apa itu cinta...?! adakah semua orang benar benar tahu pasti apa artinya ?!
dan apakah itu benci yang sebenarnya...?! adakah semua orang juga tahu pasti apa artinya ?!
namun yang pasti....
benci dan cinta sungguh tak bisa di pahami oleh dua anak manusia yang terlibat dan terjebak akan hal itu.
Farid Ibrahim Hamzah Tarek
merasa sangat membenci seorang gadis yatim piatu bernama Mayrea Mazaya Khanza hingga ia tega merenggut kesucian gadis malang dan yatim piatu itu.
tak cukup sampai di situ, Ibrahim tega terus menghina dan merendahkan gadis itu.
sementara Rea, panggilan dari seorang Mayrea Khanza tetap berusaha kokoh dan tegar meski badai terus menerpanya.
apa yang terjadi selanjutnya ketika keduanya kembali di pertemukan setelah perpisahan hampir 10 tahun lebih lamanya dalam situasi dan kondisi yang begitu menyedihkan ?!
ikuti kisah baru aku....
" Antara benci dan cinta "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khitara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 35 hanya berdua
Satu minggu sudah Ibra di rawat di rumah sakit Abyakta,
Tuan Mehra dan Lea kembali ke Malang, Lea menggantikan sang kakak untuk membantu sang papa.
Begitu juga dengan Cecilia.
Wanita itu pun pamit lebih dulu, Ia tak mungkin meninggalkan suaminya berlama lama.
Sementara Maura,
baru pagi tadi ia kembali ke Malang karena ada urusan penting perusahaan sang papa yang mengharuskannya untuk kembali.
Tinggallah hanya nyonya Mariana yang tetap tinggal untuk menjaga Ibra.
Wanita itu menyewa sebuah rumah dekat dengan rumah sakit jiwa Abyakta itu.
Selain nyonya Mariana,
Ada tiga orang lain yang turut menjaga Ibra dan satu orang pelayan yang di perintahkan tuan Tarek untuk menemani sang istri di rumah yang ia sewa.
tok tok tok....
Cklek....
" selamat...pa...gi...." Rea baru saja masuk setelah mengetuk dan membuka pintu ruang perawatan Ibra.
Ia sedikit tertegun karena lagi lagibtak ada siapa siapa di ruangan itu selai Ibra yang berada di sisi jendela dengan duduk di atas kursi roda.
Biasanya di jam seperti ini sudah ada sang mama, nyonya Mariana atau calon tunangannya.
Maura.
Rea tak tahu,
Jika Maura pun telah kembali ke Malang.
" kenapa berdiri saja di sana ?! masuk dan cepat lakukan tugasmu " kata Ibra dengan raut wajah yang sulit di artikan.
Antara dingin, tenang....dan entah apalagi.
" kau harus memeriksa perkembangan kesehatanku kan ?! " imbuh Ibra lagi masih dengan menatap Rea.
Saat ini Rea hanya datang sendirian karena Sofia tengah di perbantukan di bangsal kejiwaan yang saat ini di pegang oleh dokter Miranda.
Sebenarnya ada perawat lain yang berjaga dan di minta dokter Evan untuk membantu Rea,
tapi karena Rea terlanjur terbiasa bersama Sofia.
ia jadi memutuskan untuk datang sendiri.
Ia pikir tak masalahkan ia datang sendiri....
Toh akan ada orang lain di ruangan Ibra nanti yang tentu akan bisa menemani dan membantunya.
Tapi ternyata,
" Iya..."
dengan sedikit gugup, Rea melangkah masuk ke dalam ruangan.
Saat ini,
Hanya ada dirinya dan pria itu di ruangan ini.
Ibra tiba tiba mengulurkan tangannya kepada Rea tanpa wanita itu memintanya.
Sementara tatapan mata pria itu terus tertuju tepat kepadanya.
Lagi lagi,
Dengan gugup Rea menyambut tangan itu. Memeriksa denyut nadi pria itu dengan tangannya yang sedikit bergetar dan tiba tiba menjadi dingin.
