Rebecca Alveansa adalah seorang model cantik yang lagi naik daun. Karir yang bagus harus terhenti sejenak karena kejadian yang tak terduga.
Ia terjebak cinta satu malam bersama seorang pria yang tak dikenalnya, sehingga membuatnya hamil dan melahirkan dua bayi kembar yang terpaksa ia rahasiakan keberadaannya.
Apa yang terjadi selanjutnya? Siapakah pria itu? Apakah sang bayi dapat bertemu dengan sang Ayah? Baca kisahnya hanya di sini ya!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Neoreul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BRSM 25
Rebecca keluar dari ruangan dengan hati yang sangat kesal. Dia berjalan dengan menggandeng tangan Excel. Sesampainya di lantai bawah semua mata karyawan tertuju pada Rebecca dan juga Excel. Bahkan sebagian karyawan sudah menyebarkan desas-desus tentang skandal pemilik perusahaan.
Di dalam ruangan gadis kecil itu sedang menikmati kedamaian. Evelyn telah menang dari Ibunya. Dia sekarang sedang bermanja dengan sang Ayah. "Uncle aku lapar."
"Astaga, Uncle sampai lupa membelikan mu makanan. Baiklah, Uncle akan pesankan sesuatu. Apa makanan kesukaanmu?" tanya Reigner pada Evelyn.
Evelyn diam sembari berpikir. "Aku ingin makan Spaghetti mix salmon fish terus ice cream," pinta Evelyn dengan membayangkan makanan itu.
Reigner segera memesankan makanan itu lewat sekretarisnya. Kantor Reigner tidak hanya satu tempat, dia mempunyai cabang dibeberapa tempat dan tersebar di luar wilayah Roma.
Sembari menunggu makanan datang Reigner mengintrogasi Evelyn. Dia ingin tahu semua yang terlewat 8 tahun yang lalu.
"Manis, Apakah di rumah kamu juga sering bertengkar dengan Mommy mu?"tanya Reigner pada Evelyn.
Evelyn merebahkan kepalanya ke pangkuan Reigner sembari bercerita tentang kehidupannya. Reigner pun mengelus rambut putrinya itu dengan penuh kasih sayang.
"Ya, aku di rumah sering berantem dengan Mommy. Padahal aku berperilaku sangat baik, Uncle! Tapi Mommy selalu memarahiku," ucap Evelyn dengan memainkan ujung rambutnya.
"Menurut Uncle, sebenarnya kamu itu tipe anak yang bandel juga. Apa kamu sering melakukan hal-hal yang ekstrem? Ya, seperti sekarang ini kamu mencari Uncle sendirian tanpa didampingi oleh orang dewasa," sahut Reigner menjelaskan.
Evelyn berhenti memainkan rambutnya. Dia bangkit dan duduk dengan muka cemberut. Dia duduk sembari menyilangkan tangan di dada. Reigner tersenyum melihat sifat putrinya itu.
"Apa kamu marah dengan Uncle?" tanya Reigner dengan memandang wajah imut Evelyn.
"Ternyata Uncle juga sama dengan Mommy, suka marah-marah."
Reigner menghela nafas dalam dia harus menjelaskan kesalahpahaman kecil itu. "Uncle tidak marah sama kamu Sayang. Namun, tindakan kamu yang sekarang ini sangat berbahaya sekali bagi anak seusia mu. Kalaupun Uncle, jadi Mommy mu. Mungkin Uncle juga akan bersikap sama yaitu marah."
"Marah di sini bukan berarti tidak sayang, Evelyn. Kemarahan orang tua itu karena mereka khawatir takut terjadi sesuatu hal yang buruk dengan orang yang disayanginya. Pesan Uncle, jangan lakukan hal-hal yang berbahaya lagi ya. Meski itu bersifat darurat, kalau ada masalah cerita dengan orang tua. Jangan sampai kamu melakukan sesuatu hal itu sendiri, karena kamu belum cukup umur Evelyn," jelas Reigner pada putrinya.
"Evelyn minta maaf, Uncle!" ucapnya dengan bibir mengerucut.
"Uncle maafkan, tapi kamu juga harus meminta maaf dengan Mommy juga karena dia paling khawatir terhadapmu," jawab Reigner dengan bijak.
Evelyn menggangguk mengerti. Tak lama kemudian masuklah seorang wanita yang membawa pesanan makanan. "Ini Tuan makanan yang anda pesan," ucap wanita itu.
Evelyn memandangi wanita itu dengan tatapan intens. Setelah wanita itu pergi, Evelyn mulai berkomentar. "Apa semua pekerja di sini memakai pakaian yang seperti itu Uncle?"
