NovelToon NovelToon
MENDADAK NIKAH

MENDADAK NIKAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / One Night Stand / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Crazy Rich/Konglomerat / Beda Usia / Diam-Diam Cinta
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Kholifah NH2

kisah sekretaris yang nikah sama bos nya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kholifah NH2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kesempatan Dalam Kesempitan

Di dalam perjalanan menuju kantor, Dave sibuk dengan iPad ditangannya, sementara Hazel, dia bersenandung sambil menatap luar jendela. Melihat suasana hati Hazel yang begitu baik, membuat Dave tersenyum. Jemari Dave berpindah, memainkan rambut panjang Hazel Yang menjuntai di punggungnya.

"Hazel?."

"Iya, Sayang?."

Uhuk, uhuk, Supir Dave mendadak tersedak setelah mendengar panggilan yang Hazel utarakan pada Dave. Rasa penasarannya semakin bertambah sejak dia melihat Hazel keluar dari rumah Dave dengan pelukan yang begitu mesra.

Supir itu memberanikan diri untuk bertanya, "Anu, Pak Dave, maaf kalau saya lancang, Ibu Hazel...sekarang tinggal di rumah Bapak, ya?."

"Iya, Pak. Karena Hazel istri saya."

"Apa?" Reaksi yang di tunjukkan supir itu sangat lucu, dia seakan tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Hazel pun tertawa melihatnya,

"Pak Didit kaget banget kayaknya?."

"Iya Bu, hehehe. Tapi saya senang dengarnya. Selamat buat pernikahannya ya Bu, Pak."

"Aaw, terima kasih, Pak Didit" Dengan riang gembira, Hazel mengeluarkan dua buah lollipop dari dalam tasnya, dia berikan pada Pak Didit sebagai ungkapan kebahagiaan,

"Terima kasih, Bu."

"Of course, of course" Ucapan Hazel membuat Dave menggeleng-gelengkan kepalanya, ada saja tingkah Hazel dipagi hari.

"Sayang? Kamu mau?" Hazel mengeluarkan satu lollipop lagi dan dia berikan pada Dave,

Namun respon Dave membuatnya terkejut, bagaimana tidak, Dave mengambil lollipop yang ada di mulut Hazel dan dia pindahkan ke dalam mulutnya,

"Yang ada di mulut kamu lebih manis."

"Ish! Malu, ada Pak Didit."

Interaksi manis di dalam mobil, membuat Pak Didit tersenyum. Akhirnya dia melihat sosok Dave kembali mempunyai pendamping hidup setelah tiga tahun menjadi duda. Pak Didit tersenyum tulus, dia berharap semoga Hazel bisa terus bersama Dave sampai kapan pun.

Hazel kembali menatap luar jendela dengan helaan nafas panjang, hari ini adalah hari pertamanya datang ke kantor dengan status baru yaitu sebagai istri Dave.

Sebenarnya tidak ada perubahan, dia tetap menjadi sekretaris karena pria itu masih mengizinkannya untuk bekerja. Namun saat dirumah, Dave mengatakan bahwa dia akan memperkenalkan Hazel sebagai istrinya di hadapan seluruh staff dan karyawannya.

Hazel merasa hal itu tidak perlu, dia mau semua tetap berjalan seperti biasanya. Dalam arti, tidak perlu mengumumkan status hubungan mereka sekarang karena itu tidak ada hubungannya dengan pekerjaan.

Namun pemikirannya bertentangan dengan Dave. Dave menganggap itu sangat penting, dia ingin terbuka agar tidak ada kesalah-pahaman antara hubungannya dan Hazel dengan semua karyawannya.

Dave juga berharap, agar orang-orang lebih menghormati Hazel terutama staff pria yang sering kali menggoda bahkan berinteraksi berlebihan pada Hazel seperti sebelumnya. Dave sangat jengkel melihat itu semua.

Ya, bisa di katakan, Dave harus lebih posesif pada Hazel. Untuk itu, dia akan mengumumkannya dengan segera.

Di hadapan semua orang, Dave melaksanakan tujuannya. Dia mengatakan dengan tegas tanpa ragu. Berbanding dengan Hazel yang merasa canggung, dia sedikit mundur dan bersembunyi di balik tubuh Dave.

Selesai dengan pengumumannya, Dave meminta semua orang untuk memulai pekerjaan masing-masing. Namun sebelumnya, orang-orang itu berbaris dan memberi ucapan selamat satu persatu pada mereka. Situasi macam apa ini? Hazel sangat malu, rasanya dia ingin menghilang saat itu juga.

Beberapa jam sudah berlalu, Hazel sedang duduk di depan komputernya. Jemarinya bergerak cepat menekan tombol keyboard dengan tatapannya fokus pada layar. Satu persatu pekerjaan yang menumpuk sudah di selesaikan, kini tersisa dua lagi di antaranya.

Hazel menghela nafas berat, dia pun menyeruput kopinya sejenak agar badannya sedikit rileks.

Dave, pria itu tidak pernah mengira-ngira jika memberinya pekerjaan, semua pekerjaan Dave berikan secara bersamaan dan harus selesai dalam batas waktu. Kini kepala Hazel sangat pusing. Meski begitu, Hazel harus kembali melanjutkan.

Baru beberapa menit berlalu, seorang office boy mengetuk pintu ruangan Hazel dan mengatakan bahwa Sherly menunggunya di lobby. Hazel melirik jam tangannya, tersisa sepuluh menit lagi menuju jam istirahat makan siang. Hazel pun meminta waktu lima menit lagi untuk bersiap.

Tok tok, suara ketukan pintu kembali terdengar. Kali ini, Dave melenggang masuk dan menaruh beberapa dokumen diatas meja kerja Hazel.

