Naura Anjani, seorang gadis desa yang menikah dengan pria asal kota. Namun sayang, gadis itu tidak di sukai oleh keluarga suaminya karena dianggap kampungan dan tidak setara dengan menantu lain yang memiliki gelar pendidikan tinggi dan pekerjaan yang memadai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
"Ma, kenapa Mama terus menyalahkan Naura? Dia tidak salah. Mama, Mbak Rere dan Mbak Ria yang terus menyudutkan istriku dari tadi. Padahal, ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan mereka. Apa lagi Mama mengatakan kata cerai semudah itu. Mana mungkin aku menceraikan istriku hanya karena diperintah Mama. Aku sudah dewasa, Ma," keluh Azriel memelas.
"Hebat kamu, Ra," desis Mama Sovi meliriknya sinis. "Kamu senang sudah membuat Azriel menjadi pembangkang? Bahkan Azriel baru saja membentak Mama hanya untuk membela kamu. Jelas kamu yang salah," nafas Mama Sovi terengah karena amarah.
"Mama yakin, kamu sudah memberi pengaruh buruk pada Azriel! Iya, kan?!"
"Ma, tolong. Jangan menyalahkan Naura terus menerus."
Mama Sovi menarik napas kasar. Jurus terakhirnya adalah masuk ke dalam kamar, lalu menguncinya dari dalam.
"Ma!" seru Azriel mengejarnya sang mama.
Ia mengetuk pintu kamar Mama Sovi, memanggilnya dan meminta maaf. Namun, wanita itu enggan membukakannya.
Mama Sovi sengaja melakukan itu supaya Azriel semakin merasa bersalah.
Sementara Naura hanya bisa menatap iba suaminya
Suaminya itu masih memiliki dua orang saudara dan semuanya adalah lelaki.
Tapi kenapa hanya suaminya yang diwajibkan tinggal di sana? Sedangkan kedua kakaknya sudah memiliki rumah sendiri.
**
**
Kini yang tersisa di ruang tengah hanya Naura, Rere dan Ria.
Naura yang sudah malas berdebat berniat masuk ke dalam kamar untuk beristirahat. Urusan mertuanya, biar suaminya yang menyelesaikannya.
"Mau ke mana kamu, Ra?"
Rere dan Ria menghadang. Mereka berdiri bersebelahan agar Naura tidak bisa ke mana-mana.
"Masuk kamar lah, istirahat." Naura hendak menyela mereka, tapi Rere dan Ria malah mendorongnya.
"Kamu tidak boleh masuk kamar sebelum menjawab pertanyaan kami," ujar Ria melirik Rere.
"Benar," Rere mengangguk. "Kamu posting rumah mewah di sosial media, maksudnya apa? Mau beli rumah?" cecar perempuan itu.
Muak juga lama-lama. Naura balas mendorong bahu Ria yang ada di hadapannya.
"Kalau aku memang mau beli, apa kamu mau memberiku tambahan uang? Tidak, kan!" Naura melangkah maju, membuat Rere dan Ria melangkah mundur. "Lebih baik kalian diam saja. Punya mulut itu harus ada remnya! Aku tidak butuh saran-saran tidak berguna dari kalian berdua!" Naura menatap mereka penuh intimidasi.
Namun, meski begitu ia tetap berusaha bersikap setenang mungkin.
"Memangnya kamu dapat uang dari mana?" selidik Rere masih tak percaya.
"Aku punya uang lebih banyak dari pada punya kalian," bisiknya mengejek. Menyenggol bahu kedua kakak iparnya dan melenggang pergi memasuki kamar.
Namun, ia masih menyembunyikan identitas aslinya sebagai pemilik perkebunan sawit.
Karena jika mereka sampai tahu akan hal itu, bisa-bisa mereka pingsan.
**
**
Setelah Naura cukup lama berada di kamar, terdengar suara pintu kamar yang terbuka.
Azriel masuk ke dalam kamar dengan langkah yang lesu.
Naura berbalik, menatap ke arah sang suami. Pria itu duduk di sebelahnya dengan helaan napas kasar.
"Mama masih tidak mau buka pintu?" tanya Naura, menggeser posisi duduknya lebih dekat.
Azriel menghela napas panjang. "Belum."
Naura mengusap lengan suaminya untuk memberi ketenangan.
"Aku belum bisa tenang sebelum Mama mau buka pintu dan memaafkan aku, Ra," lirih Azriel dengan raut wajah sedih.
Hatinya dipenuhi rasa bersalah pada mamanya.
"Biarkan Mama tenang dulu, Mas," Naura meraih tangan suaminya dan menggenggamnya erat. "Nanti kalau perasaannya sudah lebih baik, Mama pasti mau bicara dengan Mas Azriel. Sekarang sabar dulu saja, ya?"
Azriel menganggukkan kepalanya.
"Ra, soal keputusan kamu ingin membeli rumah. Aku setuju, tapi aku harus membujuk Mama dulu sebelum kita pindah dari rumah ini," ucap Azriel.
Naura terdiam dan mencoba membaca raut wajah suaminya.
Dia masih terlihat tidak tenang karena mamanya tidak memberi izin.
Apalagi setelah perdebatan tadi, suaminya pasti masih kepikiran.
"Iya Mas, aku setuju!" Naura mengangguk pelan. "Tapi aku akan tetap membeli rumah itu apa pun yang terjadi," ucapnya tanpa bisa diganggu gugat.
Keduanya pun akhirnya setuju untuk pindah dari rumah jahanam itu.
Tugas mereka sekarang adalah meluluhkan hati Mama Sovi.
**
**
Keesokan harinya...
