NovelToon NovelToon
Sah! Hutang Dibayar Menikah

Sah! Hutang Dibayar Menikah

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Pengantin Pengganti Konglomerat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Cherryblessem

(Update setiap hari selama ongoing!)

Clara merasa kepalanya pusing tiba-tiba saat ia melihat kekasihnya bercinta dengan sahabatnya sendiri yang sudah ia anggap seperti saudara kandungnya. Mereka berdua tampak terkejut seperti melihat hantu setelah menyadari Clara muncul dari balik pintu kamar dengan cake bertuliskan 'Happy 6th anniversary' yang telah jatuh berantakan di bawah.

"Sa–sayang ...." Kris wang, kekasihnya tampak panik sambil berusaha memakai kembali dalaman miliknya.

Leah Ivanova juga tak kalah terkejut. Ia tampak berantakan dan berusaha menutupi tubuhnya dengan kain yang kini Tanpa busana.

"Ini bukan seperti yang kamu pikirkan, Clara!" Kris berusaha mengambil alih Clara.

Gadis itu tersenyum kecut. Berani sekali ia bicara begitu padahal segalanya telah keliatan jelas?

*

Baca kelanjutannya hanya di noveltoon! Gratis!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cherryblessem, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SAH| 3

"APA!?" Clara tak bisa menahan dirinya untuk tidak berteriak setelah apa yang diucapkan oleh Julian barusan. Apakah laki-laki ini gila?

"Aku seharusnya menikah sekarang. Namun, karena pengantinku kabur, aku membutuhkan bantuanmu. Aku berjanji padamu akan memberikan apapun yang kamu butuhkan selama kamu menolongku. Anggaplah cek itu uang mukanya." Julian kembali menjelaskan.

Clara tertegun mendengarkan solusi dari Julian. Mode bertahan hidupnya mendadak aktif karena merasakan bahaya.

"Tidak. Aku tidak bisa." tolaknya dengan nada kaku dan kaget.

Julian maju dan memegang kedua pundak Clara untuk menatapnya lebih dalam. Jantung gadis itu kembali onar dan membuatnya kesulitan bernafas.

"Kamu bisa. Aku berjanji akan menolongmu. Aku akan membuat kontrak pernikahan kita. Namun, sebelum itu, kumohon selamatkan aku dari petaka ini dahulu." Julian terdengar serius.

Clara bimbang dan ragu namun sebagian hatinya menginginkan uang Julian. Apakah ia harus bertindak sejauh ini demi hutang?

"Tuan, kupikir kita harus segera kembali. Anda sudah menghilang selama satu jam dan para pegawai hotel sudah memberi peringatan keras. Kupikir pernikahan anda harus dibatalkan." Mr. Jhon muncul memberikan peringatan pada Julian.

Julian menengok dengan ekspresi kesal pada Mr. Jhon karena menginterupsi meskipun ia juga akhirnya gugup mendengarkan penuturan beliau.

"Kumohon ...." Julian kembali pada Clara dan memohon dengan tulus.

Tatapannya yang tulus dan penuh permohonan membuat gadis itu terenyuh. Clara mengingat lagi beberapa saat lalu ketika ia hampir gila karena tak memiliki solusi akan kesialan beruntun yang menimpanya.

Kini, dihadapannya muncul Julian yang yang sedang kesulitan namun menawarkan bantuan. Mereka berdua memiliki hati yang sama-sama sulit dengan masalah yang berbeda. Beruntung sekali Julian muncul dan memberikan solusi yang tepat pada Clara. Namun, menolong Julian sebenarnya adalah kesulitan Clara. Ia bahkan baru saja putus dan dikhianati oleh cinta yang palsu. Apakah ia harus menerima cinta palsu yang lain?

Sebuah panggilan kembali berdering membuat Clara melihat nama yang tertera. Ibunya sedang menelpon. Tadi, sebelum ini, ibunya mengatakan bahwa Aldo, adik laki-lakinya kecelakaan dan mereka sedang berada di rumah sakit. Clara yang sedang stress merasa dia akan segera gila dan begitulah ia bertemu dengan Julian. Entah apakah telepon ini berarti ibunya mencarinya untuk sang adik atau ekspresi keterkejutan mengenai hutang pinjolnya.

"Tuan ...." Pria paruh baya itu mendekat dan mencoba menarik Julian untuk melepas Clara.

Dengan lemah, Julian menurut dan perlahan menghindar karena ia tahu bahwa Clara tampak sulit untuk setuju mengenai ide ini. Wajahnya menjadi gelap dan suram karena tak berani memutuskan pilihan melepaskan Clara.

"Apakah ada yang bisa menjamin kamu tidak berbohong?" Clara maju selangkah memberikan keputusan dengan sebuah pertanyaan.

Julian berbalik menatap gadis itu sambil tersenyum sumringah, menyambut harapan yang bersemi kembali.

*

"Lama sekali. Jam berapa mereka mulai?" Seorang pelayan tampak mengecek kembali jam di tanganya sambil mengusap keningnya yang lelah.

Orang-orang disana tampak bersantai namun menggerutu karena acara yang seharusnya dimulai terus menerus ditunda. Mereka mengeluhkan lembur dan mulai kesal dengan penundaan ini.

