Farraz Arasy seorang pemuda biasa tapi mempunyai kisah cinta yang nggak biasa. Dia bukan CEO, bukan direktur utama, bukan juga milyarder yang punya aset setinggi gunung Himalaya. Bukan! Dia hanya pemuda tampan rupawan menurut emak bapaknya yang tiba-tiba harus terikat dalam hubungan cinta tak beraturan karena terbongkarnya rahasia besar sang calon istri sebelum pernikahan mereka terjadi!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tamu rasa babu eh.. Ratu
Matahari menyapa memunculkan sinar menawan di ufuk sana, membuat siapapun harus bangkit dari peraduan dan memulai hari dengan semangat juang empat lima! Ayo, ini waktunya battle lagi!
Nah saking semangatnya, Zea bahkan terlihat seperti bendera kuning di garis finish lomba lari balap karung! Kibarannya riuh, meski kaki sang pelari belum tentu selamat sampai tujuan.
"Maaas! Maaaas, lihat ini deh mas!" Suara Zea seperti Mariah Carey versi kearifan lokal yang lagi ngambil nada tinggi.
Melihat Zea begitu bersemangat, Arraz yang baru keluar dari kamar mandi untuk cuci muka jadi senyum senyum sendiri. Handuk kecil masih nyangkut di lehernya.
"Enten nopo, dek? Viral lagi kita, hmm?" Tanya Arraz sudah berada di depan Zea.
Usaha konveksi kecil Arraz dan Zea sedang sibuk-sibuknya. Tumpukan bahan kain memenuhi meja potong. Penjahit freelance yang mereka rekrut dari lingkungan sekitar mulai datang setiap pagi.
Semangat muda Zea memancarkan aura positif yang menular ke semua orang, terutama Arraz.
"Mas kemarin aku pernah cerita kan kalo kita dapet orderan kaos selusin dari mbak Ero. Semua udah aku packing rapi, tinggal kirim aja ke alamatnya. Lha tapi ini, lihat ini maaaaaas...! Ini akun igehnya mbak Ero, @Ero_Lerianluv malah ngeDM kita mas!" kata Zea sambil menyodorkan ponsel ke Arraz.
"Katanya, dia mau datang langsung ke sini, ke tempat kita mas! Dia mau kerja sama endorse." Betapa semangatnya bocah itu ketika membaca kembali DM dari akun milik Ero.
"Heh, yang bener dek? Ero Lerian yang influencer itu? Yang followers-nya hampir sejuta itu? Ya Allah.." Antara kaget dan senang bercampur jadi satu.
Zea mengangguk polos. Wajahnya berbinar .
"Katanya dia suka banget sama kaos desain kita. Apalagi yang mas pakai waktu live kemarin. Katanya... 'Pesona mas mas Jawa yang kalem dan humble nya sampe luber-luber!' Ah, harusnya aku marah sih ya.. Dia kayak terang-terangan ngajak aku perang nggak sih mas?!"
Arraz tertawa. Dia menoel hidung Zea gemas.
"Apa ini? Kesayangan mas cemburu? Kok makin manyun malah makin gemesin sih kamu."
"Eh tapi kok aneh ya dek, orderan kemarin aja masih di sini. Belum sampai ke alamatnya, kok malah dia mau kerja sama bereng kita. Padahal produk kita belum nyampe ke tangannya lho." Lanjut Arraz mengajak Zea duduk di kursi yang ada di dapur.
"Itu namanya rezeki mas! Allah tahu mas udah kerja keras pake banget akhir-akhir ini. Sekarang giliran mas dapet reward dari apa yang udah mas perjuangin! Aku tahu kok, mas pasti bakal sukses!" Zea berbinar sambil bicara.
Arraz terdiam. Tidak tahu harus senang atau bingung. Dunia sedang memeluknya dengan begitu hangat. Tapi memang benar, akhir-akhir ini dia memang berjuang sangat keras. Kadang lupa makan, kadang sampai begadang, kadang sampai lupa hari ini hari apa. Semua itu terbayar dengan adanya secercah harapan agar usaha bisa maju melalui DM dari mbak Ero. Influencer terkenal itu. Mari kita sungkem together sama mbak Ero!
Belum hilang rasa keterkejutan Arraz hari ini dengan kabar endorse dari mbak Ero, rasa dingin tiba-tiba merasuk ke dalam hatinya ketika Arraz melihat ponselnya. Ada notifikasi pesan dari nomer yang selama ini tidak pernah menghubunginya. Dewi!
'Aku kangen kamu, Ar! Kenapa kamu nggak pernah sekalipun tanya keadaan ku di sini? Aku berjuang untuk sembuh demi kamu, agar kamu bisa mendapatkan hak mu dari ku! Tapi kayaknya usahaku sia-sia... Kamu malah menikmati manisnya kepergian ku bersama Zea. Nggak Ar, aku juga istri mu. Aku akan kembali! Aku pasti kembali untuk meminta hak ku.'
