Setelah ibundanya meninggal, sang ayah pulang membawa istri baru dan tiga orang anak.
Fania yang dulunya putri tunggal kesayangan, kini harus mengalami cobaan hidup yang pahit. Ibu dan kakak tiri yang selalu menyiksanya, membuat sang gadis kecil ketakutan.
Kabur dan bersembunyi di sebuah desa kecil bersama simbok tercinta, dan dukungan orang-orang yang menyayanginya, Fania kecil berusaha tumbuh melawan trauma dan rasa takutnya.
Kecurigaan orang-orang terhadap kematian Ibundanya, menyingkap kebenaran atas kematian Ibundanya.
Terus berguru dengan orang-orang hebat. Fania tumbuh menjadi gadis yang kuat dan berani. Ia bertekad untuk membalaskan kematian Ibundanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CloverMint, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 35
Ilham berhenti berjalan dan menatap Nia dan Arum. Ia terpesona dengan kelincahan mereka mengikutinya tanpa kelelahan. Bakat dua bocah ini boleh juga, batinnya.
"Kak, kok kakak bisa lari secepat itu sih? Seperti angin saja." tanya Nia penasaran karena tidak bisa menyamakan larinya dengan Ilham.
"Kalian harus terus berlatih agar kaki kalian lebih kuat, sehingga kaki kalian bisa mengikuti gerakan angin."
"Kalau gitu tolong ajari kami kak!"
"Kalian sudah punya dasar yang lumayan kuat. Nantii kita belajar untuk lebih memperkuat kaki, dan tangan kalian, karena karate adalah ilmu dengan tangan kosong. Jadi kaki dan tangan harus kuat!"
"Baik kak, kami akan belajar lebih giat lagi." ucap Nia dan Arum serempak.
Akhirnya Ilham memberi mereka pelajaran tentang dasar memperkuat kaki mereka.
"Kalian bisa kemari seminggu tiga kali, boleh pagi atau sore, nanti kak Ilham akan bimbing kalian!"
"Baik Kak!"
Nia dan Arum memperhatikan apa yang diajarkan oleh Ilham dengan serius. Karena mereka memang sudah mengerti dasar-dasar bela diri, Ilham tidak kesulitan mengajar mereka. Tak terasa jam berputar begitu cepat.
"Baik,pelajaran hari ini cukup sampai disini. Sepulang dari sini, kalian harus tetap melatih yang tadi kakak ajarin ya!" pesan Ilham yang mengakhiri latihannya.
Indra sudah sampai di parkiran kantor Hani, dia sengaja tidak turun dan menunggu di dalam mobil. Tak lama, Hani datang menghampirinya, dan mereka pun meluncur untuk menjemput Nia dan Arum.Nia dan Arum juga sudah menanti di depan sanggar. Setelah melihat mobil Indra, mereka pun masuk ke dalam mobil.
"Bagaimana tadi latihannya?" tanya Hani begitu Nia dan Arum sudah duduk di kursi belakang.
"Berat dan capek, Ma." jawab Nia cemberut.
"Loh kok wajah anak mama ditekuk gitu?" tanya Hani.
"Capek Tante, daritadi latihan kaki, kaki Arum sampai pegal sekali." jawab Arum.
"Hahaha.” Indra yang mendengarnya jadi tertawa. “masa Nia kalah baru latihan segitu?" sindir Indra.
"Yahh, Om sih nggak ikut latihan, coba saja deh sendiri!"
"Beneran Om! Capek banget! kami dari tadi lari dengan kaki yang diikatkan beban, terus kami melakukan tendangan lurus, berkali-kali. Hufft.. berat.. sakit kakinya." pekik Arum.
"Ayo jangan patah semangat, kan latihannya cuma seminggu dua kali." ucap Hani.
"Enggak ma, latihannya disuruh tiga kali seminggu. Mana dikasih PR sama Kak Ilham, harus latihan di rumah katanya!"
"Ya nggak papa dong, sayang. Kan supaya kalian tambah kuat." jawab Hani sambil menahan tawa.
"Ya sudah, nanti Om belikan hadiah deh, gimana? Setuju?" tanya Indra memberi semangat.
"Hadiah Om? Wah kalau itu kita nggak nolak ya, Rum."
"Iya Nia! Hahaha" ucap Arum bersemangat.
"Nah gitu dong baru anak-anak hebat. jangan lesu!" ucap Hani.
