Karena kejadian di malam itu, Malika Zahra terpaksa harus menikah dengan pria yang tidak dicintainya.
"Argh! kenapa aku harus menikah dengan bocah bau kencur!" gerutu seorang pria.
"Argh! kenapa aku harus menikah dengan pak tua!" Lika membalas gerutuan pria itu. "Sudah tua, duda, bau tanah, hidup lagi!"
"Malik! mulutmu itu!"
"Namaku Lika, bukan Malik!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aylop, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan Aneh
Evan mengelus kepala Lika yang masih terpejam. Saat istrinya pingsan di kantor polisi, ia membawa pulang ke rumah.
Pria itu merasa kasihan melihat Lika saat ini. Begitu shock dan terpukul sekali dengan kenyataan ini.
"Boni!" pekik Lika terbangun. Ia bermimpi Boni ditangkap polisi.
"Malik, tenanglah!"
"Om, Boni mana?" tanya Lika memastikan. Sepertinya Boni ditangkap polisi itu hanya mimpi saja.
"Boni ditangkap polisi. Ia menipu banyak wanita dengan menjanjikan pernikahan di kemudian hari. Padahal hanya ingin uang saja dari mereka." jelas Evan akan kasusnya.
Boni memang memanfaatkan wanita-wanita yang ngebet menikah. Menjanjikan pernikahan di masa depan. Dengan penuh keyakinan dan tatapan seolah begitu sangat mencintai korbannya. Padahal itu hanya modusnya.
Saat Evan mencari tahu tentang si jelek itu, korbannya ternyata lebih dari 100 orang. Dan semuanya dijanjikan menikah dalam 2 sampai 3 tahun mendatang. Dan selama itu diminta ikut menyetor sejumlah uang untuk menjadi tabungan masa depan.
Tidak terbayang berapa banyak pemasukan yang diterimanya setiap bulan.
Jika saja Evan tidak mencari tahu tentang Boni, mungkin sampai sekarang penipu itu terus memanfaatkan korban atau bahkan menambah korban baru dengan modus yang sama.
"Tidak mungkin!" Lika tidak percaya. Boninya sejahat itu.
"Dia akan dihukum sesuai perbuatannya!" ucap Evan. Penipu itu harus di penjara selamanya, karena telah banyak menipu orang. Termasuk istrinya.
Dan Lika pun menangis memukuli dadanya. Tidak menyangka pria yang begitu dicintai telah menipu. Menipu hati dan perasaannya.
Boni itu cinta pertama Lika. Pria pertama yang menawarkan hidup bersama selamanya dalam ikatan pernikahan yang sah.
Tapi ternyata, itu hanya trik saja.
"Sudahlah, jangan menangis lagi." bujuk Evan. Ia mengelus punggung si Malik yang menangis sambil menutup wajahnya.
"Dia jahat sekali, om Evan. Aku begitu tulus dan sangat percaya padanya, tapi ternyata ia seperti itu. Aku menuruti apa yang dikatakannya, bahkan aku sampai jual diri demi membantunya." Lika menangis sambil mengatakan semuanya. Ia sedih sekali, apa yang sudah diperjuangkan sia-sia.
Evan membuang napasnya dengan kasar. Mendengar jual diri membuatnya sedikit risih dan tidak suka.
Penyatuan mereka tadi malam malah dianggap begitu. Lika mau menjual diri karena uang.
"Hei cengeng, jangan menangis lagi! Untuk apa menangisi pria jelek seperti itu!" Evan bernada sinis mengatakannya. Kata jual diri membuat moodnya jadi buruk.
Lika masih menangis, ia tidak marah pak tua itu memanggil Boni jelek. Karena memang si Boni itu jelek. Penipu jelek.
Melihat Lika yang masih menangis tersedu-sedu membuat Evan jadi tidak tega.
Pria itu menarik Lika padanya dan memeluk erat. Ia juga mengelus kepala dan punggung untuk menenangkannya.
"Dia jahat, om. Huhuhu!" adu Lika di antara tangisannya.
"Dia akan mendapat hukuman yang berat!"
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Evan masuk kamar membawa nampan berisi makanan. Sudah hampir pukul 4 sore dan Lika belum makan siang.
Seharian ini si Malik tidur terus. Maklum masih patah hati dan kecewa, tapi harus tetap makan juga.
"Malik, makan!" ucap Evan membangunkan wanita berwajah sembab yang tertidur.
Diletakkan makanan di atas meja nakas dan menggoyangkan tubuh Lika pelan-pelan.
"Malik, bangun. Makanlah dulu!" ucap Evan.
Lika membuka mata dan loading sejenak. Lalu tak lama menangis lagi.
"Huhuhu, dia sangat jahat!" kembali mengingat Boni yang telah menorehkan luka di hati yang terdalam.
"Lupakan si jelek itu! Sekarang makan!" pinta Evan. Pria jelek malah ditangis-tangisi.
"Aku tidak mau makan!" tolak Lika. Ia tidak berselera sama sekali.
Evan pun memaksa dan menyuapinya. "Cepat makan!"
"Nggak ma-" Lika cemberut. Evan menyuapinya dengan memaksa.
"Kunyah dan telan!!!" pinta Evan karena melihat mulut Lika diam saja.
"Om Evan galak sekali!" ucap Lika sambil mengunyah pelan. Pak tua itu marah-marah saja.
"Jangan banyak bicara! Habiskan cepat!" Evan kembali memaksa menyuapi Lika.
"Aku tidak mau makan!" tolak Lika menutup mulutnya rapat-rapat dengan tangan.
Evan mulai naik darah, disuruh makan saja banyak sekali drama.
"Makan!"
"Nggak mau!"
"Malik!"
"Tidak mau!"
Lika tetap menolak untuk makan, kini malah membaringkan diri lalu bergumul dalam selimut.
Pria yang kesalnya minta ampun itu membuang napasnya berkali-kali. Si Malik memang sulit sekali menurut.
"Kalau kamu tidak mau makan, aku akan bilang pada papa. Aku juga akan ceritakan semua pada papa tentang kamu dan si jelek itu!" ancam Evan. Ia akan membuat Lika menurut padanya.
"Om Evan!" Lika bangun dengan wajah kesal dan marah. Pak tua itu mau mengadu.
"Makan cepat!"
Dengan terpaksa Lika membuka mulut dan Evan menyuapinya.
"Om, jangan nasi doang. Ayamnya juga!" ucap Lika. Dari tadi kebanyakan nasi yang disuapi pak tua itu.
"Iya, bawel!" Evan menyuapi sambil membersihkan mulut si Malik yang menempel nasi.
Lika diam dengan perlakuan Evan. Sedikit menghangatkan hati.
Setelah selesai makan, Lika berbaring lagi. Ia hanya butuh berbaring lalu tidur. Itu bisa membuatnya melupakan kesedihan karena patah hati dan kecewa.
Evan membenarkan selimut istri kecilnya itu. Lalu mendaratkan kecupan di keningnya.
"Tidurlah!" pinta Evan. Dari tadi Lika menatapnya saja, tidak bisa diprediksi tatapan apa itu.
"Keluar sana, om!" usir Lika dan menggumul diri dalam selimut.
Dari tadi pak tua itu tingkahnya aneh, membuat perasaan Lika juga ikut jadi aneh.
.
.
.
koq aki gemes banget ya 🤣🤣🤣🫣
semangat Om Evan membuat Lika cinta sama kamu 😁
bohong pasti akan km tutup kebohongan yg lain akan sikap Malik g akan dewasa" malik.