NovelToon NovelToon
IBU SUSU PUTRIKU WANITA GILA

IBU SUSU PUTRIKU WANITA GILA

Status: tamat
Genre:Romantis / Duda / Balas Dendam / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Ibu susu / Tamat
Popularitas:596.2k
Nilai: 5
Nama Author: Archiemorarty

Davian Meyers ditinggal oleh istrinya kabur yang mana baru saja melahirkan putrinya bernama Cassandra Meyers.

Sayangnya Cassandra kecil justru menolak semua orang, selalu menangis hingga tidak mau meminum susu sama sekali.

Sampai dimana Davian harus bersedih hati karena putri kecilnya masuk rumah sakit dengan diagnosa malnutrisi. Hatinya semakin hancur saat Cassandra kecil tetap menolak untuk menyusu. Lalu di rumah sakit Davian menemukan putrinya dalam gendongan seorang wanita asing. Dan mengejutkannya Cassandra menyusu dengan tenang dari wanita tersebut.

Akan tetapi, wanita tersebut tiba-tiba pergi.

Demi kelangsungan hidup putrinya, Davian mencari keberadaan wanita tersebut lalu menemukannya.

Tapi bagaimana jika wanita yang dicarinya adalah wanita gila yang dikurung oleh keluarganya? Akankah Davian tetap menerima wanita itu sebagai ibu susu putrinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 34. PULANG

Pagi itu langit biru tampak jernih, dihiasi awan tipis yang bergerak pelan seakan menari mengikuti arah angin. Jalanan yang mereka lalui terasa berbeda bagi Olivia, setiap pohon, setiap gedung, setiap cahaya matahari yang menyelinap lewat jendela mobil seolah membisikkan selamat datang kembali. Perjalanan pulang dari rumah sakit tidak hanya menjadi perjalanan fisik, tapi juga perjalanan batin bagi Olivia.

Di kursi penumpang, Olivia duduk tenang dengan tubuh bersandar lembut pada jok kulit mobil. Ia sesekali melirik ke arah pria yang menyetir di sampingnya. Davian. Wajahnya serius, tatapannya fokus ke jalan, tapi sesekali melirik ke arah pria itu. Ada cahaya lega dan hangat dalam sorot mata tersebut.

"Bagaimana perasaanmu?" tanya Davian dengan suara terdengar lembut, pelan, namun cukup untuk memecah keheningan.

Olivia menghela napas, tersenyum samar. "Sedikit lelah, tapi lebih dari itu, aku senang bisa pulang. Rasanya aneh, Davian. Aku tak menyangka bisa kembali lagi ke rumahmu dalam keadaan baik seperti ini."

Davian menoleh sejenak, senyumnya tipis tapi tulus. "Rumah itu menunggumu, Olivia. Semua orang di dalamnya menunggumu."

Kata-kata itu menembus jantung Olivia, menghadirkan rasa hangat yang mengalir sampai ke ujung jari. Hatinya bergetar. Ia tahu ia pernah membuat semua orang khawatir. Emily, sang pengasuh setia; Maria, kepala pelayan yang tegas sekaligus penuh kasih; para pelayan lain yang diam-diam peduli padanya. Mereka semua pasti resah dan cemas. Dan kini, ia pulang untuk menenangkan hati mereka, juga hatinya sendiri.

Mobil perlahan memasuki gerbang besar kediaman Meyers. Rumah itu berdiri megah, tembok putihnya berkilau diterpa sinar matahari, taman di sekelilingnya terawat rapi. Udara sore yang berhembus membawa aroma bunga mawar dan melati dari sudut taman, seolah menyambut kembalinya sang penghuni yang lama dinanti.

Begitu mobil berhenti, pintu depan rumah terbuka lebar. Emily sudah berdiri di sana, matanya berkaca-kaca. Di sebelahnya, Maria berdiri anggun dengan senyum menenangkan. Beberapa pelayan lain berjejer rapi di belakang mereka, menatap penuh harap.