Setelah memarkir mobil, mereka memasuki sebuah mall yang dipadati pengunjung. Indra mengajak Hani, Nia, dan Arum ke cafe Ice cream. Melihat itu Nia langsung semangat. Ia segera berlari memesan ice cream kesukaannya, Arum juga nggak mau ketinggalan. Mereka memesan ice cream large rasa strawberry. Hani dan Indra yang melihat anak-anak memesan ice cream dengan sangat antusias, hanya bisa senyum saja. mereka juga ikut memesan dan kemudian mencari tempat duduk.
Saat mereka lagi menikmati ice cream, tiba-tiba datang seorang wanita menghampiri
"Kamu Nia kan?" tanyanya terkejut sambil menatap Nia dalam dalam.
Nia juga terkejut ada yang menyebut namanya, Dia langsung mengangkat kepalanya dan dan menatap wanita paruh baya itu sambil mengingat-ingat.
"Ah benar! Nia! Kemana aja kamu selama ini, Nak. Kamu lupa ya sama Tante?" tanya wanita paruh baya itu.
Dengan sedikit ragu Nia menjawab," Umm, ini Tante Retno ya?"
"Benar Nia, ini tante Retno, mama Rey dan Lisa, tetangga Nia!" jawab Tante Retno senang karena bisa berjumpa Nia yang hilang.
"Apa kabar tante?" sapa Nia.
"Tante baik-baik saja. Duh, tante senang sekali bisa jumpa Nia lagi, kamu selama ini baik-baik?”
"Nia baik-baik saja kok tante, terimakasih sudah peduli dengan Nia" jawab Nia sopan.
"Tante dari tadi merhatiin Nia, tante agak pangling tadi, mau nyapa takut salah, soalnya Nia rambutnya sekarang dipendekin sih." Tante Retno terus berceloteh.
"Hahaha, iya tante biar nggak gerah." jawab Nia.
“Nia mereka siapa?" tanya Tante Retno sambil mengamati Indra, Hani, dan Arum dengan seksama.
"Saya Indra, ini Hani dan Arum teman Nia,silahkan duduk" ucap Indra memperkenalkan diri.
"Oh saya Retno, saya tetangga Nia dikompleks, saya kenal mama kandung Nia, Mbak Fira." ucap Retno.
"Maaf Mbak, saya minta tolong, jangan beritahu keluarga Wahyu kalau Mbak bertemu kami hari ini karena Nia baru akan kembali kerumahnya hari Minggu besok." pinta Indra.
"Baiklah, saya tidak akan bilang ke Wahyu." janji Retno.
"Terima kasih atas bantuannya Mbak" jawab Indra tersenyum.
"Nia sekarang sudah masuk SMP ya?" tanya Retno.
"Ma, aku cariin, nggak taunya disini" tiba-tiba seorang anak remaja datang menghampiri Retno.
"Rey, lihat, ini Nia ,kamu masih ingat nggak?" ucap Retno begitu Rey menyapanya.
Rey, menatap Nia, dilihatnya Nia banyak berubah sekarang, dari model rambut, kulit, wajah juga penampilan.
"Apa kabar Nia" sapa Rey.
"Baik kak Rey" jawab Nia.
"Ma, ayo pulang soalnya Lisa dari tadi sudah nelpon terus! "ucap Rey,karena merasa jengah di tengah orang yang tak dikenalnya kecuali Nia.
"Ya sudah, kalau gitu tante duluan ya, Nia. Nanti kalau kamu sudah kembali ke rumah, main ya kerumah tante!" Retno pun berpamitan.
"Baik tante, sampai ketemu." ucap Nia.
"Nia, apa tante itu baik?" tanya Hani kemudian.
"Baik ma, Tante Retno selama ini baik dan ramah sama Nia dan Mbok Nah, tante suka kasih Nia makanan kalau Nia lewat rumah mereka waktu berangkat sekolah" jawab Nia mengingat masa lalu.
"Oh gitu."
"Sudah kalian habiskan dulu ice nya nanti cair loh!" perintah Hani, Nia dan Arum segera melahap kembali ice mereka dengan riang.
" Ma, si Nia sudah besar dan terlihat lebih baik dari waktu dulu ya." ucap Rey ke mamanya yang sedang menyetir mobil menuju rumah mereka.
"Iya Rey, kamu jangan cerita ke siapa-siapa ya kalau tadi kita ketemu Nia!" pesan Retno mengingat janjinya tadi.
“Memang kenapa Ma?" tanya Rey heran.
"Mama juga kurang tahu, tapi mama juga merasa kita memang harus diam dulu soal ini, apalagi ke keluarga Om Wahyu!" jawab Retno.
"Baiklah Ma. Rey juga senang lihat Nia banyak mengalami perubahan, Nia sekarang kelihatan kalau sudah terawat. Kulitnya sekarang bersih, sudah nggak kumal seperti dulu, dan nggak kurus kering lagi seperti dulu."