DALAM PROSES REVISI
"Lebih baik, kau mati saja!"
Ucapan Bram membuat Cassandra membeku. Dia tidak menyangka sang suami dapat mengeluarkan pernyataan yang menyakiti hatinya. Memang kesalahannya memaksakan kehendak dalam perjodohan mereka hingga keduanya terjebak dalam pernikahan ini. Akan tetapi, dia pikir dapat meraih cinta Bramastya.
Namun, semua hanya khayalan dari Cassandra Bram tidak pernah menginginkannya, dia hanya menyukai Raina.
Hingga, keinginan Bram menjadi kenyataan. Cassandra mengalami kecelakaan hingga dinyatakan meninggal dunia.
"Tidak! Kalian bohong! Dia tidak mungkin mati!"
Apakah yang terjadi selanjutnya? Akankah Bram mendapatkan kesempatan kedua?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Perpisahan
Koper itu sudah berdiri di depan pintu sejak malam tadi. Bram berdiri mematung di ambang pintu, menatap ruang apartemen yang ia tempati bersama Cassie dengan pandangan kosong. Hatinya berat, lebih berat dari koper yang ia seret keluar kamar.
Cassie berdiri tak jauh darinya, menyandarkan tubuh ke dinding, memeluk perutnya yang mulai membesar.
“Kamu yakin mau pergi hari ini?” suaranya nyaris berbisik.
Bram mengangguk. “Aku harus. Ini semua bukan hanya demi perusahaan, tapi demi keluarga kita."
Cassie menunduk. Kata-kata Bram terasa seperti jarak yang semakin nyata. Ia ingin meminta Bram tetap tinggal, tapi terlalu banyak luka yang masih menggantung di antara mereka. Terlalu banyak kata yang belum sempat dimaafkan.
“Aku... nggak bisa nganter kamu,” ucap Cassie akhirnya. Sederhana, tapi berat.
Bram mendekat. Ia menyentuh bahu Cassie dengan lembut. “Tidak apa. Aku cuma... ingin kita pisah hari ini bukan dengan marah."
Cassie menatap matanya. Ada keraguan, tapi juga kepedihan yang tak bisa disembunyikan.
Bram menunduk, mengecup keningnya singkat. “Jaga dirimu dan anak kita, aku akan menghubungi setelah sampai.”
Cassie mengangguk, walau air matanya menggenang. Hatinya tidak tenang, ada perasaan aneh ketika Bram memutuskan untuk tetap pergi.
Bram pun melangkah pergi, tanpa menoleh lagi. Dan untuk pertama kalinya, Cassie merasa sangat sendiri.
Taksi melaju perlahan menembus gerimis pagi New York. Cuaca seolah mencerminkan isi hati Bram, berkabut dan berat. Ia memandangi layar ponselnya, jari-jarinya ragu untuk mengetik pesan terakhir.
“Cass… aku pergi bukan karena menyerah. Aku akan kembali dan tinggal bersama kalian. Tunggu aku."
Namun pesan itu tak pernah ia kirim. Ia hanya menatapnya, lalu menghapus perlahan. Waktu menunjukkan pukul 07.54. Bram memejamkan mata, menghembuskan napas panjang. Masih ada sekitar 40 menit sebelum ia sampai di bandara.
Jalan tol menuju JFK mulai padat. Taksi melaju di jalur kanan. Lalu, semuanya terjadi dalam sekejap. Suara klakson keras. Rem mendadak. Cahaya dari arah kiri.
Truk pengangkut barang tergelincir karena aspal licin, berbelok liar dan menabrak pembatas jalan, menghantam bagian belakang taksi yang ditumpangi Bram. Kendaraan berputar. Suara kaca pecah memenuhi udara, disusul teriakan pengemudi yang tak sempat menghindar.
Tubuh Bram terpental ke depan, membentur kursi dan jendela. Lalu semuanya gelap. Tak ada suara. Tak ada rasa.
***
Cassie masih duduk di tepi ranjang ketika suara bel pintu menggema. Ia mengernyit.
Dengan langkah hati-hati, ia menuju pintu dan membuka sedikit. Dua orang pria berpakaian petugas kepolisian New York berdiri di sana.