Rea sibuk berkonsentrasi dan memeriksa denyut nadi Ibra,
sementara Ibra sendiri seolah sibuk menatapnya.
Wajah ayu dan kalem Rea yang di hiasi make up tipis sungguh mampu membuat Ibra seolah enggan berkedip atau bahkan beralih darinya.
Sungguh Rea jauh terlihat sangat cantik di mata Ibra.
Jantung Ibra sungguh di buat berdetak kencang tak karuan karena hal itu.
Bahkan kecantikan Rea menurut Ibra sangatlah alami.
Tidak ada bedak tebal di wajahnya atau lipstik merah menyala yang menghiasi bibir tipis dan mungil milik Rea itu.
Semua nampak natural.
" sebenarnya di sini yang sakit aku atau kau...?! Kenapa aku merasa kau yang justru gemetaran dan telapak tanganmu terasa sangat dingin ?! "
celetuk Ibra,
Tentu saja, siapa yang tidak akan panas dingin. Laki laki itu terus menatapnya tak berkedip sejak tadi.
" udara di luar cukup dingin tuan muda, dan aku baru saja berada di luar cukup lama " jawab Rea mengada ada.
Ibra diam tak menjawab,
Rea beralih memeriksa detak jantung pria itu dengan posisi Ibra yang duduk di atas kursi rodanya.
" kau pasti sangat senang dan bersorak gembira melihatku sakit dan tak berdaya seperti ini kan ?! " tiba tiba terdengar suara laki laki itu dengan nada bertanya.
Tatapannya juga masih tertuju tepat ke pada wajah Rea.
Menelisik wajah itu kian dalam.
" maaf, saya tak mengerti maksud kata kata anda " jawab Rea
" jangan berpura pura, hanya ada kita berdua saat ini di ruangan ini.
Tak ada yang akan curiga padamu jika kau mungkin ingin membunuhku "
" kenapa aku ingin membunuh anda ?! "
" tentu saja karena kau punya banyak alasan untuk itu, salah satunya karena aku yang pernah memperkosamu dulu.... " kata Ibra dengan sangat frontal.
Tatapan pria itu semakin tajam menelisik ke dalam raut wajah Rea yang seketika berubah pias demi mendengarkan kata katanya.
Posisi keduanya kini sangat dekat, di mana Ibra yang tengah duduk di atas kursi rodanya dan Rea yang berdiri setengah membungkuk di hadapannya karena ia yang masih sibuk memeriksa detak jantung pria itu.
Rea hanya diam membisu,
Tapi percayalah hal itu karena tubuhnya yang tiba tiba terasa membeku demi mendengar ucapan Ibra itu.
" kenapa kau diam saja ?! " tanya Ibra lagi.
" selesai....
pemeriksaan untuk pagi ini selesai, hasilnya akan saya bawa siang nanti " kata Rea sembari menarik dirinya dari Ibra.
Tapi Ibra justru menarik tangannya hingga ia menghentikan niatnya yang ingin segera menjauh.
" katakan...
Kau menyembunyikan sesuatu dariku kan ?! " tanya Ibra lagi.
" apa ?! " tanya Rea tak mengerti
" kau menikah dengan Niel dua tahun lalu, tapi putrimu sudah berusian sepuluh tahunkan tahun ini ?!
apa Niel tahu...jika...."
" Niel ?! " cicit Rea.
sungguh ia tak paham arah pembicaraan Ibra ini, dirinya menikah dengan Niel dua tahun lalu ?!
Kata siapa ?!
Bukankah ia tak pernah lagi bertemu Niel sejak hari itu ?!
Lalu anak....anak yang mana ?!
Atau....
" Ya...Niel, kau menikah dengan Niel kan ?! " lanjut Ibra lagi.
Rea menatap Ibra dengan tatapan penuh tanya.
" gadis itu....anakku kan ?! " lagi lagi Ibra bicara dengan sangat frontal.
Mata Rea berkedip kedip karena ia yang berusaha mencerna ucapan laki laki di hadapannya itu.
