Tak ku sangka kawah gunung itu menyatu kan garam lautan dan asam pegunungan,lampu kuning penanda kehidupan ternyata jalan ku menemui dia sebagai teman sehidup semati ku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ys Simarmata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelukan hangat dari bayangan nya
Sesampainya dirumah
Mengambil waktu dengan secangkir kopi buatan ku,mungkin para asisten sudah lelap tertidur.
Semilir angin di balkon amat menyejukkan jiwa,terbayang kasih betapa malangnya nasib ini,ku hadapi dengan senyuman dan tarikan nafas ter engah.
[Dri, ditunggu ya kedatangannya.]
Undangan pesta minuman dari Dina, suaminya Fandi selalu mengadakan parti minuman buat kami bersama,ya di clubing kecil-kecilan lah.
[Okay ]
Terlihat cuek namun sebenarnya ini adalah titik kebahagiaan ku menemukan cara untuk melupakan sejenak kebisingan otak, mengambil damai dengan duduk sampai waktu menunjukkan pukul 4 pagi baru aku tidur, bangun-bangun juga sudah rapi itu semua.
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
Hari yang ditentukan tiba, sebelum ke cafe berkonsep bar yang telah dijanjikan oleh Fandi dan Dina,aku mengambil kunci mobil yang terjatuh.Seperti ada perasaan perubahan besar setelah aku memasuki cafe itu nantinya,jaraknya tidak begitu jauh dengan stasiun rumah mereka.
Fandi:" Dri,50 meter dari sini ada stasiun.Naik kereta yuk."
Ajakan Fandi sebenarnya mengarah pada pembullyan nih, karena dia tau aku seumur hidup enggak pernah yang namanya naik kereta untuk suatu tujuan.
Adriana:"Din ! lihat laki Lo mulai ngehina gue nih."
Dina:" yee elo... Fandi sedeng, elo juga ikut-ikutan."
Fandi menoyor kepala Dina dengan candaan suami istri, sampai 3 orang masinis datang, makan dekat dengan kami, pasti Fandi mulai godain aku lagi nih.
Fandi:" Dri,gue promosi-in Lo ke mereka ya.Ya kali aja butuh."
Adriana:" Njirr segitu perawan tua nya gue dihadapan Lo Ndiii ,iss sumpah laki Lo Din tukar tambah dipasar Senen aja sono! "
Fandi dan Dina tertawa terbahak-bahak, sampai guitan Dina mengisyaratkan sesuatu dibalik punggung ku,diakhir kedatangan ada seorang pria yang amat tidak asing bagiku.Dia laki-laki yang amat ku idam kan wkwkwk, datang dengan jaket hitam menutupi siapa jati diri nya.
Sagam...dia seorang masinis tohh.
Teman Sagam:"wesss calon masinis utama kita datang."
Sagam dengan senyuman nya melirik ke arahku,ya aku hanya bisa tersenyum sembari membalikkan badan.
Sagam:" Ah itu kan masih rencana,lagi pula gue baru 6 Tahun kerja.Sulit lah pastinya."
Teman Sagam:"Elo mah gitu gam, merendah untuk di tunjang."
Yang lain pada tertawa termasuk sagam yang kebetulan mengambil posisi tepat dibelakang ku.
Teman Sagam:" Bini Lo jadi dibawa ke kota?"
Ohh ternyata sagam sudah memiliki istri,hemm okelah kalau begitu.
Dina:"Anjir Dri sudah punya bini!"
Mata melotot Dina jadi mengetahui kalau aku dan dia sedang menguping pria ini,namun saat dia berusaha melihat ke Arah ku , wajah ku menjauh darinya.
sialan memang si Dina ini.
temsnp Sagam:" expeesso? "
Sagam:"Capucino aja."
Teman Sagam:" hemat banget."
Sagam:" Iya lagi butuh banyak biaya."
Semua rekan-rekan nya tertawa saat badan ku berbalik untuk mengambil kartu debit dari tas.
What? kata-kata Sagam tadi terlihat lucu kah sehingga teman-teman nya tertawa,atau karena melihat sesuatu yang aneh di diriku.
Fandi:"Pesan aja Dri,gue yang bandar."