“Apakah Anda Cassandra Wijaya?” tanya si pria.
Cassie langsung tegang. “Iya. Ada apa?”
“Maaf mengganggu. Kami dari NYPD. Kami ingin mengabarkan… suami Anda, Bram Nugroho, mengalami kecelakaan lalu lintas dalam perjalanan menuju bandara.”
Cassie memegang kusen pintu, wajahnya langsung pucat. “Apa maksud Anda? Kecelakaan?”
“Beliau dalam kondisi kritis. Sekarang dirawat di Queens Medical Center. Kami mohon Anda datang secepatnya. Ini kartu informasi dari pihak rumah sakit.”
Dunia Cassie seperti berputar. Ia nyaris tak bisa berdiri.
“Bagaimana keadaan suami saya?” tanyanya pelan.
"Saat ini kondisi pasien kritis. Kami akan menemani Anda ke rumah sakit kalau Anda siap.”
Cassie mengangguk perlahan. Tangannya gemetar saat mengambil jaket dan dompet. Hatinya bergemuruh tak karuan. Ia merasa bersalah. Menyesal. Tak seharusnya membiarkan Bram pergi pagi itu tanpa sebuah pelukan atau kata perpisahan yang layak.
Lorong rumah sakit berbau disinfektan menusuk hidung. Cassie berjalan cepat, diiringi suara detak jantung yang menggelegar di dalam dadanya. Seorang suster mengantarnya menuju ruang ICU.
“Suami Anda mengalami trauma kepala berat dan beberapa patah tulang. Saat ini dalam kondisi koma. Tim dokter sudah melakukan tindakan penyelamatan secepat mungkin,” jelas sang suster dengan tenang.
Cassie nyaris tak mendengar penjelasan itu. Pandangannya hanya tertuju pada ranjang di balik kaca transparan. Di sana, Bram terbaring lemah. Kepalanya diperban, wajahnya pucat, tubuhnya terhubung ke berbagai alat bantu.
“Bram…” lirih Cassie.
Suster mengizinkan Cassie masuk beberapa menit. Ia melangkah pelan ke sisi ranjang, duduk di kursi kecil dan menggenggam tangan suaminya. Air matanya jatuh satu per satu.
“Maaf... aku nggak sempat bilang aku masih mencintaimu,” bisiknya. “Maaf karena aku terlalu keras kepala. Kamu belum lihat anak kita, Bram… Kamu harus tetap hidup."
Cassie menyentuh perutnya. Janin kecil itu bergerak pelan, seperti ikut merasakan guncangan dalam tubuh ibunya.
“Bangun, Bram. Pulanglah. Aku akan menunggu. Aku akan belajar memaafkan, kalau kamu juga mau belajar bertahan.”
Mesin pemantau detak jantung berbunyi stabil. Tapi tak ada jawaban. Cassie menyandarkan kepalanya di sisi ranjang. Untuk pertama kalinya sejak kehamilan, ia merasa takut kehilangan segalanya. Lelaki yang ia cintai. Ayah dari anak yang belum lahir.
"Bangunlah Bram!"
***
Bersambung...
Terima Kasih telah membaca...
Dan juga Bram sekarang sudah bisa bersikap tegas sama Raina & emaknya, setelah dia menyadari kesalahannya dan gak mudah menggapai hati cassie
Dan kamu Bram memang harus sabar dan menunggu bumil untuk membuka hati lagi?? 🤔😇😇💪💪💪
semoga bumil kali ini bisa menjalani kehamilannya dengan happy dan kerjain Bram dengan ngidammu yg menyusahkan ya calon dekbay?? 🤔😇😇
Selamat menikmati buah kebodohanmu? dan selamat berjuang menaklukan bumil yg sensitif karena hormonal dan rasa kecewanya padamu??? 🤔😇😇😇
Alhamdulillah semua ingatanmu telah kembali dan kamu juga telah positif hamil lagi?? jadi semua kenangan pahit sebelum kecelakaan terjadi kamu telah mengingatnya?? gak salah kalau sekarang kamu ingin pergi jauh dari Bram?? kalau dia benar2 mencintaimu dg tulus pasti akan berusaha mengejarmu ??🤔😇😇