" jangan harap gue menerima lo sebagai istri gue.. lo harus ingat lo itu cuma anak pembantu. " tekan Gavin..
" tuan muda kira, saya juga mau menikah dengan lo.. tidak sama sekali tapi orang tua lo yang datang sama orang tua gue supaya bapak gue setuju, kalau gue menikah dengan lo. " jelas Alisha..
" jangan sampai semua orang di sekolah tau kalau kita suami istri.. apalagi gue juga punya pacar yang lebih cantik dari lo. "
" lo tenang aja, seisi sekolah tidak akan tau kok.. lo juga bukan tipe gue. " ketus Alisha..
Alisha di paksa menikah dengan tuan muda yang bernama Gavin.. Alisha ingin menolak tapi orang tuanya memaksa karena majikan mereka sangat baik kepada keluarga nya..
tuan willian yakin, Alisha dapat mengubah Gavin menjadi anak yang baik.. karena selama ini hidup Gavin bebas dan semaunya..
* apakah Alisha mampu mengubah sikap Gavin dan Sampai kapan pernikahan mereka bertahan. *
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ariyanteekk09, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 35
setelah 3 jam perjalanan Alisha dan kenan pun tiba di rumah. Alisha langsung menuju kamarnya untuk istirahat.
“Akhirnya sampai juga di rumah, kangen banget gua sama kamar ini,” kata Alisha, tubuhnya langsung lemas terhempas ke kasur. Ponselnya berdering, Arga. Ia memberitahu Arga bahwa ia sudah sampai rumah. Percakapan mereka singkat, Arga sedang menghadapi sidang.
setelah tidur 2 jaman, Alisha pun terbangun dan langsung duduk sebentar.
Tok tok tok.
“Sha, Ibu, boleh minta tolong?” tanya Nigrum, ibunya.
“Boleh, Buk. Minta tolong apa ya?”
“Tolong bawakan Bapak mu makan siang ke kebun. Pasti Bapak nggak sempat pulang, karena banyak pengunjung,” pinta Nigrum.
" baik buk tapi aku cuci muka bentar. "
" sebelum kesawah kamu juga harus makan siang dulu, ibu sudah siapkan. " ucapnya.
Alisha mengangguk, setelah makan Alisha pun pamit sama ibunya.
Alisha pun bergegas. Menggunakan sepeda motor bututnya, ia menuju kebun milik ayahnya, Pak Rahmat. Ia tak memberi tahu ayahnya bahwa ia dan Kenan, , sudah pulang dari kota.
Sesampainya di pondok kecil di tengah kebun, sebelum memanggil ayahnya, Alisha mendengar bisikan dari dalam.
“Kamu yakin rencana ini berhasil, Jok?”
“Yakinlah! Kata Bos Ridho, ini racun mematikan. Pak Rahmat langsung tewas setelah minum,” jawab Joko, suaranya lirih.
“Sebenarnya aku kasihan sama Pak Rahmat, tapi mau gimana lagi? Bayaran dari Bos Ridho lebih banyak,” sahut Ucup, terdengar ragu.
“Tenang aja, Cup. Setelah perkebunan ini milik Bos Ridho, kita pasti lebih kaya!” Joko terdengar penuh ambisi.
Percakapan licik mereka berlanjut, tanpa menyadari Alisha yang bersembunyi di balik pohon besar, diam-diam merekam setiap kata.
“Ayo, kita pergi sekarang. Nanti ada yang lihat kita datang ke pondok,” bisik Joko.
Mereka pergi. Alisha tetap bersembunyi, hatinya bergemuruh. Ia tak menyangka ada yang tega mengkhianati ayahnya.
" Pakde Ridho benar-benar serakah dan jahat! Dia rela membunuh adiknya sendiri demi harta! batin Alisha.
Ridho, kakak Pak Rahmat, adalah dalang di balik semua ini. Dulu, kakek-nenek Alisha adalah orang kaya di kampung sebelah. Setelah meninggal, mereka mewariskan harta mereka kepada kedua putra mereka: Ridho dan Rahmat. Namun, Ridho—yang tamak—menguasai semua harta warisan, meninggalkan Rahmat tanpa apa-apa. Rahmat pun terpaksa mengajak istri dan anak-anaknya merantau ke kota untuk mencari nafkah.
“Gue nggak akan biarin Pakde merebut semua milik Bapak! Gue akan kasih tahu Abang soal ini!” tekad Alisha.
Ia bergegas ke pondok, mengganti minuman ayahnya dengan yang baru. Botol minuman yang berisi racun itu diamankan Alisha sebagai bukti. Ia bertekad untuk mencari tahu jenis racun apa yang akan digunakan untuk membunuh ayahnya. Perjuangan Alisha baru saja dimulai.
Para pekerja berkumpul di pondok untuk makan siang, masing-masing membawa bekal dari rumah. Joko dan Ucup terus mengawasi Pak Rahmat, menunggu momen ia meminum air yang telah dicampur racun.
“Bapak,” panggil Alisha, baru saja duduk di samping ayahnya, ada buah strawberry di tangan nya.
“Sayang, kapan kamu sampai?” tanya Pak Rahmat, terkejut.
“Tadi sekitar jam sepuluh, Pak,” jawab Alisha.
“Tolong ambilkan Bapak minum, Sayang,” pinta Pak Rahmat.
Alisha memberikan minuman yang dibawanya. Saat Pak Rahmat meminumnya, Joko dan Ucup tegang. Alisha, menyaksikan semuanya, tersenyum sinis. Ia telah menebak rencana mereka.
