NovelToon NovelToon
Dinikahi Kakek Impoten

Dinikahi Kakek Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Cinta Terlarang / Cinta Seiring Waktu / Fantasi Wanita / Disfungsi Ereksi
Popularitas:7.9k
Nilai: 5
Nama Author: Danira16

Rani yang masih berusia 18 tahun, dengan rela dinikahi Malik yang berusia 50 tahun, pria yang baik dan pernah menyelamatkan hidupnya. dimana Malik, pria tua itu selama lima tahun menderita disfungsi yang tak bisa disembuhkan. Dan Rani lah orang yang dapat menyembuhkan penyakit itu

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Memeluk

Rani yang terbangun, menggigil merasakan dinginnya pagi yang menyelinap masuk, menemukan dirinya hanya dengan pakaian dalaman dan selimut tebal yang melilit tubuhnya.

Mengingatkan Rani pada kejadian yang membuatnya pingsan, dimana saat itu Malik memayungi dirinya yang basah kuyup oleh rinai hujan. Ruangan itu terisi dengan hening, hanya suara napas Kakek Malik yang teratur mengisi kesunyian.

Rani duduk, memperhatikan sekeliling, mencoba mengumpulkan kembali ingatannya, sementara cahaya pagi yang hangat perlahan mengusir dingin yang tersisa.

Rani yakin semalam kakek Malik yang membawanya kemari, namun selimut basah yang ia bawa dari rumah saat ibu tirinya mengusirnya kini telah menjadi selimut tebal dan ia kebingungan siapa yang melepaskan selimut basah itu dari tubuhnya.

Hingga saat Rani terduduk di sandaran ranjang barulah kakek Malik terbangun mendengar pergerakan Rani itu.

"Kamu sudah bangun?" Tanya Malik.

"Apakah benar kakek yang membawaku ke sini? Ini dimana?" Tanya Rani menatap sekeliling ruangan.

"Ini di rumah kecil milik kakek, tempat kita pertama bertemu." Jawab Malik.

Rani mengernyit seolah ia memutar otaknya, lalu ia teringat akan tempat dimana ia dan Malik pertama kali bertemu.

"Oh iya Rani ingat, ini di kebun bunga kakek kan?" Tebak Rani.

"Iya kamu benar, kamu masih demam?" Tanya Malik yang kemudian ia berjalan dengan tongkatnya menuju kasur dimana Rani tengah terduduk dengan posisi menyender.

"Sudah tidak kek, maaf kalo boleh saya tahu siapa yang melepaskan selimut basah saya semalam?" Tanya Rani.

"Itu saya yang melepaskan nya. Tapi kamu tenang saja saya tidak melihat tub*h kamu. Karena saya sebelumnya melapisinya dengan selimut kering." Jawab Malik.

Rani pun terdengar menghela nafasnya dengan lega setelah mendapat penjelasan itu.

"Terima kasih kek." Jawab Rani dengn kemudian ia menampilkan raut wajah sedih.

Malik pun mendekat pada Rani, lalu ia duduk di samping gadis yang masih memegangi selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.

"Jangan takut, kamu disini aman." Ucap Malik yang melihat kekhawatiran dalam diri Rani.

Rani menatap Malik lalu ia mengangguk, tanpa sadar ia menitikkan air matanya seolah ia masih terbayang oleh pengusiran yang dilakukan ibu tirinya itu.

"Kamu kenapa menangis? Ceritakan pada saya apa yang terjadi pada kamu semalam?" Tanya Malik yang kini mengusap bahu polos Rani.

Rani tidak menjawab ia malah menundukkan wajahnya, air matanya terus jatuh tanpa ia sadari dan itu membuat hati Malik ikut sedih melihat gadis muda menangis di hadapannya.

"Jika tidak ingin cerita sekarang tidak apa Rani. Kamu bisa cerita jika sudah siap." Ucap Malik yang tidak ingin Rani mengingat kejadian yang menimpanya semalam.

Malik bisa melihat begitu rapuhnya Rani, dan ia juga tidak ingin memaksa Rani untuk bercerita yang akan membuat luka gadis itu menganggap kembali.

"Mandilah, saya sudah menyuruh orang untuk menyediakan pakaian untukmu." Ucap Malik memecah keheningan keduanya yang sempat membisu cukup lama.

"Baik kek." Jawab Rani yang kemudian ia berjalan menuju kamar mandi yang letaknya dekat dengan rumah singgah Malik itu.

Malik hanya bisa mengamati pergerakan Rani hingga gadis itu telah masuk ke dalam toilet, sedangkan dirinya memilih untuk menunggu orang yang tadi ia suruh untuk membeli pakaian untuk Rani.

Tepat saat ia baru keluar dari rumah seorang wanita yang ternyata asisten rumah tangga Malik datang dengan membawa kantong plastik yang berisi pakaian.

"Kamu sudah dapat semuanya?" Tanya Malik.

"Sudah tuan, sesuai size yang diminta. Tapi saya hanya membeli pakaian 2 steel saja karena di toko size yang di minta tuan telah habis stoknya." Jawab pelayan tepercaya Malik yang berada dirumah.

Pelayan itu telah lama bekerja bersama Malik dan dipercayakan mengurus rumahnya yang besar dan megah yang ada di pedesaan itu.

"Tidak apa, kembalilah dan lanjutkan pekerjaanmu." Titah Malik pada pelayan tua itu.

"Baik tuan, saya permisi dulu."

Malik mengangguk, lalu ia kembali masuk ke dalam rumahnya dan menaruh pakaian Rani diatas kasur.