Begitu Olivia melangkah turun, Emily langsung berlari kecil menghampiri. "Miss. Olivia?!" serunya, suaranya bergetar penuh emosi. Ia meraih tangan Olivia dengan gemetar, menatap wajahnya dengan mata basah. "Syukurlah, akhirnya kau sudah kembali. Kami semua sangat khawatir."

Olivia nyaris tak kuasa menahan air matanya. Ia menggenggam tangan Emily erat, bibirnya bergetar. "Maafkan aku, Emily. Aku membuatmu cemas, membuat semua orang di rumah ini khawatir. Aku sungguh menyesal."

Emily menggeleng cepat, bulir air mata jatuh juga di pipinya. "Tidak perlu meminta maaf, Miss. Yang terpenting adalah kau sehat sekarang. Itu sudah lebih dari cukup bagi kami."

Maria melangkah mendekat. Wajahnya tetap anggun, suaranya tenang, namun sorot matanya dipenuhi kelembutan yang jarang terlihat. "Selamat datang kembali, Miss. Olivia. Aku senang kau baik-baik saja," ucapnya. Lalu ia tersenyum, senyum yang tulus, menghangatkan.

Pelayan lain ikut menyambut dengan ucapan dan senyum tulus. Olivia menatap mereka satu per satu. Hatinya bergetar hebat, dadanya terasa penuh. "Aku ... aku benar-benar minta maaf karena membuat kalian semua khawatir. Terima kasih sudah menungguku."

Suasana di teras rumah itu penuh haru. Udara sore seakan bergetar oleh kelegaan dan kebahagiaan. Davian, yang berdiri di belakang Olivia, hanya memerhatikan dalam diam. Ia tahu, saat itu adalah momen penting bagi Olivia, momen di mana ia menemukan bahwa dirinya tidak lagi sendiri.

Setelah sambutan penuh emosi itu, Davian menggandeng Olivia masuk ke dalam. Interior rumah terasa lebih hangat kali ini, mungkin karena tatapan semua orang yang dipenuhi cinta. Olivia berjalan pelan, namun langkahnya mantap.

"Ke mana kita?" tanya Olivia, sedikit heran ketika Davian membawanya ke arah berbeda dari kamar lamanya.

Davian hanya tersenyum samar. "Kau akan lihat."

Pintu besar dengan gagang emas dibuka, dan Olivia terdiam di ambang pintu. Matanya terbelalak.

Sebuah kamar luas terbentang di hadapannya. Jendela besar terbuka, memerlihatkan pemandangan taman belakang dengan air mancur kecil. Tirai sutra krem bergoyang lembut ditiup angin. Ranjang besar dengan seprai putih bersih berdiri di tengah ruangan, dihiasi bantal-bantal empuk. Di sudut, ada meja kerja elegan lengkap dengan kursi nyaman, dihiasi vas bunga segar. Lemari besar dengan pintu kaca memantulkan cahaya sore. Dan sebuah rak buku kosong menunggu untuk diisi.

Olivia menutup mulutnya dengan tangan, matanya berbinar. "Davian ... kamar ini ..."

"Untukmu," jawab Davian mantap. Ia masuk ke dalam ruangan, menatap Olivia dengan sorot mata penuh ketulusan. "Aku ingin kau merasa nyaman di sini. Ini bukan kamar tamu, Olivia. Ini kamarmu. Rumah ini adalah rumahmu."

Olivia menatap Davian dengan perasaan yang tak bisa ia ungkapkan. "Aku ... aku tak tahu harus berkata apa."

Davian melangkah lebih dekat, tangannya menyentuh lembut bahu Olivia. "Tidak perlu berkata apa-apa. Cukup terimalah. Aku ingin kau tahu, kau akan selalu punya tempat di sini. Tidak ada batas waktu. Ini rumahmu, tempatmu pulang, dan tempat kau bisa menjadi dirimu sendiri."

