NovelToon NovelToon
Petualangan Danu

Petualangan Danu

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Kisah cinta masa kecil / Cinta Seiring Waktu / Epik Petualangan
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: mengare

Sinar matahari yang cerah memancar pada hamparan rumput di bukit utara hutan, kontras dengan suasana hati Danu yang kacau.

Danu merentangkan kedua tangannya sambil berteriak dangan lantang pada langit,

"Pasti akan kutemukan mereka!!

Aku akan menjadi lebih kuat dan membalas setiap darah yang mereka teteskan!!

Dengar ini!!"

Danu menatap tajam pada langit cerah itu, sementara sebuah sobekan dengan lambang empat tengkorak -lambang 4 monster kuno- di genggamannya.

Danu berteriak dalam kesendiriannya di bukit, kepada kelompok sesat dengan ahli aura, sihir, spirit, dan eliksir terbaik sepanjang sejarah yang berencana membangkitkan sisa-sisa 4 monster kuno yang tersegel entah dimana.

Apakah Danu dapat melewati mereka semua dan mencegah kebangkitan 4 monster kuno itu?

Atau kegelapan yang mereka bangkitkan yang akan melahap Danu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mengare, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

The Origin Dark Knight

Sebuah pancaran cahaya keunguan memancar ke langit, membentuk pusaran awan badai. Petir-petir hijau menyambar di dalamnya, seolah menjadi detak cahaya bagi badai itu.

Angin membawa udara lembab bersamanya, beserta barisan burung yang terbang tidak teratur dengan kicauan histeris yang terdengar layaknya lantunan kematian.

Angin itu membawa suasana ngerinya hingga pada baris pasukan yang berada jauh darinya.

Di sana, Arnold Ambler, seorang bangsawan dengan pengalaman puluhan tahun di medan perang, terdiam bersama dengan ribuan pasukan dibelakangnya.

tidak ada teriakan dan tidak ada tangisan ketakutan, tapi nafas mereka terasa sesak dan tangan mereka basah oleh keringat dingin.

Sebuah cahaya yang memancar ke langit layaknya sebuah pilar seolah mengisyaratkan dimana mereka akan dikubur bersama suara sambaran petir yang berderu.

Arnold terdiam oleh penampakan itu, satu hal yang terlintas dipikirannya, 'Amel' gadis ke kecil yang dia besarkan sepenuh hati, dia akan selalu menjadi gadis kecil di hati Arnold terlepas dari pangkat militernya.

Arnold menggertakkan giginya, matanya tampak merah padam. Dia mengernyitkan matanya berharap ini hanyalah mimpi buruknya.

Seorang ajudan di sampingnya memperhatikan perubahan ekspresi tuannya.

"Apakah anda baik-baik saja, tuan?"

Arnold menghela nafas berat, dia bertanya dengan suara agak terbata-bata, "bagaimana dengan legenda 4 kemunculan salah satu monster kuno? Apakah itu.." kata lanjutannya terasa sangat sulit untuk dia katakan, "i itu salah satunya?"

Ajudannya menoleh ke arah pilar itu dengan mata yang sendu, dia menjawab, "maaf tuan, anda benar. Itu adalah tanda-tanda kemunculan salah satu monster kuno, The Origin Dark Knight."

Arnold berusaha mempertahankan rasionalitasnya, tapi bagaimana bisa seorang ayah seperti di depan kemalangan putri yang jarang dia temui.

"Andai.. Andai saja aku.. cih.. Seharusnya aku meluangkan waktu lebih lama bersamanya." keluh Arnold dalam gumamnya.

Ajudan itu memahami perasaan kehilangan Arnold tapi mereka tidak bisa diam saja, dia menyentuh pundak Arnold dan berkata, "waktu tidak akan bisa kita ulang tapi masa depan masih bisa kita ubah."

Arnold terdiam sesaat lalu menatap cahaya itu dengan mantap.

"Kamu benar, kita masih belum terlambat. Dia adalah putriku, dia tak akan tumbang semudah itu," Arnold menghadap ke belakang dan memberikan arahan pada ribuan prajuritnya, "semuanya! Sekarang bukan saatnya kita untuk takut dengan pilar itu!

Sekarang adalah saatnya kita membuat sejarah baru!

Ini saatnya kalian menjadi pahlawan yang sesungguhnya,

jangan gentar dan tunjukkan apa itu 'kekuatan Ambler'!!!"