Rani keluar dari kamar mandi dengan handuk putih yang melilit erat tubuhnya, ujung handuk jatuh tepat di atas lututnya, mempertontonkan siluet tubuhnya yang anggun. Mata Malik yang terkejut segera berpaling ketika mereka berpapasan.

Wajah Malik memerah, jantungnya berdebar kencang, sementara Rani, dengan pipi yang memanas, segera menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan rasa malu yang menderanya.

"Maaf, tadi saya kesini cuma mau kasih kamu itu," kata Malik dengan suara yang tercekat, berusaha menjaga pandangannya tetap di lantai sambil menunjuk ke arah bungkusan di sudut kamar.

Bungkusan itu adalah pakaian yang telah Malik siapkan untuk Rani. Rani, masih dengan handuk yang terikat, melangkah gugup mendekati bungkusan tersebut.

Malik, dengan rasa tidak nyaman yang menggelayuti, cepat-cepat berlalu keluar dari kamar, meninggalkan Rani dalam kebingungan dan ketidakpastian yang menyelimuti ruangan itu.

Rani yang paham pun mengulas senyumannya pada Malik yang kemudian akan keluar dari kamar yang semalam di pakai Rani untuk tidur.

"Terima kasih kek." Ucap Rani tulus dan menghentikan sejenak langkah Malik.

Pria tua itu sempat menoleh pada Rani lalu ia tersenyum tipis pada gadis yang masih menggenakan handuk miliknya.

"Iya, segeralah ganti dan kita cari sarapan bersama." Jawab Malik.

"Baik kek."

Sepeninggal Malik, tak ingin buang waktu Rani lantas segera mengambil kantong plastik berwarna putih itu dan membukanya.

Malik menaruh koran di meja samping sofa dengan gerakan yang lambat, matanya tidak bisa lepas dari sosok Rani yang berdiri tepat di depannya. Dia menyaksikan gadis itu berusaha merapikan roknya yang terlalu pendek, wajahnya memerah karena jelas tidak nyaman dengan pakaian yang dipaksakan itu.

"Pakaiannya gak cukup?" suara Malik berat, sarat dengan kekhawatiran.

"Sepertinya kependekan kek." sahut Rani, suaranya rendah.

Malik menghela napas, raut mukanya berubah menjadi lebih lembut. "Maaf kalo kakek tidak tahu ukuran kamu." ujarnya dengan nada yang menenangkan.

Dia bangkit dari sofa. "Gunakan baju itu dulu, nanti kita cari pakaian yang lebih pantas untukmu," tambahnya sambil tersenyum, mencoba mencairkan suasana.

Malik mengambil napas dalam-dalam, menenangkan diri, berusaha mengendalikan pikiran yang sempat tergelincir ke jalur yang akan menyesatkannya. Tadi ia tanpa sadar lama melihat bulatan milik Rani.

Dengan tekad yang kuat, ia memusatkan perhatian pada lingkungan sekitarnya, mencoba mengabaikan godaan yang sejenak menguji iman nya.

"Maafkan saya, itu semua karena saya tidak tahu ukuran kamu."

"Tidak apa kek, nanti saya akan balik kerumah saya ambil pakaian." Jawab Rani yang terpaksa ia harus pergi ke rumahnya lagi untuk mengambil pakaian.

Namun Rani kemudian bingung sendiri dengan ucapannya tadi, itu berarti ia akan tinggal di rumah kecil milik kakek Malik. Sungguh Rani seakan sudah tak nyaman kembali dirumah sana.

Setelah mengatakan tadi, terdengar helaian nafasnya yang terasa begitu berat.

"Kamu kenapa?"

"Tidak kek." Jawab Rani disertai gelengan kepalanya.

"Katakan saja apa yang menganggu pikiran kamu, bilang sama saya."

"Bolehkan saya sementara tinggal disini kek?" Ucap Rani yang kemudian ia menatap kakek Malik.

Malik yang tahu bahwa Rani enggan kembali kerumahnya itu, namun di sisi lain jika ia menahan Rani lama disini apakah akan baik oleh anggapan orang desa?

Tapi Malik merasa kasihan melihat Rani jika gadis itu harus kembali kerumahnya disaat Rani belum tenang.

"Boleh saja Rani, asal kamu rawat tempat saya ini dengan baik." Jawab kakek Malik yang tak tega jika ia menolak permintaan Rani.

Rani seketika berbinar raut wajahnya, menandakan ia begitu senang, hingga akhirnya Rani reflek memeluk kakek Malik.

"Terima kasih kek." Ucap Rani tulus saat ia sudah mendekap tubuh Malik.

Malik pun membalas pelukan gadis muda yang masih duduk dibangku kelas 3 SMA, bahkan ada rasa hangat saat ia memeluk tubuh sintal Rani yang begitu wangi aroma sabun mandi.

1
Ara putri
semangat kak, jgn lupa mampir juga ya keceritaku PENJELAJAH WAKTU, HIDUP DIZAMAN AJAIB
vita
suka ceritanya menarik
Soraya
semangat thor lanjut
Alyanceyoumee: Assalamualaikum. Thor permisi, ikut promo ya🙏.

Kaka, Jika ada waktu luang, boleh coba baca karya ku yang berjudul "PARTING SMILE" ya,

Berkisah tentang penyanyi religi yang terjerat pernikahan kontrak dan cinta masa lalunya yang sangat rumit. Ditambah dia tipe yang gengsian dan menyebalkan, hiih dah lah.

di tunggu ya ☺️🙏
total 1 replies
Soraya
mampir thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!