Olivia terisak pelan, lalu mengangguk. Ia merasa untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ada seseorang yang benar-benar memastikan dirinya tidak akan lagi merasa sendirian.

Hari-hari setelah kepulangan Olivia berjalan dengan indah. Setiap pagi, sinar matahari masuk lewat jendela besar kamarnya, membangunkan ia dengan kelembutan. Ketika turun ke ruang makan, sarapan favoritnya selalu sudah menunggu, kadang omelette keju yang ia suka, kadang roti panggang dengan selai stroberi buatan rumah. Semua itu jelas adalah instruksi dari Davian.

Para pelayan tak pernah jauh darinya. Mereka terus memastikan Olivia cukup makan, cukup istirahat, tidak terlalu banyak bergerak. Maria sesekali datang menanyakan kabarnya dengan formalitas yang hangat. Para pelayan lain pun selalu menyapanya dengan senyum lega.

Suatu sore, Olivia duduk di taman belakang bersama Cassandra digendongannya yang sedang tertidur dan juga secangkir teh hangat di tangan. Davian duduk di sebelahnya, mengenakan kemeja sederhana. Udara sore membawa aroma bunga, sementara burung-burung kecil berkicau riang.

"Davian," Olivia membuka suara. "Kau tidak perlu melakukan semua ini. Aku sudah cukup dengan bisa tinggal di sini udah benar-benar bahagia.Tapi kau malah memanjakanku seperti ini."

Davian menatapnya, lalu tersenyum lembut. "Aku ingin melakukannya. Aku ingin memastikan kau tidak merasa kekurangan apa pun. Kau sudah terlalu lama hidup dalam ketidakpastian, Olivia. Aku ingin menghapus itu semua."

Olivia menunduk, hatinya bergetar. "Aku takut, jika aku terlalu terbiasa dengan semua ini, aku tak akan bisa ke mana-mana lagi."

Davian mengulurkan tangannya, menyentuh jemari Olivia dengan lembut. "Maka jangan pergi. Tinggallah di sini, Olivia. Tidak ada yang memaksamu, tapi aku ingin kau tahu, aku ingin kau tetap di sini. Selamanya, jika kau mau."

Olivia terdiam. Kata-kata itu terlalu dalam, terlalu hangat. Ia tahu, Davian tidak sedang main-main. Pria itu sungguh-sungguh.

Hari-hari berikutnya, perhatian Davian makin nyata. Ia sering pulang membawa sesuatu; buku-buku sastra yang mungkin Olivia suka, pakaian baru, bahkan peralatan melukis karena pernah mendengar Olivia menyebut suka dengan warna.

Suatu malam, Olivia menemukan di kamarnya sebuah meja kecil baru, lengkap dengan kanvas dan cat minyak. Di atasnya ada catatan singkat:

'Untuk warna-warna yang kau sukai. Biarkan mereka menemanimu.'

Olivia menggenggam catatan itu, hatinya nyaris meledak oleh rasa syukur dan haru. Ia tak pernah disayang dengan cara seperti ini sebelumnya.

Olivia bahkan selalu makan malam dengan Davian, yang terkadang Peter juga ikut nimbrung dan menceritakan segala keluh kesah di pekerjaan.

Dan di tengah semua itu, tatapan Davian tak pernah lepas dari Olivia. Tatapan yang dalam, penuh kepastian. Tatapan yang seolah berkata: kau adalah bagian dari hidupku.

Olivia tahu, hatinya sudah tak bisa lagi menyangkal. Ia bukan hanya kembali ke rumah ... ia juga menemukan rumah baru dalam sosok Davian.