Para pasukannya bersorak dan mengikuti pergerakan cepat Arnold ke arah badai yang menerpa mereka dengan angin lembab yang berhembus dengan kuat, seolah membisikan ketakutan secara halus ke hati mereka.

Sorakan mereka menggema di antara suara gemuruh badai. Mereka bersorak bukan karena mereka tidak memiliki rasa takut, mereka takut dan sorakan itu adalah cara mereka untuk lari dari ketakutan mereka.

#####

Rasa takut itu menjalar di seluruh tubuh siapapun yang menyaksikan kemunculannya, terutama orang-orang di pengungsian yang lemah.

Mereka menunduk pasrah, frustasi, dan diliputi kesedihan, tidak henti-henti para orang tua mencium dan memeluk anaknya seolah itu saat terakhir mereka sementara anak-anak menangis di dalam pelukannya.

Mereka merengek ingin pulang di saat rumah mereka sendiri tidak bisa disebut rumah yang aman.

Tetesan mata seorang ibu menetes di atas anaknya yang balita, Tuan Senja melihat ini, dia ingin menghentikan tragedi ini tapi tidak tahu harus mulai dari mana.

Dia berdiri di ambang pintu besar gudang yang dijadikan tempat pengungsian, mendongakkan kepala ke langit, dan melihat gumpalan awan gelap dengan kilatan kehijauan.

Angin berhembus kencang, dia menerbangkan dedaunan serta ranting-ranting pohon yang patah.

"Sayang.." panggil Nyonya Cendana padanya.

Tuan Senja tersenyum tipis pada istrinya, dia berjalan dan memeluk wanita yang tengah berbadan dua itu.

Bagi wanita itu, pelukan suaminya sudah lebih dari cukup di suasana yang mencekam itu.

Tapi, tidak bagi Fareza, seorang mantan gadis suci yang kehilangan kekuatannya, dia memeluk erat tubuh Ares. Tubuhnya bergetar hebat karena suara sambaran petir yang silih berganti dan membangkitkan kembali trauma masa lalunya.

Ares berusaha menenangkan Fareza tapi suara sambaran dan kilatan petir membuat Fareza berteriak ketakutan. Suara histeris wanita itu membuat orang lain ikut cemas.

Darrrk

"Aaah.. Ares, Ares!!" tangan kecilnya semakin erat memegang lengan Ares hingga kain pakaiannya sobek.

Ares mengernyit, berusaha menahan rasa sakit karena genggaman Fareza, dia terus mengelus kepala Fareza yang basah kuyup karena keringatnya - berharap kehadirannya bisa menguatkan Fareza.

#####

Pilar cahaya ungu perlahan meredup dan digantikan pusaran besar di langit. Badai itu melebar dan menghalangi cahaya matahari seolah melahapnya.

Hayako menatap lekat pada badai itu, angin itu yang dibawa badai tidak dibarengi hujan lebat, tapi hembusannya lembab.

Tubuh Hayako basah karenanya, dia kesulitan untuk melihat dengan jelas karena angin itu.

Rumput-rumput berdesir karena sapuan angin, mereka bergoyang seperti ombak di tengah badai.

Serigala Mata Enam menoleh pada tempat portal itu berada, dia menunduk, dan sujud ada sosok dibalik portal.

Hayako tidak dapat melihat sosok itu dengan jelas pada awalnya, kecuali sepasang mata yang bersinar seperti api - ungu dan hijau secara bergantian.

Penampakan sosok itu semakin jelas di saat ukiran pada portal mulai bergerak, bersamaan dengan bongkahan tanah yang menyusunnya.

Bongkahan-bongkahan itu berputar dengan cepat bersamaan dengan aliran petir hijau dan api ungu yang melapisinya.

Bongkahan tanah itu menimbulkan suara gesekan yang berderit, serta percikan petir dan api yang menyebar ke sekitarnya.

Tak lama kemudian, pusaran energi terbentuk dan meledak, melepaskan gelombang angin kuat yang mendorong jauh kabut sampai kabut hitam dan hijau itu membumbung tinggi layaknya sunami.

Angin itu membuat tubuh Hayako hampir terbang dan terseret.

Sebuah angin besar yang membuat Serigala Mata Enam kesulitan berdiri dan orang-orang yang berdiri di belakang Bardur terseret jauh kebelakang, beberapa dari mereka berhasil mendapatkan pegangan tapi yang lainnya terpontang-panting oleh angin itu.

Bardur berusaha mempertahankan 'sangkar' nya, tapi hembusan angin itu mengganggu konsentrasinya. Pada akhirnya, dia menjatuhkan semua bayangan itu ke dalam lubang yang dia buat dan menguburnya.