Melihat wajah Hazel yang kusut, Dave mengejek dengan tawaan kecil di mulutnya. Hazel pun mendongak untuk melempar tatapan tajam kearahnya,

"Apa ada lagi wahai Pak Dave yang terhormat?."

"Cukup. Selesai makan siang langsung kerjain, ya."

"Of course, tapi ada syaratnya."

"Syarat? Apa itu?."

"Naik gaji."

"Naik gaji?."

"Hm."

Permintaan Hazel membuat Dave tersenyum, dia mengeluarkan dompet dari saku celananya dan mengeluarkan sebuah kartu berwarna hitam bertuliskan American Express diatasnya. Hazel tercengang, Dave menaruh kartu itu tepat ditelapak tangan Hazel,

"Sayang? Aku cuma bercanda lho minta naik gaji. Kenapa malah kasih aku black card?."

"Kamu istri saya, itu punya kamu juga, jadi nggak perlu minta naik gaji."

"Oh, Ya Tuhan."

"Terima kasih, Suamiku. Tapi aku nggak butuh ini, okey?" Hazel tersenyum sambil mengembalikan kartu itu pada Dave, dia bangun dari duduknya dan bersiap menemui Sherly dibawah,

Hazel melepas blazernya, cuaca diluar yang cukup panas, rasanya tidak memungkinkan jika ia tetap memakai blazer. Akhirnya, Hazel melepaskan luarannya itu. Saat ia hendak menaruhnya di sofa, Dave menahan tangannya.

Bulu kuduk Hazel mendadak berdiri, Dave tiba-tiba saja memeluknya dari belakang, pria itu pun mendekatkan wajahnya kearah telinga Hazel,

"Jangan dilepas blazernya."

"Kenapa?."

"Bra yang kamu pakai kelihatan jelas."

"Pak Dave?" Hazel berbalik, dia menyilang kedua tangannya di dada, benar saja, bra hitam yang ia kenakan, terlihat di balik kemejanya yang menerawang,

"Selain dirumah, jangan pernah pakai yang tipis-tipis lagi, saya nggak suka."

"Hmm, kamu posesif."

"Demi kebaikan kamu" Dave tersenyum sambil mengusap kepala Hazel. Dia pun memberikan ruang pada Hazel untuk bersiap dan mengizinkannya bertemu Sherly.

•••••••

Sore itu, Hazel dan Dave sudah selesai dengan urusan pekerjaan mereka. Keduanya langsung menuju rumah sakit untuk menemani Widya yang sejak siang sudah menghubungi Hazel agar mereka segera datang.

Di dalam kamarnya, Widya terlihat bersama seorang laki-laki. Jean, laki-laki itu adalah Jean, cucunya. Langkah Hazel yang tadi bersemangat, mendadak mengendur setelah melihat Jean bangun dari duduknya. Jean terlihat mundur dan memberi ruang pada Dave untuk bersama Widya.

Hazel masih bertahan di posisinya. Entah lah, jantungnya berdetak sangat kencang, rasa takut, cemas dan khawatir bercampur aduk dibenaknya. Andai dia tahu Jean ada disini, lebih baik dia menemani Widya dimalam hari atau keesokannya. Hazel sangat ketakutan.

Jean memegang bahu Hazel secara tiba-tiba, dia menuntut Hazel untuk menemui dan menyapa Widya lebih dulu. Bersama Jean, Hazel mulai bercengkarama dengan Widya, karena Dave, pria itu izin menerima telfon diluar kamar Widya.

Tanpa mengetahui apa yang sudah terjadi diantara Hazel dan Jean, Widya memperkenalkan Hazel pada Jean sebagai Tantenya. Ya, karena Hazel adalah istri dari Om nya, tidak ada yang salah. Keduanya harus bersikap seolah tidak apa-apa di hadapan Widya. Sebisa mungkin, Hazel membuang rasa takutnya agar Widya tidak curiga.

Tidak perlu waktu lama, Dave sudah kembali kedalam. Dia kembali menghampiri Widya untuk menyampaikan sesuatu pada sang Ibunda. Hazel dan Jean pun kompak mundur, mereka memberi ruang untuk Dave berbicara, terdengar seperti sesuatu hal yang sangat penting untuk Widya.

Jean menyikut lengan Hazel, Hazel pun menoleh dan memberikan tatapan bertanya lewat matanya. Sedetik kemudian, Jean tersenyum jahil, seakan ada niat terselubung yang akan dia lakukan. Dan benar saja, setelah memastikan situasi dan kondisi, Jean menangkup wajah Hazel dan memberikan kecupan dibibirnya.

Hazel terperangah, dia langsung meninju lengan Jean sangat kencang dan laki-laki itu pun meringis tanpa suara. Berani sekali Jean melakukan itu saat Dave sedang bersama mereka. Sungguh, Jean hampir membuatnya detak jantungnya berhenti. Jean audah mencuri kesempatan dalam kesempitan.

Jean pun menatap Hazel sambil mengatup mulutnya rapat-rapat, ia tidak kuasa menahan tawa karena tatapan Hazel begitu menyeramkan. Akhirnya, Jean buru-buru keluar dari kamar Widya, kepergiannya itu membuat Dave dan Widya menoleh dengan kompak.

Dan Hazel, dia hanya bisa mengatakan bahwa Jean sedang pergi ke kantin untuk membeli air minum.

"Jean, awas kamu, ya."

...•••••...

1
icegirl
sepatu boot yg karet itu kan Dave 🤣🤣🤣
icegirl
ngakak bgt guwee🤣🤣🤣😭😭
icegirl
😺😸😹😻😽
fli
namany bagus jg Hazel sprtinya crita menarik lanjut kan tor
fli
woy😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!