"Hei! Kabarkan pada para tamu untuk memisahkan tamu pengantin wanita dan tamu pengantin pria." Pria lain yang berpakaian seperti crew acara berlari dengan panik. "Cepat! Acara akan segera dimulai!"

"Apa? Tiba-tiba saja?" Pelayan itu tampak kebingungan.

"Cepat! Kita tak punya banyak waktu."

Dengan gesit, ruangan yang tadinya santai berubah ribut. Aula pernikahan yang mulai mengeluh dan kesal karena keterlambatan yang terlalu lama kemudian terdengar lega dan berisik ketika MC masuk dan mulai bicara.

"Hadirin sekalian, mohon maaf atas keterlambatan kami karena ada kesalahan teknis. Untuk itu, kami menginformasikan untuk undangan yang datang dari kerabat mempelai perempuan bersedia menuju lorong kiri. Atas perhatiannya, kami ucapkan terimakasih." Jelas MC.

"Ada apa ini?" Kakek Julian bertanya dengan heran pada putranya, Ayah Julian.

Pria itu menggeleng kebingungan. Ia tak mengerti apa yang sedang direncanakan oleh putranya.

"Terima kasih atas perhatiannya. Saya minta kita yang tersisa untuk mengisi bangku yang kosong dari pihak mempelai perempuan. Acara segera dimulai."

Tak berselang lama, pintu masuk terbuka dan Julian muncul kemudian berjalan maju kehadapan altar untuk pemberkatan. Semua orang tampak antusias dan lega setelah sekian lama menunggu. Semua kerabatnya bertepuk tangan dan memberi salam padanya.

Acara sangat meriah hingga tiba saatnya pengantin wanita memasuki ruangan. Semua orang tampak heboh menunggu. Ketika pintu terbuka, mendadak satu aula diam karena terkejut.

"Cantik sekali ...." Beberapa orang terdengar bersuara.

Julian yang berdiri jauh darinya ikut merasa tertegun menatap Clara dalam balutan gaun pengantin. Gadis itu terlihat jutaan kali berbeda dengan apa yang ia lihat barusan di taman hotel. Entah bagaimana jantung Julian bergetar. Mungkinkah efek adrenalin pernikahan dadakan ini?

Clara melangkah maju menuju Julian. Matanya tak bisa ia fokuskan kearah lain karena tempat ini sangat asing baginya. Rasanya seperti memasuki dunia lain dan satu-satunya tempat ia bisa nyaman hanya Julian, laki-laki yang ia temui lima menit yang lalu.

"Astaga! Dia bukan Irene!" Salah satu tamu wanita menutup mulutnya rapat karena terkejut. Para gadis disekitarnya juga tampak heboh dengan kebenaran di aula pernikahan. Seseorang telah menyadari keberadaannya yang janggal. Entah bagaimana ia akan bertahan kedepannya.

Clara melangkah dengan senyum yang dipaksakan, namun di dalam hatinya bergemuruh badai yang tak terlihat. Gaun putih di tubuhnya terasa seperti pakaian pinjaman untuk peran yang bukan miliknya. Setiap langkah menuju Julian mengiris harapannya sendiri, harapan yang dulu ia simpan untuk Kris. Tapi pagi ini, semuanya hancur bersama pengkhianatan Kris dan Leah. Tangannya yang meremas buket bunga seakan mencoba menahan racun emosi yang menjalar dari dada hingga ke ujung jari. Pernikahan ini bukan tentang cinta, bukan tentang mimpi namun hanya peran sunyi dalam sandiwara yang terlalu menyakitkan untuk diakui.

"Acara pernikahan segera kita mulai."

Upacara pernikahan berjalan dengan lancar, meninggalkan bekas yang aneh di hati Clara. Satu aula pernikahan terkejut mendengar nama yang berbeda dengan apa yang mereka lihat di undangan. Beruntung, tak terjadi kekacauan yang berarti meskipun Clara tahu, ia tak mungkin bisa terus tenang.

Mereka berdua kemudian berhadapan untuk melanjutkan acara. Julian tenang karena kakeknya baik-baik saja. MC mengambil alih dan mulai mengoceh mencairkan suasana. Clara merasakan gugup karena ini pernikahan pertamanya baik secara harfiah maupun kontrak.

"Baiklah! Sekarang, saatnya kita masuk ke acara utama, mempelai pria, silahkan mencium istri anda yang baru!"

Suara bersemangat dari MC membuat Clara membulatkan matanya kaget dan kembali memandang ke arah tamu undangan dengan wajah khawatir. Ia menatap Julian yang juga panik namun berusaha menenangkannya.

Ia menggeleng menolak Julian namun laki-laki itu mengangguk mengiyakan. Dengan panik, Clara mundur merasakan wajah Julian semakin dekat. Jantungnya berdebar dengan gila dan ia merasakan gugup luar biasa. Julian semakin dekat dan makin membuatnya menggila. Ketika laki-laki itu menutup matanya, Clara merasa mati di tempat.

1
partini
menarik
Cherryblessem: terima kasih sudah mampir kakakk/Rose/
total 1 replies
Y. Kasanova
Semangat
Cherryblessem: aaa terima kasih kakak /Determined/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!