Aduuh si Fandi berlagak kaya nih,Humm bau-bau menang proyek tercium dari jarak 1 meter.
Adriana:" Menang proyek Lo."
Canda ku membuat tawa Dina dan Fandi.
Fandi:" Proyek setan lautan,ya elah kalau buat Lo teler mah dompet gue sanggup nih."
Kata fandi sambil tertawa lepas
2 botol minuman ringan diberikan barista pada kami sesuai dengan kebutuhan kami, tidak jauh dari bar pilihan kami ada hotel yang telah disediakan, kami sepakati ambil 2 kamar untuk kami.
Fandi:" Gelas pertama untuk perjuangan kita yang sejauh ini."
Cukup 1 gelas sudah membuat perasaan ku berbeda, lebih ringan dan bebas.Sudah lama perasaan itu tidak ada dihati.
Adriana:"Kurang."
Tawa ku mulai lepas di gelas ke-tiga antara dunia hura-hura dan nyata mulai tidak se-imbang.
Dina belum terlalu teler sampai kepulangan Sagam ia kejar, entah apa yang dia bisikkan ditelinga Sagam sehingga mau duduk dengan ku.
Sagam:" Terimakasih undangan,dan minuman nya tapi saya gak bisa.
Tolak Sagam tidak turut dengan ku,aku juga tidak perduli dengan itu.Malah Dina Dee enggan melepaskan kepergian Sagam sampai memberikan 1 gelas saja penghargaan.
Namun sagam tetap menolaknya, sampai akhirnya suami Dina tak lain adalah Fandi menghadirkan kopi hangat yang telah diseduh oleh barista untuk Sagam.
Fandi:" Tenang' kalau Lo ngehargain undangan istri gue yang kebetulan kenal Lo,ini buat Lo." Tunjuk nya pada segelas kopi.
Sagam menerima itu untuk duduk bersama,sampai Dina ku ingat memperjelas sesuatu kepada Fandi dihadapan kami.
Dina:" Senk,itu bukan kopi kita kan?"
Mata Dina melotot tajam ke hadapan Fandi
Gigitan lidah itu tidak lagi ku mengerti,aku mulai pusing dan mulai terbawa suasana,dan lebih anehnya Fandi menyuruh agar Sagam cepat saja pulang malam itu.
Entah kenapa Dina tiba sakit perutnya,harus mengemudi dikeadaan mabuk seperti ini membuat Fandi dan Dina meninggalkan ku untuk titip pada satpam.Aku ingat memesan hotel dekat dengan bar ngapain pulang.
Dibawah pengawasan satpam aku dituntun jalan dengan sebotol minuman, minuman hampir habis begitu juga dengan kesadaran ku.
Ku ingat banget sebelum masuk seorang laki-laki ikut masuk dengan ku, wajahnya tertutup dengan gelap.
Karena malam panas di kota Jakarta ini hampir membuat ku susah untuk berjalan,aku di angkat ke tempat tidur tapi bukan dengan satpam itu, badannya kekar mampu mengangkat ku ke atas ranjang panas ini.
Kancing jaket tersangkut di gelang ku, untuk detik pertama Sagam,aku ingat betul itu Sagam berusaha menarik nya sampai genggaman tangan ku menghentikan tarikan Sagam.
Disini aku sadar aku yang membawa petaka bagi diriku sendiri,aku yang membawa Sagam pada cerita hidup ku.
Dengan kekuatan penuh dan kesadaran memadai ku serahkan badan ku untuk di kuasai Sagam malam ini,ku lampiaskan nafsu yang tertahan selama ini.
Dibawah remang malam Sagam juga ingin melepaskan itu pada ku walaupun sekilas balik ada khawatirkan nantinya akan aku.
Entah apa selanjutnya aku tidak tau apa yang terjadi namun dikala aku bangun,Sagam tidak lagi mengenakan jaket dan baju-bajunya, begitu dengan aku yang masih mengenakan pakaian luar namun pakaian dalam ku tertanggal entah dimana adanya.
Aku sadar dengan itu semua, sampai ada kata ke egoisan dihatiku untuk tidak jauh dari Sagam,ku peluk dia dalam tidurnya,dekapan tangan Sagam menghangatkan perasaan yang hampa, diantara rasa sakit ibu aku sangat menikmatinya.