Arraz menegang. Wajahnya mengeras, keceriaannya tadi menghilang. Zea bisa melihat perubahan pada mimik wajah Arraz yang mendadak serius, nggak ada senyum sama sekali. Seperti diterpa gelombang tsunami hati. Yang tadinya cerah ceria kini rata menyisakan helaan nafas aja.
"Kenapa mas? Ada apa?" Tanya Zea penasaran.
Arraz tersentak dari lamunannya. Dia ingat masih ada Zea di sisinya, untuk apa memikirkan wanita jelmaan kuntilanak macam Dewi nan jauh di sana? Oh no, buang buang waktu aja!
"Nggak ada apa-apa, dek. Eh, kamu belum sarapan kan? Pagi ini, mas buatin nasi goreng ya, kamu bagian ambil piring sama mecahin telurnya aja." Arraz beranjak dari kursi yang dia duduki.
Ingin bertanya lebih banyak, tapi Zea urungkan. Zea nggak mau pagi yang penuh bunga-bunga ini berubah aroma jadi morning nya rafflesia arnoldi! Jadi mari kita ikuti cara mainnya mas Arraz yang suka secret secret'an.
Suasana pagi itu menjadi hangat kembali ketika mereka melakukan kegiatan perdapuran bersama. Kali ini Arraz yang jadi chef dadakan nya, Zea bantu doa di pojokan aja. Tau lah ya kalau Zea ikutan masak, yang ada dapur berubah jadi arena debus.
"Mas.. Ini nasi goreng terenak nomer dua setelah peringkat pertama disabet sama ibuk! Asli sih, ini enaaaaak banget! Agak ngelunjak nggak sih mas kalo aku minta sering-sering dibikinin yang kayak gini sama mas?" Zea mengacungkan jempol. Menyendok lagi nasi goreng sederhana buatan Arraz lalu memasukkan ke dalam mulutnya sambil tersenyum bahagia.
"Pinter banget mujinya. Padahal aslinya keasinan kan?" Arraz bisa bilang begitu karena udah merasakan nasi goreng hasil pertempurannya bersama wajan dan teman-temannya wajan tadi.
Zea tertawa. Dia menutup mulutnya dengan telapak tangan.
"Not bad lah mas, timbang nasi goreng buatanku kemarin. Segala cangkang telur ikut masuk ke wajan, rasanya bukan pedes gurih tapi pedes manis. Soalnya aku kebanyakan ngasih kecap!" Zea mengingat hasil karyanya untuk sarapan mereka berdua kemarin.
"Nggak apa-apa. Enak. Mas suka." Jawab Arraz tersenyum menenangkan.
Ya suka lah, namanya juga sama bucin kecintaan! Coba yang bikin nasgor gosong itu si Dewi, pasti dibilang kayak makan kerak bumi!
Selesai dengan urusan sarapan, Arraz langsung mengantar Zea berangkat sekolah. Nggak boleh terlambat karena hari ini ada jadwal uji kompetensi untuk istri kecilnya. Pagi yang hangat dengan kabar gembira jika usahanya bakal dapet endorse dari mbak influencer ternama, dilanjut dengan sarapan pagi bersama sang pujaan hati, lalu ditutup dengan kecupan manis yang diberikan Zea pada sang suami, menjadi doping terbaik hari ini.
Lha sore harinya, di beranda rumah Arraz yang asri dengan banyaknya pot-pot ditumbuhi tanaman indah berwarna warni, Arraz sedang meneguk es teh buatan Zea. Ini es teh betulan kok, bukan air kecoklatan dengan bau rendaman kaos kaki! Padahal Zea sendiri capek banget hari ini, tapi dia masih bisa tersenyum menghidangkan sesuatu yang sederhana untuk suaminya.
"Mas, aku punya ide!" Pipi gadis itu memerah karena lelah, keringat ada di kening dan lehernya. Di mata Arraz, Zea terlihat.... Seksi!
Mungkin ada yang nggak beres sama otak Arraz sore ini, bisa-bisanya dia berpikir yang nggak nggak padahal cuaca lagi panas pake sekali kayak gini. Mengusir pikiran nggak karuan tentang keseksian seorang Zea, Arraz langsung meneguk habis es teh yang disuguhkan Zea. Nggak lagi pakai sedotan, langsung kokop aja pokoknya.
"Ide apa, dek?" Tanya Arraz setelah menghabiskan es teh dua gelas.
"Gimana kalo kita bikin desain kaos couple? Misal warna biru sama pink, atau hitam sama putih, terus dikasih gambar atau tulisan yang sesuai kayak.. my king dan my queen, gitu mas?!"