Reigner tertegun dengan ketelitian Evelyn. Lalu dia menjawab pertanyaan itu sembari menyiapkan spaghetti yang sudah dipesan tadi. "Ya, semua pekerja wanita di sini memakai pakaian yang seperti tadi. Memangnya kenapa Evelyn?"
"Nothing Uncle. Aku hanya tidak suka melihatnya. Mereka semua itu seperti Bibi galak yang suka menempel pada Uncle. Sangat menyebalkan, "ucap Evelyn dengan nada ketus.
Reigner tergelak mendengar penjelasan Evelyn. Sifat cemburu itu sangat mirip dengannya. "Manis, asal kamu tahu saja. Semenjak Uncle kenal dengan Mommy mu, Uncle tidak pernah terlibat hubungan dengan wanita manapun. Jadi kamu tidak usah khawatir karena Uncle tidak akan terpikat dengan siapapun. Mana bisa Uncle berpaling dari bidadari yang paling manis dan cantik sepertimu. Ya meskipun sedikit cerewet, tapi tidak apa-apa, Uncle tetap suka."
"Uncle salah, aku itu tidak cerewet. Hanya suka bercerita saja," sahut Evelyn menggemaskan.
"Iya iya Uncle tahu kalau kamu pandai bercerita. Sekarang makanlah spaghetti ini, biar Uncle suapin." Reigner menyuapi Evelyn dengan sepenuh hati. Baru kali ini Reigner merasakan bahagia. Evelyn pun menerima suapan itu dengan penuh sukacita.
Di tempat lain.
Rebecca telah sampai di rumah. Hatinya masih sangat kesal sekali dengan sikap Evelyn yang keterlaluan. Excel pun hanya bisa pasrah menerima amarah dari sang Ibu. Dia sadar kalau apa yang dilakukannya itu sangat berbahaya dan salah.
Rebecca duduk dengan menatap Excel yang berdiri sembari menundukkan kepala. "Sekarang jelaskan semuanya pada Mommy. Ayo cepat jelaskan! Jangan membuat Mommy kecewa lagi. Bukankah kamu tahu, Sayang. Kalau Mommy itu tidak suka dibohongi. Tapi sekarang dengan leluasa, kamu membantu adikmu untuk mempermainkan Mommy. Excel, kamu tahu betapa khawatirnya Mommy ketika Kakek memberi kabar kalau kalian menghilang. Mommy hampir gila, Excel."
Rebecca berbicara panjang dan lebar kepada putranya. Dia sangat frustasi dengan kejadian ini. Lebih mencengangkan lagi dia bertemu dengan pria yang merenggut kehormatannya.
"Maafkan aku Mommy. Excel mengaku salah pada Mommy," ucap Excel dengan suara melas.
"Siapa yang membuat ide ini Excel? Pasti adikmu kan? Kamu tahu tindakanmu ini sangat berbahaya. Bagaimana kalau terjadi sesuatu hal buruk terhadap kalian berdua?" seru Rebecca mata yang berkaca-kaca.
"Karena aku juga penasaran siapa Daddy ku, Mom," sahut Excel dengan keras. Baru kali ini Excel membantah ucapan sang Ibu.
Air mata Rebecca luruh membasahi pipi. Dia tak menyangka kalau kedua puteranya itu memandang sesuatu hal yang dalam.
"Apakah Mommy tidak cukup membahagiakanmu Excel? apa selama ini kamu tertekan hidup dengan Mommy?"
Melihat ibunya menangis membuat Excel menahan air mata. Dia paling tidak tahan melihat seorang wanita menangis di hadapannya. Excel berdiri dengan meremas ujung kaosnya.
"No Mommy, aku bahagia hidup dengan Mommy. Tapi aku juga penasaran siapa Daddy ku? karena setiap di sekolah semua orang bercerita tentang Daddy-nya yang hebat dan aku hanya bisa mendengar dan melihatnya saja. Terkadang mereka semua mengejekku Mommy. Mereka bilang kalau aku ini anak yang tak diinginkan," jawab Excel dengan air mata hampir jatuh.
Rebecca terdiam, dia tertampar dengan penjelasan dari Excel.
"Maafkan aku Mommy. Excel ke atas dulu." Excel berlari sambil menahan air matanya. Dia tidak ingin menangis di hadapan sang Ibu.
Rebecca terduduk lesu di sofa. Dia seperti tidak mempunyai tenaga untuk berdiri. Ternyata selama ini dia telah bersikap egois terhadap anaknya sendiri dan secara tidak langsung membentuk watak masing-masing.
"Apakah ini yang membuatmu bersikap pendiam dan dingin seperti itu. Apa kamu selama ini menahan semua ejekan itu tanpa memberitahukan kepada Mommy? Maafkan Mommy, Nak. Maafkan Mommy."