" saya tak paham arah pembicaraan anda, lagi pula anda tak memiliki hak untuk bertanya tentang kehidupan pribadi saya... " jawab Rea kemudian sembari melepaskan tangan Ibra yang memegang pergelangan tangannya.
" apa Niel tahu ?! Akulah orang pertama yang menyentuhmu ?! "
Ibra masih terus bertanya.
" cukup....
tolong hargai saya, saya memang dokter yang merawat anda di rumah sakit ini,
tapi itu bukan berarti anda berhak ikut campur urusan pribadi saya " hardik Rea.
Sungguh ia tersinggung dengan nada bicara Ibra kepadanya itu.
Bukannya takut,
Ibra malah tersenyum miring.
" jadi... Niel tidak tahu jika aku adalah orang pertama bagimu ?!
Kasiannya.....
Menurutmu ?! Bagaimana reaksinya jika dia tahu tentang hal itu ?! " kata Ibra lagi dengan raut wajah mengejek Rea.
Rea terdiam menatap Ibra tajam.
" aku masih ingat, bagaimana Niel begitu meratukanmu dan menganggap dirimu begitu berharga.
tanpa dia tahu...kau adalah bekasku " imbuh Ibra lagi.
Sungguh saat ini ia tengah di cekam rasa tak rela dan tak terima mengingat jika wanita di hadapannya itu benar benar telah menjadi milik orang lain.
Terutama....
Niel.
" sebenarnya apa maksud kata katamu ?! " tanya Rea kemudian mulai kehilangan kesabaran dan memiliki sedikit keberanian melawan Ibrahim Hamzah.
Toh... ini bukan lagi di sekolah di mana laki laki itu berkuasa seperti dulu kan ?!
Pikirnya.
Tatapan matanya menatap lurus ke arah mata Ibra.
" inikah tujuanmu yang sebenarnya datang berobat kemari ?!
apakah sejak awal kau memang sudah tahu jika aku berada di sini ?!
Kau sengaja datang ke mari karena kau masih ingin merendahkan dan menghinaku ?!
Belum cukupkah kau menghinaku dulu dan menghancurkan hidupku hingga berkeping keping saat itu ?!
Benarkah orang miskin seperti diriku benar benar tak berhak memiliki harga diri menurutmu ?! "
Kata kata Rea terdengar begitu lirih namun seolah sukses menusuk hati seorang Ibrahim Hamzah.
Laki laki itu tak berkedip menatap mata Rea yang mulai berkaca kaca.
" selamat pagi....
sarapan untuk anda tuan Ibra..."
Seorang perawat masuk dengan membawa nampan berisi makanan dan minuman.
Bersamaan dengan itu, Rea dengan cepat menarik dan menjauhkan dirinya dari Ibrahim.
Ia menolehkan kepalanya ke tempat lain sambil menyeka dengan kasar bulir bulir air mata yang mulai mengalir tanpa permisi membasahi pipinya.
" dokter Rea....
sarapan pasien..."
" iya suster Irma...letakkan di atas meja, saya sudah selesai melakukan pemeriksaan " jawab Rea sembari memasukkan ujung ujung stetoscopnya ke dalam saku jaz putih kebanggannya.
Sementara Ibra terus menatap tak berkedip reaksi wanita berhijab lebar di hadapannya itu dengan perasaan tak menentu.
Pun ketika akhirnya Rea pamit dan keluar dari ruangan itu.
Ibra terdiam membisu.
lupa² jg kalau ndk salah si Esther ini teman sekelas rea Khan,Waktu masih di Alfarobi?penggemar Niel jg.
ini kebetulan..
atau emang ortu niel tau Rea berasal dari panti ini jadi buat n3nus rasa bersalah mereka..
mereka jadi donatur di panti itu...
atau malah niel..
yg emang emang nyumbang tiap panti dgn haeapan dapat ketemu Rea di suatu panti..
❤❤❤❤❤❤
yg tulus keluarga Ibra♥️
bawa ortumu Ibrq.
lamar dan nikahi Rea..
😀😀😀❤❤❤❤❤
atau bahkan langsung pernikhaba..
😀😀😀❤❤❤❤❤