Sambil tersenyum, Arraz mengangguk setuju. "Queen nya mas emang the best nggak ada duanya! Aku suka ide brilian mu, dek. Realisasikan segera!."
Sedang asyik ngobrol dengan gadis yang selalu membuatnya deg-degan setiap waktu, Arraz seperti dipaksa menoleh ke arah pagar rumah. Ada sosok yang berdiri jauh di sana. Arraz memicingkan mata. Di sana berdiri seorang perempuan berwajah tenang, mengenakan gamis sederhana, dan ada tas besar seperti orang habis melakukan perjalanan panjang . Di balik kelembutan wajahnya, ada sesuatu yang mengintai, seperti ular yang siap menyergap mangsanya.
"Mbak Dewi....?"
Ucap Zea dengan wajah berubah dari ceria menjadi mendung kelabu. Zea bangkit. Namun nggak dengan Arraz, dia diam di tempatnya. Nggak melakukan gerakan apa-apa. Kehadiran Dewi mampu membuat Arraz syok luar dalam.
"Aku pulang, Ar,"
Kata Dewi dengan suara paling manis yang bisa dia ucapkan.
"Dan aku kangen kamu." Imbuhnya tersenyum ke arah Arraz.
Arraz diam nggak ngomong apa-apa, melengos karena menahan diri agar nggak muntah di depan Dewi dan Zea. Zea melirik ke arah suaminya, dia mencoba menampilkan senyum meski suasana hatinya jadi nggak baik-baik aja. Nggak enak dengan suasana yang ada, Zea pun berkata...
"Mas, aku ke dapur dulu ya.. bikinin es teh buat mbak Dewi."
"Nggak perlu repot-repot, Ze. Aku bisa ambil sendiri, aku kan bukan tamu di sini. Aku nyonya rumah nya, ya kan Ar?!"
Kata-kata singkat itu menghunus relung hati Zea, menikam bagai belati. Nggak pernah dia merasa seperti ini. Dia seperti berada di tengah-tengah orang dewasa yang sedang bersiap memulai peperangan aja. Tapi dia memilih mengangguk kecil, lalu berjalan masuk ke dalam rumah.
"Ngapain kamu balik ke sini?" Sinis Arraz baru bersuara setelah Zea meninggalkan mereka. Dingin, tanpa ada kehangatan di sana.
"Ya karena aku istri kamu, Ar! Aku cinta sama kamu! Makanya aku ke sini, kembali ke sisi mu." Jawab Dewi manja.
"Kamu bukan cinta, kamu itu karma!" Suara Arraz serak tapi sangat tegas terasa.
Dari dapur Zea masih bisa mendengar perdebatan dua orang dewasa di depan sana, dan ketimbang terus mendengar perdebatan Arraz vs Dewi yang cuma ngurusin cinta-cintaan aja, Zea memilih ke konveksi mini aja. Dia mau bikin desain desain lucu sesuai keinginannya.
Namun siapa sangka, Dewi malah mengikutinya. Suara Dewi terdengar begitu biasa, bersenandung seolah dia memang bagian dari rumah itu dan baru kembali setelah healing yang dia lakukan.
"Wah, sekarang gudang ini diubah jadi tempat tumpukan kain kayak gini ya? Kemarin bukannya dipakai buat naruh motor Arraz aja, ya."
Dewi memperhatikan sekelilingnya. Dia melihat dengan ogah-ogahan. Ada kesombongan di sana.
"Ada apa, mbak? Kirain datang buat nemuin mas Arraz tapi kok malah nyamperin aku gini. Rindunya sama aku, gitu ya?" Ketus Zea tanpa menatap Dewi.
Manusia seperti Zea kok mau ditindas. Heiii.. ini bukan dunia Upik Abu versi Zea yang jadi pemeran utama ya, ogah amat dia ditindas sama mbak mbak berjengger macam Dewi ini.
"Datang? Aku ini rumah buat Arraz, Ze. Aku ke sini untuk kembali. Aku ratu, bukan tamu!" Jelas Dewi melepaskan jilbab yang dia pakai sejak tadi.
Rasanya gerah sekali berpenampilan serba tertutup yang nggak stylenya sama sekali.
"Ratu untuk siapa? Nggak usah halu, Dew. Aku bahkan lupa kalau punya istri kayak kamu." Jelas Arraz menyusul kedua orang itu di konveksi mini.
"Naaah, iya! Aku masih istri mu, sebagai istri.. Aku menuntut hak ku, Ar! Hak secara lahir maupun.... Batin! Kamu lupa kalo belum pernah menyentuh ku sama sekali? Kamu punya agama kan, di agama kita menyebutkan suami itu wajib memberi nafkah lahir maupun nafkah batin pada istrinya! Bakal dilaknat malaikat kalau kamu nggak ngasih hak ku sebagai istri mu."