Alisha pura-pura tak menyadari keterkejutan Joko dan Ucup. Ia asyik makan buah strawberry yang di petik tadi, sesekali melirik ayahnya yang terlihat menikmati minuman. Ekspresi Pak Rahmat tak berubah, tak ada tanda-tanda keracunan. Kecemasan terlihat jelas di wajah Joko dan Ucup. Mereka saling berbisik, gugup. Alisha semakin yakin, rencana mereka gagal. Racun yang seharusnya sudah dicampurkan ke dalam minuman Pak Rahmat ternyata tidak ada.
karena Alisha sudah mengganti botol air minum bapaknya dengan yang baru.
"Gimana nih, Jok? Minumannya nggak bereaksi apa-apa," bisik Ucup, panik.
"Sabar, Cup! Mungkin racunnya butuh waktu," jawab Joko, berusaha tetap tenang, namun kegelisahannya terlihat jelas.
Alisha diam-diam mengambil ponselnya, merekam percakapan panik mereka berdua. Bukti semakin kuat. Setelah makan siang, Alisha berpamitan kepada ayahnya.
********
Alisha tak langsung pulang. Ia menuju penginapan . Kenan menyambutnya dengan heran.
"Lo dari mana, Dek? Bawa rantang segala," tanya Kenan.
"Gue habis dari kebun, bawain Ayah makan siang," jawab Alisha.
"Kenapa lo ke sini, bukannya langsung pulang?" tanya Kenan lagi.
"Gue ke sini mau ngomong sesuatu sama Abang, tapi nggak di sini. Kita ngobrol di ruangan Abang aja," kata Alisha serius.
Kenan, yang baru saja makan siang dengan Maya, manajernya, pamit. Maya langsung mengiyakan.
"Mbak Maya, gue pinjam Bang Kenan sebentar ya, nggak lama kok," goda Alisha, membuat Maya salah tingkah. Kenan dan Maya memang sedang dekat.
Sesampainya di ruangan Kenan, Alisha langsung mengunci pintu. Kenan mengernyit heran.
"Kok gue takut sama kelakuan lo, Dek? Kenapa pakai kunci pintu segala?" tanya Kenan.
"Biar nggak ada yang dengar pembicaraan kita! Abang kira gue mau bunuh Abang apa?" omel Alisha.
"Ya, siapa tahu, Dek. Lo kesurupan jin yang ada di kebun," canda Kenan.
"Gue serius, Bang!" tegas Alisha.
"Oke oke… Langsung ke intinya, ada apa?" tanya Kenan.
"Mulai sekarang kita harus waspada sama Pakde Ridho. Tadi di kebun, ada kejadian yang hampir bikin kita kehilangan Bapak selamanya," ungkap Alisha.
"Maksud lo apa, Dek? Kehilangan Bapak? Abang nggak ngerti," kata Kenan bingung.
Alisha menceritakan semuanya, memperlihatkan video rekaman yang diam-diam ia ambil.
"Astagfirullah, Pakde Ridho benar-benar jahat banget! Dia masih saja menginginkan apa yang Bapak miliki. Padahal ini bukan warisan dari Kakek, melainkan hasil jerih payah Bapak dan Ibu selama di kota!" Kenan tak habis pikir.
"Ini nggak bisa dibiarin, Kak. Kita harus cepat bertindak," kata Alisha.
"Maya juga cerita sama Abang. Selama kita di kota, ada orang yang selalu mengintai penginapan ini," tambah Kenan, menghubungkan kejadian di kebun dengan kejadian di penginapan.
"Kita harus lapor polisi, sha. Ini udah masuk kategori percobaan pembunuhan," tegas Kenan, wajahnya dikerutkan oleh amarah dan kekhawatiran.
"Tapi gimana caranya, Bang? Buktinya cuma rekaman suara dan kita nggak punya bukti kalau racun itu jenis apa dan apa alasan pakde ingin bunuh Ayah," kata Alisha tampak ragu.
Kenan berpikir sejenak. "Kita perlu bukti yang lebih kuat. Kita harus cari tahu jenis racunnya dulu. Besok, kamu dan maya ke rumah sakit, minta bantuan dokter forensik untuk menganalisis racun yang ada di botol itu. Setelah itu, baru kita lapor polisi dengan bukti yang lengkap."
"Oke, Bang. Terus gimana sama orang yang mengintai di penginapan? Kita harus hati-hati," Alisha masih khawatir.
"Tenang, gue udah minta bantuan keamanan penginapan untuk meningkatkan pengawasan. Kita juga harus lebih waspada. Jangan keluar sendirian, selalu bareng-bareng," Kenan menjelaskan rencananya.
"Satu lagi, Bang," Alisha menambahkan, "Kita harus kasih tahu Ayah tentang ini. Tapi kita harus hati-hati cara ngomongnya, biar Ayah nggak terlalu khawatir dan stres."
Kenan mengangguk setuju. Mereka sepakat untuk bertindak cepat dan cermat. Mereka akan mengungkap kejahatan Pakde Ridho dan memastikan keselamatan keluarga mereka. Perjuangan mereka untuk membela kebenaran baru saja dimulai. Mereka harus bekerja sama, saling mendukung, dan menghadapi tantangan yang ada dengan strategi yang matang. Keadilan harus ditegakkan, dan keluarga mereka harus dilindungi.
tapi setelah itu kenan menggeleng,
" sebaiknya kita tidak kasih tau bapak dulu sebelum kita tahu jenis racun ini.. kalau tidak ada bukti bapak belum tentu percaya. " ungkap kenan.