Alfino seorang siswa SMA yang sangat rajin, ia dari keluarga sederhana dan seorang anak yatim. Ibunya pembuat kue, dan ia yang menjual kue itu di sekolah dan keliling komplek, untuk kebutuhan hidup dan bayar hutang mendiang ayahnya.
Ia sering di bully di sekolah dan di jauhi tetangga karena Almarhum ayahnya pencuri dan tukang judi. Barang jualannya juga sering rusak, sehingga tidak bisa di jual.
Hingga suatu hari, kue-kuenya di hancurkan oleh anak kepala sekolah itu, membuat ia sangat marah, tapi apa yang ia dapat? Perlakuan buruk yang ia terima. Sementara guru tidak ada yang menolongnya, mereka malah tersenyum sinis karena berpihak pada kepala sekolah. Tidak ada perlakuan adil untuknya. Ia pulang dalam keadaan terluka, dan jatuh pingsan di pinggir jalan.
Tanpa sadar, ia mendapatkan sebuah sistem, yaitu sistem Jual Beli barang, sistem yang mengubah hidupnya. Setiap ia menjual beli barang, maka akan mendapatkan hadiah menarik.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16
...☘️❇️☘️❇️☘️❇️☘️❇️☘️❇️☘️❇️☘️❇️...
...Happy Reading...
...❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹...
"Rumah kita berantakan? Yang bener kamu?" tanya Gamira tak percaya.
"Iya lho Bu, makanya aku mencari ibu," kata Alfino.
"Ya udah, ayo cepat kita pulang," ajak Gamira terlihat khawatir dengan rumah mereka.
Alfino mengambil plastik di tangan ibunya, ia tidak membiarkan ibunya kesulitan berjalan membawa plastik yang cukup berat itu.
Mereka berjalan cepat untuk kembali ke rumah, 1 kilo meter ada asap mengepul.
"Asap apa itu Bu?" tanya Alfino penasaran, sepertinya ada kebakaran di sekitar tempat tinggal mereka.
"Tidak tahu, ayo cepat langkahnya," kata Gamira, Alfino mengangguk dan mereka pun berjalan cepat agar cepat sampai.
100 meter dari kejauhan, alangkah terkejutnya Gamira dan Alfino, yang terbakar itu ternyata adalah rumah mereka.
Alfino membuang sayur di plastik itu dan berlari ke arah rumah mereka yang sudah di lahap si jago merah itu.
Gamira tak bisa membendung air mata lagi, Satu-satunya rumah, tempat berlindung mereka dari hujan dan panas, kini sudah hancur menjadi arang dan abu.
Gamira tak bisa menahan sedihnya, ia berlutut di depan rumahnya yang terbakar itu, tangisnya pecah.
"Alfino... rumah kita... rumah kita Nak. Rumah kita terbakar... bagaimana ini... kita tidak punya tempat tinggal lagi!" Teriak Gamira sambil tersedu-sedu.
Alfino hanya bisa memeluk ibunya sambil menetes air mata, di selamat juga tidak ada yang tersisa.
Yang lebih parah lagi, Orang-orang di sana hanya berkerumun melihat saja, tak ada yang peduli, tidak ada yang berusaha untuk memadamkan api, entah itu menggunakan ember atau apalah itu.
Bahkan sermai itu, tak sapu pun ada yang menelpon pemadam kebakaran. Mereka jadikan rumah kebakaran itu sebagai to. tontonan gratis dan buat story.
Gamira berlutut dan hanya bisa melihat rumah mereka terbakar hangus, ia mengenggam erat tangan Alfino. Karena satu-satunya yang ia miliki adalah Alfino.
Semua barangnya ludes terbakar tak bersisa. Baju sekolah Alfino juga ikut terbakar, baju yang mereka punya hanya baju yng melekat di tubuh mereka.
"Alfino, kemana kiya akan tinggal Nak?" tanya Gamira merasa benar-benar hancur.
"Ibu... ibu tidak perlu khawatir, pasti ada jalannya," kata Alfino mencoba menenangkan ibunya yang di kandang kesedihan yang mendalam.
"Udah, apinya sudah mati, ayo pulang, pulang pulang!" ucap salah satu warga mengajak warga yang lain untuk pulang.
Satu persatu mereka pun pulang ke rumah mereka masing-masing, tidak ada peduli, tidak ada yang menawarkan bantuan untuk mereka korban kebakaran itu.
"Alfino, Ibu coba meminta bantuan pada Bu Yeti ya, siapa tau dia mau menerima kita untuk numpang tidur malam ini," kata Gamira sambil menyeka air matanya, terlihat untuk. tetap tegar.
Alfino menahan tangan ibunya. "Jangan ibu, ibu ingatkan kemarin ibu minta berasa cuma segenggam saja dia memaki-maki ibu, jangan merendah di hadapan orang yang sudah memaki kita," tahan Alfin.
"Kalau begitu... terpaksa ibu gadai hadiah kalung ini, ibu akan bekerja keras untuk mendapatkannya kembali," kata Gamira menggenggam erat kalung yang baru saja ia pakai itu.
Alfino tersenyum, "Tidak ibu, Ibu jangan menjualnya, aku ada sedikit uang untuk makan malam ini, yang penting kita cari tempat istirahat, ayo kita cari tempat untuk bermalam dulu," ajak Alfino dengan lembut.
"Ya udah kalau begitu," kata Gamira menurut, entah di bawa kemana oleh anaknya, ia menurut saja, karena ia sendiri tak tahu mau kemana.
...❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹❤🩹...