“Barang siapa melancarkan rezeki orang lain, rezekinya juga akan dilancarkan. Dan barang siapa menghambat rezeki orang lain, rezekinya pun juga akan dihambat sampai tujuh turunan.”
***
Rahayu Tejo, mandor proyek perempuan telah menandatangani kontrak kerja untuk tugas melanjutkan suatu proyek perumahan yang telah mangkrak selama bertahun tahun.
Rahayu Tejo tidak tahu jika ternyata proyek perumahan itu telah memakan banyak korban pekerja proyek. Maka akhirnya proyek itu mangkrak karena orang orang tidak mau bekerja di proyek itu.
Ada misteri apa di proyek itu, hingga telah memakan banyak korban? Apa karena ada satu pohon yang konon ceritanya sangat angker di lokasi proyek itu atau ada hal lain?
Apa Rahayu Tejo mampu melanjutkan proyek yang telah memakan banyak korban dan banyak dihuni hantu itu? Atau dia justru menjadi korban?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 3.
Rahayu Tejo dan Respati pun akhirnya menginap di rumah Pak Kadus, karena Pak Kadus belum memberikan kunci kunci dan inventaris Pak Duta pemilik proyek Puri Argo Nirmala.
Keesokan harinya, sebelum subuh Yayuk sudah membuka kedua matanya. Dia benar benar sudah ingin melihat lokasi proyek mangkrak yang harus dia lanjutkan.
“Pak, ayo bangun kita sholat subuh. Habis itu kita pamit. Kita cari sarapan di luar saja.” Ucap Yayuk sambil bangkit dari tidurnya.
Yayuk tampak kaget saat melihat tubuh suaminya penuh dengan keringat. Wajah dan baju suaminya tampak basah oleh keringat.
Ekspresi wajah suaminya pun terlihat tegang. Namun kedua matanya tampak masih terpejam rapat. Dadanya tampak turun naik, dan suara nafasnya juga agak keras tapi bukan ngorok.
“Pak.. Pak.. bangun.. sudah pagi.. sampeyan kegerahan atau kenapa?” ucap Yayuk sambil menggoyang goyang lengan suaminya..
Yayuk lalu menempelkan tangan di kening suaminya..
“Padahal udara masih dingin, kok keringatan begini. ” Gumam Yayuk yang khawatir suaminya tiba tiba sakit.
“Pak bangun..” ucap Yayuk lagi.
Respati masih diam saja. Yayuk lalu membuka kancing teratas baju piyama suaminya dengan maksud agar keringat suaminya berkurang.
Namun tangan Respati malah mengibaskan tangan Yayuk sambil berteriak..
“Pergi kamu kunti, jangan mendekat, jangan ganggu aku!”
“Halah ternyata cuma karena mimpi buruk.” Gumam Yayuk dan hatinya sedikit lega sebab sang suami keringatan bukan karena sakit.
Yayuk pun lantas menepuk nepuk pipi suaminya dengan keras..
“Bangun Pak, aku Yayuk istrimu, bukan kunti. Pasti kamu mimpi buruk karena cerita Pak Sopir tadi malam.” Gumam Yayuk sambil masih menepuk nepuk pipi suaminya.
Respati pun membuka matanya.. Nafas Respati terdengar agak memburu bukan karena nafsu.
“Iya Bu, aku mimpi serem, melihat kunti di jembatan yang tadi malam kita lewati.. hiii... Aku sudah lari menjauh tapi dia malah mendekat dan kok tiba tiba wajahnya jadi sama kayak..” ucap Respati tidak berlanjut.
Respati pelan pelan bangkit dan segera membuka kancing baju piyamanya yang sudah basah kuyup oleh keringat.
“Sama kayak siapa Pak? Awas kalau bilang sama kayak aku.” Ucap Yayuk sambil mencubit paha suaminya.
“He.. he.. he ya tidak lah Bu, mosok wajah istriku yang cantik sama dengan kunti.. “ ucap Respati.
Respati lalu mendekatkan wajahnya di telinga Sang istri..
“Kayak Bu Kadus.” Bisik lirih Respati.
“Husttt.” Hardik Yayuk sambil menepuk keras paha suaminya. Yayuk lalu bangkit berdiri dan menuju ke kamar mandi.
Setelah mereka berdua selesai sholat subuh. Mereka berkemas kemas. Yayuk pun juga merapikan tempat tidur.
“Bu kasih amplop pada Bu Kadus biar tidak sengak bicaranya.” Ucap lirih Respati.
“Iya Pak sudah aku siapkan.” Ucap Yayuk..
Mereka berdua segera keluar dari kamar, akan menuju ke ruang tamu..
Sesaat mereka berdua berpapasan dengan seorang perempuan dengan rambut yang sudah putih penuh uban. Kulitnya tampak sudah berkerut kerut. Kira kira umur perempuan itu enam puluh tahun lebih.
