Terobsesi dengan seseorang yang sudah mempunyai pasangan membuat Violet Kalalova rela menjadi yang ke 2. Gadis cantik itu sedikit gila, tengil, dan nekat. Apapun akan dia lakukan untuk membuat keinginan nya terpenuhi, salah satunya menarik perhatian Jeriko Mahendra agar membuatnya menjadikan seorang istri, namun ada alasan dibalik itu semua. Ia menyimpan rahasia besar yang selama ini membuatnya merasakan dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riria Raffasya Alfharizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Umpan Sederhana
Mata bulat Lova membaca satu persatu setiap tulisan yang ada di depan nya. Kertas yang berisi perjanjian pernikahan keduanya. Namun setelah membaca point ke 3 Lova langsung membelalakan matanya, ia ingin protes, jelas tidak terima dengan perjanjian yang dituliskan Jeriko.
"Saya keberatan kalau tidak bisa bersentuhan dengan laki-laki lain selain anda."
Jeriko menyeringai mendengar ucapan Lova. Laki-laki itu tampak meneguk ludahnya dengan kasar. Ingin menyeruakan hatinya, tetapi ia sangat gengsi.
"Murahan."
Satu kata yang keluar dari mulut Jeriko sontak membuat Lova terbelalak. Murahan? Rasanya cukup membuat Lova sakit. Tetapi biarkan saja Jeriko menganggapnya seperti itu, toh, pernikahan mereka hanya rahasia. Lova tidak mau rugi karena itu.
"Terserah, om sendiri tau saya masih mempunyai pacar, Kenzo, keponakan om sendiri," tegas Lova menolak dengan keras.
Lova tidak ingin mengambil pusing apa lagi sampai mengambil hati apa yang baru saja dikatakan oleh Jeriko padanya.
"Putuskan Kenzo, dan jadilah istri penurut."
Lova ternganga mendengar ucapan Jeriko yang terlampau santai. Gadis itu mendesah kesal menatap sengit Jeriko.
"Nggak bisa, enak aja. Om bisa bersentuhan dengan wanita lain, kenapa saya tidak?"
"Serina istri saya kalau kamu lupa."
"Kenzo juga pacar saya kalau om lupa."
Lova tidak mau kalah. Ia tetap pada pendirian nya, keberatan dengan perjanjian yang dituliskan oleh Jeriko, hampir semua isinya tidak ada yang menguntungkan untuk Lova, terkecuali satu, mendapat uang bulanan atau nafkah dari Jeriko, dengan jumlah yang sebenarnya sangat banyak dan cukup membuat Lova hampir tumbang tadinya. 50 juta sebulan, dan itu belum termasuk dengan biaya kuliah Lova.
Mendengar ucapan Lova membuat Jeriko mendesah frustasi. Ia sudah menduga tidak akan semudan ini berurusan dengan Lova, gadis itu terlalu pembangkang.
"Baiklah, boleh bersentuhan, tetapi sebatas tangan saja."
Kening Lova mengernyit, ia menatap Jeriko sedikit kesal.
"Maksud om itu berlaku untuk kita?"
"Kamu, bukan saya."
"Itu tidak adil, dan saya tetap tidak setuju dan tidak mau."
"Lova."
"Apa? Kecuali om menginap di apartemen kita ini sabtu dan minggu, maka saya akan mempertimbangkan."
Setelah mengatakan itu, Lova berbalik badan, berniat untuk pergi dari apartemen tersebut, namun dengan hati yang masih berat, ia ingin Jeriko segera mengiyakan permintaan nya itu. Namun langkah Lova sampai di depan pintu apartemen, Jeriko masih bungkam, Lova memejamkan matanya dengan perasaan berkecamuk. Tangan nya terangkat untuk menekan handel pintu dan bersiap untuk keluar dari apartemen, namun sebelum itu semua terjadi, tiba-tiba suara Jeriko membuat ia bisa bernapas dengan lega.
"Baiklah, saya setuju. Kita rundingkan lagi ini."
