Arin adalah perempuan sederhana, manis tapi cerdas. Arin saat ini adalah salah satu mahasiswi jurusan tehnik kimia di fakultas tehnik negeri di Bandung. Orang tua Arin hanyalah seorang petani sayuran di lembang.
Gilang adalah anak orang terpandang di kotanya di Bogor, ia juga seorang mahasiswa di tempat yang sama dimana Arin kuliah, hanya Gilang di jurusan elektro fakultas tehnik negeri Bandung.
Mereka berdua berpacaran sampai akhirnya mereka kebablasan.
Arin meminta pertanggung jawaban dari Gilang namun hanya bertepuk sebelah tangan.
Apakah keputusan Arin menjadi single mom sudah tepat? dan seperti apakah sikap Gilang ketika bertemu putrinya nanti?
Yuuk kita ikuti alur ceritanya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yance 2631, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan
Setelah pak Bagja bercerita panjang lebar pak Ahmad dan bu Siti tampak terdiam,
"Jadi begitu ceritanya pak Ahmad, saya selaku orang tua Gilang ingin meminta maaf sebesar-besarnya kepada bapak dan ibu juga kepada Arin, mungkin ini semua terjadi karena keterbatasan saya pribadi sebagai ayah dalam mengawasi putra saya.. untuk itu ijinkan bertanggung jawab terhadap anak yang dilahirkan oleh Arin,.. "ujar pak Bagja.
"Dulu saat itu, saya sangat kecewa dengan laki-laki yang menghamili putri kami, kami sedih, harga diri kami seperti di injak-injak, tapi Arin putri kami dia anak yang kuat, dia di bully di cemooh oleh orang-orang yang dikenalnya dari mulai tetangga sampai temannya di kampus, kami pun merasakan apa yang dirasakan Arin.. harus menanggung aib dari Arin, dan ketika anaknya lahir.. dia kuat sendirian membesarkan, membiayai putrinya hingga sebesar ini, dan itu sendirian... tanpa suami, "ujar pak Ahmad dengan sedikit terisak.
"Iya pak saya mengerti, untuk itulah kami dari pihak Gilang meminta maaf sebesar-besarnya pada bapak dan ibu,.. andaikan saat itu Gilang menceritakan masalahnya saat itu mungkin nggak akan seperti ini, untuk itu sekali lagi kami MOHON MAAF dan mungkin saya pikir kami belum terlambat untuk bisa bertanggung jawab kepada putri dari Arin.. "ujar pak Bagja mengulangi lagi permohonan maafnya.
"Pak Bagja, kami berdua.. Saya dan istri sebagai sesama manusia tentu memaafkan orang yang meminta maaf, tapi kami juga harus konfirmasi masalah ini kepada Arinnya sendiri, bukan begitu?" ujar pak Ahmad.
Pak Bagja dan Gilang pun mengangguk paham.
"Pak, punten.. kalau tidak keberatan boleh saya video call dengan Arin?", Arin .. sudah tidak mau bicara dengan saya lagi, Arin tidak memberi kesempatan untuk saya menjelaskan apapun.." ujar Gilang tertunduk lesu.
Pak Ahmad pun mengambil ponselnya dan menghubungi langsung Arin lewat video call..
"Assalamualaikum teteh, ada yang mau bicara teh.. di rumah ada Gilang dan ayahnya, teteh ngobrol sebentar ya.." ujar pak Ahmad.
"Waalaikumsalam ayah, .. Arin masih sibuk yah ini ada pengenalan program S3, "ujar Arin seperti menghindar.
"Ayah mengerti, tapi bicaralah dulu sebentar dengan mereka.. sebentar saja nak.. "ujar pak Ahmad dengan lembut.
"Baik ayah, ... "ujar Arin menyerah, pak Ahmad lalu memberikan ponselnya pada Gilang.
"Hai Rin, apa kabar?" Aku dan papa lagi silahturahmi ke bapak juga ibu di sini, di rumah Rin.." ujar Gilang.
"Ya, terus maksudnya apa kamu kesana?" ujar Arin dengan nada hambar.
"Kami berdua kesini ingin minta maaf untuk yang pernah aku lakukan dulu terhadap kamu, juga pada bapak dan ibu di sini" ujar Gilang.
"Sudahlah Lang, .. jangan diungkit-ungkit lagi, karena kami sudah ikhlas atas apa yang terjadi jadi please lupakan saja" ujar Arin, tiba-tiba Gilang memberikan pak Ahmad itu kepada papanya,
"Assalamualaikum nak Arin, maaf mengganggu waktunya.. begini nak Arin, bapak turut menyesal atas kelakuan Gilang pada kamu, kami sekeluarga minta maaf sebesar-besarnya dengan kamu juga pada bapak Ahmad dan ibu Siti di sini, dan pada semuanya.. bapak mohon pada nak Arin membuka pintu maaf pada kami, dan ijinkan kami bertanggung jawab kepada putri nak Arin.. "ujar pak Bagja.
