunya? Hm, aku juga belum pernah melihat wajah Ellena. Bagaimana wajahnya ya?"

Beberapa menit menunggu, pintu kembali terbuka dan kali ini benar-benar sosok yang dicarinya yang datang.

"Haven," sapa Axel.

"Ya siapa?" tanya Haven mengerutkan keningnya.

"Bisa ikuti saya dulu, hanya di sana," tunjuknya di halaman rumah.

Tanpa menunggu persetujuan. Axel sudah berjalan ke halaman, membuat Haven hanya bisa menuruti.

"Ada apa? Kau siapa?" tanya Haven menatap punggung Haven.

Axel berbalik memberikan senyum manisnya. "Pertama bicaralah dengan suara rendah, karena bisa saja ada yang mengawasi kamu," sahut Axel dengan pelan.

Kening Haven berkerut tajam, memandang Axel dari atas ke bawah. Saat ia ingin semakin menatap penuh selidiki, Axel dengan cepat menegur.

"Jangan menatapku seperti itu. Tersenyumlah seolah aku adalah temanmu!" sahut Axel membuat Haven semakin bingung, dengan mulut terkatup rapat.

Axel melanjutkan. "Ellena adalah kakakmu kan. Kau ingin bertemu dengannya?"

Bola mata Haven melebar, seolah mendapatkan cahaya mendengar nama kakaknya.

"Mau," sahutnya pelan mengingat kembali apa yang diucapakan pria itu.

"Bagus. Aku akan membawamu menemuinya. Tapi, ikuti arahanku, setuju?"

Tanpa ragu, Haven mengangguk. "Oke."

Pria itu seolah tidak berpikir siapa yang ada di depannya, selagi itu membahas kakaknya. Ia pun seolah tidak takut, jika mereka memiliki niat hang tidak baik.

"Baiklah," Axel menarik Haven, merangkulnya dengan santai.

"Tenang saja, ini hanya bentuk waspada, karena bisa saja ada yang mengawasi kamu," sahut Axel.

"Aku paham," jawab Haven.

Beberapa langkah berjalan. Seruan dari belakang tiba-tiba memanggil. "Haven! Mau ke mana lagi kamu!"

Keduanya berhenti melangkah, dan menoleh ke belakang, melihat pria yang memarahi Haven. Mendekat dengan wajah garangnya.

"Mau ke mana lagi kamu anak sialan? Di mana lagi kamu mau berulah?!" sentaknya.

"Bukan urusanmu pak tua!" balas Haven tajam.

"Kamu mau ku pukul lagi hah!"

Axel segera berdiri, menghalangi agar tidak sampai jangkauan. "Et, maaf Tuan Jill. Memukul anak itu bisa dipidanakan," sahutnya.

"Siapa kamu? Apa urusannya denganmu? Anak ini selalu berulah, dan aku harus menghukumnya!" sahutnya membentak.

"Dia temanku," sahut Haven.

Kevin menatap Haven dan Axel bergantian, lalu menggelengkan kepalanya. "Dia terlihat sudah tua, untuk menjadi temanmu. Jangan membohongiku!" sahutnya ketus.

"Sejak kapan usia menjadi batas pertemanan," balas Axel santai.

"Cukup! Kamu diam saja, dan sebaiknya pergi!" Usir Kevin garang.

"Kita memang mau pergi," sahut Haven ketus. "Ayo," ajaknya pada Axel.

"Tidak kamu tetap di sini, Haven! Kamu harus mendengarkan ayahmu!" halang Kevin dengan tegas.

"Persetan, aku tidak peduli. Kau urus saja keluargamu itu!" balas Haven kesal.

"Ayo cepatlah!" sahut Haven menarik Axel, dan segera berlari, membuat Kevin mengejar.

Namun, fisik yang jelas berbeda membuatnya tidak mampu mengejar. Axel berhasil mengarahkan Haven ke mobil.

Haven sempat terkejut saat akan masuk melalui pintu penumpang samping pengemudi yang ternyata ada Maxim. Namun, belum sempat ia merespon, Axel mendorongnya masuk, membuatnya harus duduk berdempetan dengan Maxim.

Sedangkan Axel duduk di kursi pengemudi dan langsung menjalankan mobil, mengabaikan teriakan Kevin.

Melalui pantulan spion, Axel melihat Kevin memotret mobil mereka. Belum sempat ia merespon, Haven menyahut.

"Aku tidak tau siapa kalian. Tapi, kalau kalian mengatakan ada yang mengawasi ku, mungkin itu ayahku sendiri, pria tadi."

