Kisah seorang menantu yang pernikahannya hancur karena ibu mertuanya yang memaksa putranya untuk menikah lagi dengan alasan sang menantu mandul. Vanniya harus merasakan sakit hati melihat kemesraan sang suami bersama madunya hingga ia membalas rasa sakit ini kepada ibu mertuanya.
Suatu hari ibu mertua Vanni mendapati sang suami membawa wanita lain ke rumahnya dengan status sebagai istri kedua. Wanita itu terduduk lesu, Vanni yang melihatnya segera mendekatinya.
" Bagaimana ma? Manis bukan madu yang aku kirimkan untuk mama?"
Bagaimana usaha Vanni balas dendam kepada ibu mertuanya? Apakah setelah ini Vanniya akan kembali kepada sang suami atau ia memilih meninggalkan suaminya dan menjalani kehidupan barunya?
Ikuti dan dukung kisah mereka berdua.
Baca pelan" dan tidak perlu boomlike karena akan mengurangi performa karya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERGI UNTUK SELAMANYA
Hana mengerjapkan matanya, ia mengerutkan keningnya saat menyadari dirinya berada di tempat asing.
" Dimana ini? Rumah sakit?" Ia mengingat ingat kejadian sebelumnya dan...
" Anakku." Gumam Hana menyentuh perutnya yang masih rata.
" Shhh kenapa sakit sekali, atau jangan jangan.... " Hana menggantung ucapannya.
Ceklek...
Hana menoleh ke arah pintu yang terbuka. Nampak seorang dokter wanita berjalan menghampirinya.
" Rupanya anda sudah sadar nyonya, saya periksa dulu ya."
" Apa kondisi saya baik baik saya dok?" Tanya Hana. " Bagaimana dengan janin saya dok? Apa dia baik baik saja? Tapi kenapa perut saya rasanya sangat sakit?" Imbuh Hana.
" Anda baru saja mengalami keguguran nyonya, menurut diagnosa saya rahim anda mengalami kerusakan akibat benturan yang terlalu keras pada perut anda. Dengan sangat terpaksa saya mengatakan jika ke depannya anda tidak bisa hamil lagi karena demi keselamatan anda, kami telah melakukan operasi pengangkatan pada rahim anda."
Deg...
Sudah merasakan sakit hati akibat ucapan suaminya, di tambah sakit pada perut akibat keguguran dan luka operasi, masih di paksa harus menerima kenyataan pahit tidak bisa hamil lagi. Sungguh lengkap sudah penderitaan Hana saat ini. Ia tak kuasa menahan beban ini sendirian, tak terasa air mata menetes membasahi pipinya.
" Andai saja mas Ardi tidak mengatakan hal menyakitkan itu, aku pasti tidak akan mengalami kecelakaan seperti ini. Aku tidak akan kehilangan rahim dan calon anakku. Sekarang puas kamu mas, kamu berhasil menyingkirkan sesuatu yang tidak kamu inginkan. Rupanya Tuhan lebih menyayangimu daripada aku yang ingin menjadi seorang ibu."
" Anda yang sabar ya nyonya, semua punya ujiannya masing masing. Semoga cepat pulih dan cepat sembuh, saya permisi dulu." Dokter keluar dari ruangan.
" Hiks... Hiks... " Hana menangis sesegukan. Ia sempat berpikir mungkin ini karma karena ia telah menghancurkan hidup orang lain. Tapi ia tak menyesal, karena ia berhasil membantu keponakan tercinta.
Ceklek...
Hana segera menghapus air matanya saat tahu yang datang adalah suaminya. Ia tidak mau terlihat lemah di depan sang suami yang telah melukai hatinya.
" Sayang kamu sudah sadar? Alhamdulillah mas senang sekali sayang. Mas sangat mengkhawatirkan keadaanmu sayang." Ucap tuan Ardi segera menghampiri Hana.
" Aku lebih senang jika aku tidak sadar selamanya mas." Ketus Hana.
" Apa maksudmu sayang?" Tuan Ardi memicingkan matanya.
" Bukankah ini kemauanmu mas? Kamu tidak menginginkan anak itu, kamu tidak ingin anak dariku. Dan Tuhan telah mengabulkannya. Aku telah kehilangan anak dan rahim ku karenamu. Aku ucapkan selamat untukmu mas, kau pasti sangat bahagia sekarang karena kau tidak jadi menjadi seorang ayah lagi. Hidupku sudah tidak ada gunanya lagi mas, bukan kah lebih baik aku mati." Ucap Hana tersenyum sinis.
" Sayang kamu salah paham sama mas. Tolong jangan berbicara begitu! Mas tidak bermaksud menolak kehadiran anak itu, mas hanya takut jika saja anak itu lahir, mas sudah tiada nanti. Mas tidak mau dia menjadi anak yatim." Ujar tuan Ardi merasa sedih.
" Memangnya kamu tahu seberapa sisa umur yang kamu miliki mas? Umur itu hanya Tuhan yang tahu kita manusia tidak bisa memprediksinya. Nggak usah jadikan hal ini sebagai alasan untuk membujukku. Sekarang aku sudah kehilangan semuanya. Aku kehilangan calon anakku dan juga hidupku. Kau berhasil membuatku hidup namun tanpa kehidupan yang semestinya. Sekarang aku seperti boneka mati yang tidak lagi punya tujuan. Aku mau kita pisah mas, aku ingin hidup sendiri dan menikmati kesendirian ini."