"Tentu pak, saya sudah memaafkan Gilang atas semuanya yang terjadi, dan sejak saat itu saya tidak menuntut tanggungjawab Gilang terhadap anak yang saya lahirkan, yaa.. kalau tiba-tba sekarang ini Gilang mau bertanggung jawab, atas dasar apa pak?" ujar Arin.
"Nak Arin, jadi intinya begini.. kami ingin menebus kesalahan Gilang dengan bertanggung jawab pada putri nak Arin, dan saya pikir itu belum terlambat.. hanya itu" ujar pak Bagja.
"Mohon maaf pak, saya sedang pengenalan program S3 saya mohon undur diri dulu.. Assalamualaikum" ujar Arin dengan tiba-tiba, mau tidak mau pak Bagja pun mengakhiri video callnya.
Lalu pak Bagja memberikan ponsel kepada pak Ahmad, lalu Gilang memohon pada pak Ahmad,
"Pak saya mohon sekali.. bantu saya untuk bisa bertanggung jawab pada Arin juga pada putrinya, putri saya juga" ujar Gilang sambil meraih lalu menggenggam tangan pak Ahmad.
Pak Ahmad pun mengangguk,
"Saya akan usahakan... tapi saya tidak janji, keputusan ada pada Arin ya nak Gilang, "ujar pak Ahmad.
Gilang pun mengangguk memahami perkataan pak Ahmad.
"Jika berkenan saya titip ini buat Arin, "ujar pak Bagja sambil memberikan selembar cek kepada pak Ahmad.
"Baik, saya terima dulu ya pak cek ini, nanti saya sampaikan pada anak saya Arin.." ujar pak Ahmad.
Gilang dan orang tuanya bersilahturahmi dengan orang tua Arin tidak terlalu menyinggung anak yang dilahirkan Arin.. meskipun itu adalah bagian dari tanggungjawab Gilang, Gilang pun tidak berani meminta nomor ponsel Arin karena Gilang tahu pak Ahmad tidak akan memberikannya langsung.
POV ARIN
Aku sangat terkejut ketika ayah memberitahu bahwa Gilang dan orang tuanya berkunjung ke lembang, rumah orang tuaku.
Aku yakin mereka ingin bertemu dengan Alina putriku, karena yang aku dengar .. Gilang dan istrinya tidak kunjung memiliki keturunan, istrinya tidak bisa hamil, sebenarnya sejak awal bicara aku sudah illfeel jadi aku sengaja memutuskan pembicaraan dengan alasan sesuatu.
Aku yakin kedatangan mereka pasti karena ada maksud terselubung, aku yakin itu.. dan aku bersumpah, keinginan Gilang dan keluarganya nggak akan pernah terwujud.
Aku juga menerima pesan singkat dari ayah, yang katanya mereka menitipkan selembar cek, demi Allah.. jujur saja aku nggak tertarik dengan titipan itu dan sampai kapanpun aku nggak akan mencairkan cek itu... konyol!, harga diriku dan anakku satu-satunya tidak bisa dibayar hanya dengan selembar cek!
Saat ini aku memang sedang di kampus mengikuti kuliah umum untuk program S3, aku hanya berusaha sekuat tenaga menggapai cita-citaku dan untuk bisa menafkahi anakku demi masa depannya.
Setelah selesai mata kuliah umum yang baru saja aku ikuti, aku berniat mampir ke rumah orang tuaku di lembang.
Tiba di rumah orang tuaku aku pun langsung duduk di ruang keluarga sekedar melepas rasa penatku.. kemudian ayah dan ibu datang menghampiriku, mereka pun duduk di sampingku dan mulai membuka pembicaraan...
"Arin, ayah mah kumaha teteh weh sadayana keputusan aya di tangan teteh, (terjemahan: ayah sih gimana kakak saja, semua keputusan ada di tangan kakak)" ujar ayahku.
"Iya pak, Arin mah nggak akan mau terima cek ini tapi Arin juga sudah memaafkan kesalahan Gilang.." ujarku.
Ayah pun mengangguk, memahami perkataanku.
"Teteh akan menafkahi eneng dengan keringat teteh sendiri pak, teteh nggak butuh rasa kasihan dari mereka.." ujarku.
"Teh, apa si eneng pernah tanya siapa ayahnya?" tanya pak Ahmad.