Maxim melirik, dan langsung bertanya. "Kenapa kamu berpikir seperti itu?"

"Dulu dia tidak pernah memperhatikan aku di mana. Aku tinggal di mana. Aku tidak pulang seminggu pun dia tidak pernah mencariku. Tapi, semenjak pulang dari rumah keluarga Willson, pak tua itu selalu cerewet. Ingin dianggap perhatian, tapi saat di rumah dia memarahi dan mengabaikanku."

Maxim dan Axel sama-sama diam, namun dalam benaknya berpikir satu hal sama.

"Anak ini pintar juga baca situasi," batin keduanya.

Haven kemudian melihat keadaan mobil itu. Lalu memandang kedua pria itu bergantian.

"Siapa kalian? Tidak mungkin dari keluarga Willson kan? Karena mobil kalian terlalu jelek sebagai bawahan keluarga Willson," celetuk Haven.

Maxim tidak menjawab, tidak marah, karena memang itu pun bukan mobilnya. Ia waspada mobilnya pun sudah di sabotase, membuatnya menyewa mobil yang cukup sederhana.

"Kamu pernah masuk rumah keluarga Willson?" tanya Axel.

"Pernah, ada kakak di sana," jawab Haven.

"Apa benar, Ellena adalah istri Felix?" timpal Maxim ikut bertanya.

Tanpa ragu Haven menyahut. "Begitulah yang aku dengar. Tapi, di rumahnya sama sekali tidak terpasang foto pernikahan kakak. Dan terakhir kali kakak di sini, dia di bawa beberapa orang, dan sepertinya itu bawahan Felix. Aku cukup terkejut saat pengumuman, jika kakak adalah istri Felix Willson."

Maxim terdiam beberapa saat, ia lalu menatap Haven dengan serius. "Sepertinya kamu cukup pintar. Menurutmu apa berita itu benar?" tanya Maxim mengorek pendapat Haven.

"Tidak sama sekali," jawab Haven tanpa ragu. "Kakakku itu sangat payah, dan penakut, dia hanya jago melawanku dan ayah. Selain saat menari ballet, kakak tidak suka jadi sorotan. Waktu di rumah itu aku lihat kakak ketakutan, dan lagi tidak ada kabar kedekatan antara kakak dan Felix. Dan bagaimana mereka mengenal. Itu sama sekali tidak ku ketahui. Kecuali kalau Felix jatuh hati sama kakakku, mungkin terpesona waktu kakak tampil, karena kabarnya memang ada dia waktu terakhir kali kakak tampil di panggung, dan dia menculiknya, itu baru masuk akal," cerocos Haven panjang lebar seolah tengah mengomel.

"Tapi, kalau jatuh hati ke kakak, apa yang dilihatnya? Kenapa terpesona? Padahal wajah kakak biasa-biasa saja, lebih mirip monyet," cerocosnya.

"Oh ya siapa kalian? Di mana kakakku? Kalian tidak menipuku kan?" ucapnya kini menatap serius pada keduanya.

Maxim yang tampak sedikit terhibur dan tengah menahan tawa mendengar celotehan Haven, dan Axel tersenyum, dan cukup santai mendengarnya.

"Dia mirip denganmu," sahut Axel membuat Maxim meliriknya tajam.

1
muznah jenong
lanjutkan
Mia Camelia
lanjut thor, cerita nya makin mendalam nih😄tumben si maxim mau dengeriin elena. nah gitu dong elena bisa ngomong yg jujur k maxim. aduh jd makin penasaran nih....
muznah jenong
lanjut
muznah jenong
suka
muznah jenong
suka suka suka.../Heart//Heart//Heart//Heart/
Mia Camelia
semangat thor..........
aku pembaca setia mu😁
Mia Camelia
lanjut thor...
nah ini baru elena nya ngelawan, jgan diem aja sm maxim atau felix klo lgi di ancam...
update lgi thor....
bikin penasaran nih😁
Mia Camelia
lanjuuut thor, ...
knapa maxim gk peka sih klo elena hamil anaknya ?? jangan felix terus dong yg menang , kasiah maxim😑
muznah jenong
💗💗💗👍👍👍
partini
aduh
Mia Camelia
Ayoo thor update lgi yg banyak. semoga nanti ellena bisa di tangkep lgi sm maxim. lebih cocok sm maxim. tolong chapter nya di panjangiiin thor, biar puas baca nya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!