1
kalea rizuky
pergi aja olive biarin anak nya sakit lagi ne laki g tau trima kasih
kalea rizuky
harusnya bkin perjanjian hitam di atas putih biar natali g bs semena mena
Memyr 67
𝗉𝖾𝗍𝖾𝗋 𝗂𝗍𝗎 𝗌𝖾𝗉𝗎𝗉𝗎𝗇𝗒𝖺 𝖽𝖺𝗏𝗂𝖺 𝖺𝗍𝖺𝗎 𝖺𝗒𝖺𝗁𝗇𝗒𝖺 𝖽𝖺𝗏𝗂𝖺𝗇?
Memyr 67
𝖺𝗒𝖺𝗁𝗇𝗒𝖺 𝗈𝗅𝗂𝗏𝗂𝖺 𝗒𝗀 𝖻𝖾𝗀𝗈, 𝖻𝗂𝗌𝖺 𝗄𝖾𝗍𝗂𝗉𝗎 𝗎𝗅𝖺𝗋 𝖻𝖾𝗋𝖻𝗂𝗌𝖺. 𝗉𝖾𝗋𝖼𝖺𝗒𝖺 𝗌𝖺𝗆𝖺 𝗎𝗅𝖺𝗋 𝖻𝖾𝗍𝗂𝗇𝖺 𝗎𝗇𝗍𝗎𝗄 𝖽𝗂𝗇𝗂𝗄𝖺𝗁𝗂.
Ruk Mini
sgt epik baik alur dn kosa kata mu sgt lengkap thor, bahasa puitis sarat akan makna, aq yg mak" speechless sm olahan kata" mu, ga ribet sat set ooko y jempol buat mu thorr, ok tq d tgg karya" my slnjty 🙏👍👍👍
Archiemorarty: Terima kasih udah baca ceritanya kak 🥰
total 1 replies
jiu
lahh??? kok aneh? bukan bayinya davian??? kan sudah tes DNA dan hasilnya Cassandra itu bayinya davian
jiu
ya gak adil juga dong jadinya buat davian... Cassandra kan anaknya davian juga
jiu
ooooooh berarti pasti olivia dan davian dijebak sama istrinya davian. aku tau... soalnya aku banyak baca novel online.... jadi bisa teback dengan cepat dan akurat hahahah
Archiemorarty: Ehhh ... iyakah 🤭
total 1 replies
jiu
kan si penyusup bilang, dia bertemu dengan pesuruhnya di sebuah cafe... kenapa davian gak kepikiran untuk Tanya apa naka cafe nya dan perikaa CCTV disana?
Surati
bagus ceritanya 👍🙏🏻 semangat thor 💪👍
Archiemorarty: Terima kasih udah baca ceritanya kak semoga menghibur waktu senggangnya 🥰
total 1 replies
Nurlaila Hasan
mantaaap
Archiemorarty: terima kasih udah baca ceritanya kak 🥰
total 1 replies
Dewi Dama
jalan cerita nya sangat menantang thoor...beda dgn novel2 lainnya...
Archiemorarty: Terima kasih udah baca ceritanya kak 🥰
total 1 replies
Titian Bee
😍😍
lili Permatasari
/Rose//Rose//Rose/
Archiemorarty: terima kasih udah baca ceritanya kak 🥰
total 1 replies
Ria Gazali Dapson
kasian olivia, bercerai dg suaminya, bayi nya pun wafat, pasti teramat berat, beban deritamu
Shinta Malik Syahn
bagusd
Archiemorarty: terima kasih kak udah baca ceritanya semoga menghibur waktu senggangnya 🥰
total 1 replies
Evy
Akhirnya.... misteri itu terungkap juga...
Evy
Apa mungkin memang itu adalah anaknya Olivia yang dikatakan sudah meninggal... bisa saja bayi itu ditukar waktu lahir.
Archiemorarty: Ehhh... /Chuckle//Chuckle/
total 1 replies
mimief
ga sekedar roman picisan yg ditawarkan di cerita ini
banyak teka teki dan kasus yg memporak-porandakan nurani
Archiemorarty: Terima kasih, ikutin cerita yang lainnya buat nemenin waktu luangnya juga kak 🥰
total 1 replies
mimief
idiiiih othor.. ancaman nya🙄🥺🥺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!