"Iya pak, waktu itu eneng pernah 3 kali tanya siapa ayahnya.. dan jujur, teteh bilang ayahnya sudah meninggal lama sebelum dia lahir.. dan memang ya pak anak-anak sekarang lebih kritis, sudah di jawab ayahnya meninggal tapi muncul lagi pertanyaan baru.. di mana makam ayahnya, eneng mau kesana, mau ziarah yaa kira-kira begitu pak.. "ujarku menjelaskan rinci. Ayah pun hanya tersenyum mendengar ceritaku.
"Enya enggeus weh tong jadi pikiran Rin soal Gilang teh, kamu teh urus diri sorangan sareng si eneng nya (terjemahan: ya sudah lah jangan jadi pikiran Rin soal Gilang, kamu urus saja diri kamu sendiri dan juga eneng ya..) "ujar ibuku menimpali, aku pun mengangguk.
"Oh iya pak, bu Arin mohon doanya ya, sekarang ini Arin kuliah lagi untuk S3.." ujarku sambil menatap mereka.
"Enya, ku ibu di doakeun, kamu teh sing gede milik.. (terjemahan: iya ibu doakan, supaya kamu berhasil) "ujar ibuku.
Aku pun segera mengAminkan doa dari ibuku tadi... lalu kemudian aku berpamitan karena hari sudah jam 4 sore, tidak lupa aku membekali sedikit penghasilanku kepada kedua orang tuaku, kemudian aku pun menuju mobilku untuk segera pulang ke rumah.
Tiba di rumah, aku melihat putriku sedang serius belajar, dia sedang les dengan guru privatnya, "Assalamualaikum.. "sapaku.
"Waalaikumsalam.. heyy Mom, are you okay? How's your day? Sapa anakku, yang sekarang ini senang sekali berbicara dalam bahasa asing, akupun tersenyum.
"Well, I' m okay sweety... alhamdulillah" ujarku membalas dalam bahasanya, anakku datang menghampiri lalu mencium punggung tanganku. Setelah beberapa menit, guru privatnya berpamitan pulang.
"Ambu, eneng pingin cepat besar biar bisa kuliah kayak ambu, dan eneng mau kuliah kedokteran" ujar Alina dengan mata berbinar.
"Cita-cita yang bagus neng, eneng pasti jadi dokter,.. eneng harus banyak berdoa, belajar lebihtadi serius dan ikhtiar, I wish you all the best honey bunny!" ujarku sambil membelai rambutnya.
"Mommy, you're my angel... I love you so much" ujar Alina tersenyum sambil memperlihatkan deretan giginya yang ompong.
"Duuh ini ya sayangnya ambu, cantik banget sih kamu.. "ujarku gemas sambil menoel pipinya yang chubby. Alina pun tersenyum lucu.
"Amang Aril kemana?" tanyaku. "Amang tidur ambu.. eneng mau bangunin ah, soalnya amang teh tadi janji ajak jalan-jalan eneng, "ujar Alina. Akupun mengangguk.
Tidak butuh waktu lama setelah Alina membangunkan amangnya, Aril adikku sudah rapi dan Alina pun tampak cantik dengan gamis dan hijab barunya, "Kalian itu pada mau kemana sih?" tanyaku. "Mau ke BIP ambu, ayo ambu ikut ya.." ujar Alina, akupun mengangguk.
Jadilah akhirnya kita bertiga ke BIP.
Kami pun bertiga pergi ke Mall, terkadang kami terlihat seperti keluarga yang utuh.. meskipun saat ini Alina hampir berusia 7 tahun tapi kadang amangnya masih saja suka menggendongnya..
"Eneng kalo capek bilang ya nanti amang gendong.." ujar Aril adikku. Dan tidak lama kemudian Alina pun minta digendong sama amangnya, hadeeeeeh.... kalau diperhatikan Alina dan Aril sudah seperti ayah dan putrinya sendiri.
"Amang, eneng mau coklat yang warna pink, katanya ada keluaran terbaru warna pink.. mau ya amang.. "ujar Alina.
"Iya, ayo kita cari ya neng.. "ujar Aril.
"Mm, aaah itu dia.. itu ada amang coklat pink yang eneng cari-cari.." ujar Alina dengan wajah berseri-seri.
Amangnya pun membeli beberapa coklat warna pink untuk Alina.
"Teh, kita nonton yuk.. "ajak Aril mendadak.
"Ayoo.. eneng mau nonton film apa?" tanyaku pada Alina. Alina pun menyerahkan pilihan film padaku lagi. Setelah membeli tiket kami bertiga mulai masuk untuk menonton.
Kami pun tiba di rumah sudah agak malam, lalu kami pun bersiap untuk beristirahat.
Aku begitu bahagia dan bersyukur, anakku sehat dan juga pintar.. setelah membaca Al Qur'annya, Alina pun tertidur, lelap sekali..
"Semoga Allah selalu menjagamu sayang.." gumamku dalam hati.
*******