Deg...
Ucapan Hana menghancurkan hati tuan Ardi. Ia menggenggam tangan Hana sambil berlutut di samping ranjang Hana.
" Mas mohon sayang! Maafkan mas! Mas menyesal telah mengatakan hal buruk itu kepadamu hingga kamu harus merasakan sakit seperti ini. Seharusnya mas memberitahumu sejak awal. Mas sakit sayang hiks..."
Deg...
Jantung Hana berdetak kencang. Ingin sekali ia bertanya kepada sang suami masalah penyakitnya, namun ia enggan dan memilih untuk diam karena kekecewaannya.
" Dua bulan lalu, mas tiba tiba pingsan di perusahaan. Setelah di periksa dokter dan melakukan serangkaian pemeriksaan, dokter menyatakan jika mas mengidap kanker hati stadium akhir. Dokter juga bilang jika besar kemungkinan hidup mas tidak akan lama lagi. Mas bisa mati kapan saja sayang tanpa kita sadari."
Hana terhenyak mendengar ucapan sang suami. Bagaimana dirinya tidak tahu jika suaminya sakit selama ini?
Ya, memang sejak sebelum menikah dengan Hana, tuan Ardi sering merasakan sakit pada dada bagian kanannya. Namun ia tidak pernah mengeluh atau pun memikirkannya karena waktunya hanya ia gunakan untuk bekerja bekerja dan terus bekerja. Ia tidak betah di rumah karena nyonya Ratna yang tidak peduli dengannya membuatnya merasa jengah hingga ia lebih memilih menghabiskan waktu di perusahaannya.
" Mas tidak ingin kita punya anak sekarang karena mas takut umur mas tidak lama lagi. Mas tidak ingin anak mas menjadi seorang yatim di usianya yang masih sangat kecil. Setidaknya jika mas tiada nanti, kau masih bisa melanjutkan hidupmu tanpa beban anak dari mas sayang. Hiks... Maafkan mas sayang! Mas tidak mau membuatmu repot jika harus mengurus anak sendirian setelah mas tiada." Isak tuan Ardi menyalahkan dirinya sendiri.
" Kau seperti orang yang kekurangan uang mas. Memangnya kenapa kalau aku harus membesarkan anakku sendirian? Penghasilanku cukup untuk membesarkan dia dan membesarkan namanya jika dia sudah besar nanti. Ini alasan yang tidak logis. Aku tidak menerima alasan ini mas, karena alasanmu tidak sebanding dengan penderitaan yang aku alami. Anakku tidak bisa di tukar apapun, apalagi kata maaf dariku mas." Ucap Hana kukuh dengan pemikirannya.
" Sekarang kau pergilah mas! Aku akan meminta kak Azka dan kak Hani untuk merawatku. Lagian aku pasti cepat sembuh dan tidak akan membutuhkan bantuan orang lain lagi." Imbuh Hana mengusir suaminya.
" Tolong jangan hukum mas seperti ini sayang, mas tidak bisa kehilanganmu." Ujar tuan Ardi.
" Pergilah mas! Sebelum kemarahanku berubah menjadi kebencian." Ucap Hana.
Tuan Ardi menatap Hana dengan mata memerah. Ia mengusap air matanya lalu beranjak dari tempatnya.
" Baiklah sayang mas akan pergi, tapi mas akan kembali jika amarahmu sudah reda. Tolong jangan lama lama ya marahnya."
Dengan berat hati tuan Ardi meninggalkan Hana.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hari ini Hana pulang ke kediaman keluarga Azka setelah di rawat di rumah sakit selama dua hari. Selama dua hari itu juga ia menghindari suaminya, itu sebabnya ia pulang ke rumah kakaknya dan tidak mau kembali ke rumahnya sendiri. Tubuhnya masih terasa lemas akibat pendarahan yang ia alami dan luka operasi pengangkatan rahim.
Tiba tiba tuan Azka datang menghampirinya dengan langkah cepat.
" Hana, ada kabar buruk yang terpaksa harus kakak sampaikan padamu."
Hana menatap tuan Azka sambil mengerutkan keningnya.
" Memangnya berita apa yang lebih buruk dari keguguran dan pengangkatan rahim yang aku alami kak?" Ujar Hana.
" Suamimu, Ardi...." Tuan Azka menjeda ucapannya.
" Aku tidak peduli padanya kak." Sahut Hana tanpa mau mendengar ucapan kakaknya selanjutnya.
" Jangan begitu sayang! Bagaimana pun dia suamimu." Ujar tuan Azka.
" Sudah aku bilang, aku tidak peduli kak. Aku tidak mau mendengar hal apapun tentang dia." Ucap Hana dengan nada sedikit keras.
" Tapi kamu harus mendengarnya Hana." Ujar tuan Azka ngotot.
" Pergilah kak! Aku mau istirahat. Aku tidak mau mendengar satu katapun yang keluar dari bibir kakak tentang mas Ardi." Hana menutup tubuhnya dengan selimut.
" Ardi meninggal dunia."
Jeduarrrr....
TBC...
percepat pertemukan mereka kak, ingat karma itu ada kak hukum Alloh lebih kejam.