“Sudah bangun Bu, Pak? Mau minum apa kopi atau teh?” tanya perempuan tua itu.
“Tidak usah kami mau pamit. Apa Pak Kadus sudah bangun ya.” Ucap Yayuk dengan senyum ramah.
“Minum dulu Bu, saya buatkan. Pak Kadus sudah menyuruh saya untuk membuatkan minuman tamu. Panggil saja saya Mbah Surti atau Mbah Seno, suami saya namanya Seno.” Ucap perempuan tua itu dengan ramah.
Sesaat perempuan tua melangkah mendekati Yayuk. Dia mendongak karena tubuhnya lebih pendek dari Yayuk dan mencondongkan wajahnya di telinga Yayuk.
“Jangan diambil hati omongan Bu Kadus ya.. Dia memang suka gitu kalau sama perempuan yang lebih muda dan cantik. Pak Kadusnya juga thukmis.” Bisik Mbah Surti pada Yayuk.
“Iya Mbah Surti terima kasih..” ucap Yayuk sambil menganggukkan kepalanya.
“Kalau ada kopi mau saya Mbah.” Saut Respati sambil tersenyum menatap Mbah Surti.
***
Setelah mereka berdua selesai minum kopi. Pak Kadus keluar dari kamarnya sambil membawa satu tas koper hitam.
“Ini Bu Yayuk kunci kunci dan surat surat ada di dalam koper ini. Mobil dan motor ada di garasi dalam keadaan yang baik siap dipakai.” Ucap Pak Kadus sambil menyerahkan satu tas koper besar.
“Mari saya antar ke lokasi proyek.” Ucap Pak Kadus menawarkan diri.
Mereka bertiga berjalan menuju ke garasi. Pak Kadus menyalakan mesin mobil dan mesin motor milik Pak Duta.
“Silahkan Pak, Bu, semua dalam kondisi baik siap jalan.” Ucap Pak Kadus..
“Biar saya naik motor saja, suami saya dengan Pak Kadus naik mobil. Nanti pulangnya Pak Kadus bisa diantar oleh suami saya.” Ucap Bu Yayuk mawas diri karena mendapat info dari Mbah Surti kalau bu Kadus cemburuan dan Pak Kadus nya thukmis alias mata keranjang. Thukmis akronim dari bathuk klimis, maksudnya adalah tidak kuat jika melihat dahi halus alias wajah mulus.
Mobil dan motor pun berjalan beriringan. Motor yang dikendarai oleh Yayuk berjalan di belakang mobil yang dikemudikan oleh Pak Kadus.
Hari masih sangat pagi, udara terasa sangat segar karena habis hujan semalaman. Mobil dan motor berjalan tidak kencang di atas jalan aspal yang naik turun.
Tidak lama kemudian mobil berhenti di depan satu pintu gerbang yang cat nya sudah sangat kusam bahkan banyak bagian yang tampak sudah berkarat.
Rumput rumput ilalang juga tumbuh lebat di dekat pintu gerbang itu. Tembok panjang setinggi satu setengah meter di kanan kiri pintu gerbang itu juga tampak sudah berlumut.
Di balik pagar tembok itu sudah ada beberapa bangunan, kavling rumah yang belum jadi sempurna. Bangunan bangunan itu juga sangat kusam, bahkan banyak genting yang jatuh.
Pak Kadus dan Respati turun dari mobil..
“Kunci gembok ada di tas itu, saya ambil dulu.” Ucap Pak Kadus lalu membuka bagasi mobil karena tas Pak Duta dan koper koper Yayuk Respati ada di dalam bagasi mobil.
Sesaat Yayuk yang masih di atas motor, meremang bulu kuduknya kala menatap sesuatu yang baginya sangat aneh dan mengganggu.
Satu pohon duwet yang tumbuh tidak jauh dari pintu gerbang itu.
Pohon itu besar dan tinggi. Daun dan buahnya sangat lebat. Daun daun dan buah yang rontok jatuh di tanah di bawah pohon itu. Ranting dan dahan dahannya menjulur hingga sampai di atas pintu gerbang.
“Kenapa tidak ditebang saja itu pohon duwetnya Pak?” tanya Yayuk pada Pak Kadus yang sedang membuka bagasi mobil.
“Tidak ada yang mau disuruh Bu.” Jawab Pak Kadus tanpa menoleh menatap pohon duwet itu
“Upahnya kurang mungkin Pak.” Saut Respati yang membukakan tas hitam Pak Duta.
“Coba saja nanti sampeyan cari siapa yang mau menebang pohon itu.” Ucap Pak Kadus sambil mengambil kunci gembok pintu gerbang
ini yayuk is the best yaaa
lanjt yuk biar semua terungkap
dann ohhh whattr.. blnjane jlimiet
wissss jannn tliti amat apa sih yg mau di jlimetin palg harga cabe naik lagi g jd harga tomat melambung g jadi
harga kacang panjang melambung ambil lain lagi 🤣🤣🤣🤣🤦