Setelah Azriel berangkat mengajar. Naura hanya sendiri di dalam kamar.
Semua pekerjaan rumah sudah selesai ia kerjakan, jadi ia memutuskan kembali ke kamar.
Ia lupa belum memeriksa hasil penjualan mingguan kebun sawitnya yang diam-diam ia kelola.
Yang penghuni rumah itu tahu ia hanya perempuan dari desa yang tidak punya apa-apa untuk dibanggakan. Dan membuat mertua dan kedua iparnya meremehkan.
"Ra," terdengar panggilan Mama Sovi dari luar.
Naura yang merasa belum yakin dengan panggilan itu terdiam sejenak dan menghentikan pekerjaannya.
"Naura!!"
Setelah panggilan kedua itu, ia baru beranjak keluar kamar. Dan benar saja, ibu mertuanya sudah berdiri di depan pintu kamar.
"Iya, Ma. Ada apa?" tanyanya setelah membuka setengah pintu.
"Keluar sebentar, Mel. Mama mau bicara denganmu di ruang tengah," balas Mama Sovi.
Wanita paruh baya itu langsung berbalik meninggalkan Naura.
"Mama mau bicara apa, ya?" batin Naura. Perasaannya mulai tidak enak.
Ia mengikuti langkah mertuanya hingga ke ruang tengah, duduk di hadapan mertuanya yang kini terlihat jauh lebih tenang meski masih memperlihatkan raut tak suka.
"Mama mau bicara apa denganku?" Naura membuka suara.
Mama Sovi berdeham pelan. "Mama harap kamu melupakan niat untuk pindah dari rumah ini."
Ucapan Mama Sovi berhasil menciptakan kerutan di dahi Naura.
Rupanya mertuanya masih membahas soal rumah.
"Di sini kamu dan Azriel bisa tinggal tanpa memikirkan biaya apa-apa." Mama Sovi mengatur napas setiap kali akan terpancing amarah dan berusaha untuk bersikap tenang. "Mama minta baik-baik padamu, Ra. Jangan pisahkan Mama dengan Azriel. Dia anak bungsu kesayangan Mama," pintanya sungguh-sungguh.
Naura membiarkan Mama Sovi menyelesaikan pembicaraannya hingga selesai tanpa berusaha menyela.
Mertuanya selalu mengatakan kalau Azriel adalah putra kesayangannya. Dan Naura tahu itu.
Tapi di sini ia tak dihargai oleh mertuanya. Dan malah dianggap pembantu oleh kedua kakak iparnya.
Ia tak ingin makan hati setiap hari.
Jika ia punya cukup uang untuk membeli rumah, kenapa tidak membelinya saja?
Tapi, memang pada dasarnya mertuanya itu sangat suka mempersulit hidupnya.
"Ma, maaf sebelumnya." Naura akhirnya angkat bicara. "Aku tahu Mas Azriel anak kesayangan Mama. Tapi, ada baiknya anak yang sudah menikah, tinggal terpisah dengan orang tuanya."
"Ajaran dari mana itu?" desis Mama Sovi.
"Ada baiknya aku dan Mas Azriel pindah dari rumah ini. Aku janji, setelah kami pindah, aku dan Mas Azriel akan ke sini setiap hari untuk mengunjungi Mama," tuturnya lembut.
Mama Sovi mencoba untuk menyela tapi tak berhasil karena Naura kembali melanjutkan kalimatnya.
"Aku bukan mau memisahkan Mama deny Mas Azriel. Tidak sama sekali," ia menggeleng pelan. "Alasan terbesarku ingin pindah dari rumah, karena aku merasa tidak dianggap di sini. Aku tidak dihargai, dan aku tidak mau Mbak Rere dan Mbak Ria ikut mengatur atau ikut campur. Ini urusan rumah tanggaku dan Mas Azriel. Karena mereka bisa dibilang hanya orang asing bagiku," Naura kembali menekankan.
Sekarang Naura memiliki kesempatan untuk mengungkapkan kalau memang mertuanya itu tidak menyukainya dan hatinya terasa sangat sakit.
Ia mengeluarkan unek-uneknya berharap Mama Sovi bisa sedikit lebih menghargainya dan bisa benar-benar merestui pernikahannya dengan Azriel.
"Keputusanku untuk pindah dari rumah ini sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat. Aku akan tetap pindah dari rumah ini apa pun yang terjadi," ujarnya tegas.
Mama Sovi hanya mendelik dan berusaha menahan amarahnya agar tidak meledak seperti kemarin sore.
***********
***********
smoga Azriel sll berada di jln yg lurus...
tunggu sja mm sovi apa yg km tabur... kelak akn km tuai hasilnya.... ank dan mantu" parasitmu yg akn mnenggelamkn dirimu... beserta mereka jga ikut tnggelam...
dan smoga saja azriel bukan suami yg bodoh dan mudah di hasut.... di manfaatkn mereka....
sumpah..... hidupnya cm bikin ssh org lain....
se kali" lah seatap dgn mantu" kbanggaan dan ksayanganmu.... agr km tau mna yg manusia ber adab dan mna yg hnya manusia parasit tak tau diri...
biar mrtuamu tau wujud asli mantu" sengkuninya....
krna tak ada luka yg paling mnyakitkn selain pnghianatan...
syukur" kalian para kturunan dajjal di poligami.... biar tau rasa kalian....
intinya km g suka dgn mnantumu yg dri kmpung hidup senang.... km maunya mantu dri kmpung itu trtindas.... jdi babu... jdi pngasuh cucu"mu dri menantu"mu yg yg km anggp perempuan karir trpndang.... dan sll km bela"in