Hayako membuka matanya lebar-lebar saat sosok itu telah terlihat jelas melalui pengelihatan yang dia perkuat.

Seorang kesatria dengan zirah hitam, mata yang menyala seperti api, sedang duduk dengan tegap di singgasananya.

Sosok itu tidak fokus pada apapun seolah tak ada yang menarik baginya.

Kabut telah sangat menipis tapi tidak dengan rasa takutnya, bagi Hayako yang melihat sosok itu secara langsung, kepergian kabur justru membuatnya tidak bisa bergerak.

Bukan karena tekanan aura atau tubuhnya yang melemah, tapi karena rasa takut murni yang membuat kakinya terasa mati rasa.

Hal ini juga dirasakan oleh Tetua Jaka dan Dalton yang tengah menggendong Rangga serta Thomas yang terluka, dia tidak bisa melangkah sejengkal pun.

Siri menarik ujung pakaiannya, memberikan isyarat untuk berhenti melalui matanya.

Dalton mengangguk dan meletakkan perlahan Rangga dan Thomas ke tanah. Dalam keheningan itu, cuma Siri - Sang Healer cahaya - yang dapat bergerak.

Dia menepuk pundak Hena, ada suatu kata yang ingin dia ucapkan tapi tercekat di tenggorokannya.

Hena justru menjadi semakin panik dan tanpa sadar terkencing di roknya.

Siri tidak mempedulikan itu, tapi dia tetap tidak bisa mengatakan apapun selain suara gumaman tidak jelas, air mereka menetes bersamaan.

Tina yang melihat dari belakang menutup mata, dia benar-benar kehabisan kata-kata untuk dia ungkapkan bahkan dalam pikirannya sendiri.

Hal juga dirasakan oleh pasukan yang tengah membungkus tubuh Amel dengan kain dan perban seadanya, mereka semua bisu tanpa tau kenapa, dan hanya menyisakan gerakan kaku saat mengikatkan perban pada Amel yang tidak sadarkan diri.

The Origin Dark Knight diam cukup lama, tapi dengan itu saja sudah cukup untuk membuat orang menangis dalam bisu.

Dan saat The Origin Dark Knight mengangkat ujung jarinya, dunia terasa benar-benar berhenti.

Momen yang tidak pernah dirasakan orang biasa, dimana tarikan dan hembusan nafas mereka terasa sangat lama, dan keheningan nyata menyelimuti diri mereka meninggalkan suara detak jantung yang juga lambat.

Mereka seolah terjebak dalam dunia lain.

The Origin Dark Knight mengetuk pelan singgasana dengan jari yang di angkat dan..

Bark..

Semua orang tertunduk ke tanah, roboh tanpa kuasa.

Tetua Jaka bahkan merasakan seluruh tubuhnya bergetar, dia merasa tekanan ini bukan dari tekanan aura biasa, dia seolah menunduk karena insting bertahan hidup yang mengatakan, "Kamu adalah mangsa.."

The Origin Dark Knight kembali mengetuk singgasananya, kali ini matanya mengobarkan api ungu secara kontinyu.

Dia menggeram dan menggebrak lengan singgasana yang membuat semua orang ketakutan hingga ada yang pingsan.

"Hanya cahaya sejati yang layak berdiri di hadapan ku..!!"

Kalimat sederhana yang terasa berdengung di kepala mereka semua.

1
pencil
baru baca semoga bisa jadi motivasi untuk nulis novel !
Abi Ulfah
mantap ceritanya kak
Mengare: terima kasih
total 1 replies
Zαskzz D’Claret
imutt bett liat kelakuan klara sama danu😆
Mengare: hahaha, gak ekspektasi bakal di komen gini
total 1 replies
Zαskzz D’Claret
mampir juga thor😁
Zαskzz D’Claret: gpp thor, yg penting aku senang kalo kamu mau baca karya ku juga😁
Mengare: aku cicil tapi, hehe
total 3 replies
Mengare
kadang aku lupa ngasih kata tidak pada tulisan ku😅
Mengare
terima kasih, maaf kemarin aku ada urusan di real life jadi gak sempat nulis
Cleopatra
Saya suka banget ceritanya, terus semangat menulis ya thor!
Tsubasa Oozora
Aduh, kelar baca cerita ini berasa kaya kelar perang. Keren banget! 👏🏼
Mengare: makasih dah komen
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!