Arraz memicingkan mata. Zea menatap Dewi sambil geleng kepala.
"Serius kamu minta itu sama aku? Setelah semuanya? Setelah kebenaran kalo kamu selingkuh sama Willy? Dewi, aku rasa ada masalah sama isi kepala mu!" Geram Arraz sedikit meninggikan suara.
"Hahaha.. kamu menjauh karena aku ada hubungan sama Willy? Itu masa lalu, Ar! Dan selama aku nikah sama kamu, aku nggak sekalipun berkhianat sama kamu. Bukankah tuduhan perselingkuhan padaku itu hanya alasan mu aja untuk nggak nyentuh aku??" Dewi makin berani. Dia memegang tangan Arraz sekarang.
"Aku udah bersih! Aku sehat! Aku tahu... Kamu belum pernah merasakan surga dunia kan? Ayo, bersama ku.. akan aku beritahu kamu nikmatnya surga dunia!" Bisik Dewi sambil berjinjit di dekat telinga Arraz.
Arraz mendorong Dewi. Zea hanya memandang mereka dengan tatapan nggak percaya. Dalam hati Zea berkata... 'ini apa sih, pada ngedrama banget jadi orang!'
"Zea, sebagai istri pertama Arraz.. apa kamu udah pernah mendapatkan hak mu sebagai istrinya?" Tanya Dewi seperti sedang memanipulasi.
"Aku? Hak apa? Mas selalu baik sama aku, selalu antar jemput aku sekolah, ngasih aku motor, ngasih aku cincin, kalung, sama manjain aku secara ugal-ugalan. Maksud mbak Dewi hak yang mana?"
Mendengar ucapan Zea, Dewi mulanya mengepalkan tangan langsung menjaga emosinya. Dia tertawa tapi dibuat-buat aja. Arraz yang melihat itu pengen muntah rasanya.
"Hak batin! Kamu nggak ngerti? Melakukan hubungan seksual! Masih nggak ngerti?? Artinya emang kamu belum pernah memberikan Arraz kenikmatan yang diinginkan seorang lelaki ketika sudah punya istri, ya kan Ar? Apa yang aku ucapkan bener kan?"
"Dewi!! Zea itu masih kecil! Gila kamu ngomong kayak gitu di depan bocah di bawah umur!" Bentak Arraz marah.
"Tapi bocah di bawah umur kayak gini udah kamu nikahi, kocak!! Kamu itu cuma anak kecil yang lagi main rumah-rumahan!! (Menunjuk ke arah Zea) Dan... Kalian mau viral nggak?? Aku bakal bikin kalian viral biar usaha kalian ini makin rame... Rame karena hujatan!!!" Dewi tak kalah garang, dia menatap Zea dan Arraz bergantian.
"Sebenarnya kamu maunya apa???" Arraz sudah benar-benar dikuasai emosi.
"Berikan hak ku sebagai istri mu!! Itu yang aku mau!! Kalau kamu nggak mau, aku bakal viralin kalian karena udah punya hubungan nggak sehat!!! Kamu guru yang nikahin muridnya sendiri, dan kamu Zea.... Mukamu di taruh di mana sih sebenarnya?? Kamu itu be-na-lu!! Racun di rumah tanggaku!! Kalau sadar diri, mending kamu buruan pergi dari sini!!"
Plaaaaaak
Suara tamparan jelas terdengar. Arraz tak tahan dengan semua yang Dewi katakan. Dewi menoleh, air mata menggenang tapi dia tetap tersenyum.
Zea...? Gadis itu diam tanpa kata. Tak tahu harus pergi atau tetap di sana, di tengah-tengah lelaki dan istri sahnya. Dunia bahagianya kemarin berubah jadi sinetron murahan, tapi... Jauh di lubuk hatinya luka atas kehadiran Dewi yang datang kembali di antara dirinya dan Arraz itu nyata!
gek ndanh isoh yasinan mengko Willy Ben nyusul dekne juga jare ora ono umur dowo kan ben jodoh lah dikubur na sebelahan wae🤣🤣🤣🤣
apa setelah jengger ayam, terbitlah HIV?! 😱
aku udah was² aja klo mreka ninu²😣
rugi bgt kamu Ar klo smpe lakuin itu.. masa yg masih ori celup² ke bekasan sih😐
kamu masuk diantara masalah yg ada..
mana statusmu gak kuat pulak🤦🏻♀️
kirain Ar nikahin Dewi secara siri juga😣
cukup 3 part ajalah Thor zea sama arraz cuek cuekan jangan ada part selanjutnya
wah² tuh suster kena bwrapa bayarnya ya
sekali nya dibales bikin nyesek 😭😭😭