Lova membuang napasnya lega. Ia menormalkan mimik wajahnya agar tidak terlalu kentara jika ia sedang kesenangan karena itu. Lalu memutar kembali tubuhnya, menatap Jeriko dan melangkah pasti mendekati laki-laki yang sudah menjadi suaminya itu sekarang.
"Deal?" Lova mengulurkan tangan nya.
Jeriko tampak ragu membalasnya, namun dengan segera Lova menarik tangan nya untuk berjabat dengan nya.
"Jangan bertele-tele om, saya nggak punya banyak waktu," ujarnya seakan-akan sangat sibuk.
Aslinya, berada di apartemen dengan Jeriko tanpa melakukan apapun saja sudah membuat Lova sangat senang.
"Berati mulai sekarang, semua perintah dan larangan yang sudah disepakati berlaku ya?" ujar Lova menatap penuh Jeriko.
Sebenarnya Lova tidak masalah jika tidak diperbolehkan bersentuhan dengan laki-laki lain, toh, ia sendiri juga tidak begitu menyukai sentuhan laki-laki lain, termasuk Kenzo, Lova suka sentuhan Jeriko meski hanya dilakukan sekali pada malam itu. Dan Lova ingin sekali mereka kembali mengulanginya lagi.
"Kalau begitu nanti malam om tidur di sini," ujar Lova ingin tahu bagaimana reaksi Jeriko.
Anehnya, Jeriko malah menganggukan kepalanya, seakan tidak keberatan dengan permintaan Lova.
"Ya," singkatnya.
Ditengah rasa kebingungan nya menghadapi tingkah santai Jeriko, ponsel Lova tiba-tiba bergetar. Kenzo mencoba menghubunginya.
"Siapa?" tanya Jeriko yang sebenarnya cukup paham dari wajah Lova.
"Keponakan om," beritahu Lova memperlihatkan layar ponselnya.
"Boleh diangkat?" tanya Lova meminta persetujuan Jeriko.
"Terserah kamu," balas Jeriko lalu pergi dari sana meninggalkan Lova yang semakin bingung dengan sikap aneh Jeriko.
Bukan nya mengangkat panggilan dari Kenzo, Lova justru menghampiri Jeriko yang sedang berdiri menghadap ke arah jalanan yang bisa dilihat dari apartemen mereka. Lova berdiri di sebelah Jeriko, menatap laki-laki matang dan tampan itu yang sikapnya menurutnya aneh.
Tiba-tiba meminta perjanjian dalam pernikahan.
"Om," panggil Lova menatap lurus ke depan.
Jeriko tidak menoleh. Laki-laki itu pun melakukan hal yang sama seperti apa yang Lova lakukan sekarang.
"Sorry kalau pertanyaan saya terlalu privasi, tapi saya penasaran kenapa om dan istri pertama om belum punya anak?"
Mendapati pertanyaan tidak terduga dari Lova berhasil membuat Jeriko menoleh. Laki-laki itu meneguk ludahnya dengan kasar, seakan pertanyaan Lova itu sangat sulit untuk dijawab.
"Itu bukan urusan kamu," balas Jeriko membuat Lova harus menelan pahitnya jawaban Jeriko.
"Memang bukan urusan saya, lagian saya cuma nanya aja sih, aneh aja, sering bikin tapi nggak jadi-jadi," balas Lova tidak kalah sinis.
Lova jadi ingat bagaimana Serina menari-nari dengan seksi di depan Jeriko. Sialan, hatinya kembali memanas setiap kali mengingat itu.
Ia melirik Jeriko yang masih berdiri di sebelahnya. Wajah tampan itu, tubuh tegap yang sangat sempurna di mata Lova, laki-laki matang yang membuat Lova nekat memilih jalan salah untuk mendapatkan nya, juga membalaskan dendam pada musuhnya. Namun tidak dipungkiri Jeriko mampu mengobrak-abrik perasaan Lova, bahkan sekalipun sikapnya cuek dengan nya. Lova seakan tidak gentar, baginya menjadikan Jeriko suaminya itu sudah pencapaian yang luar biasa, Lova tidak sabar bagaimana hancurnya Serina nanti ketika mengetahui itu, tetapi pelan-pelan saja. Lova harus membuat Jeriko berpihak padanya terlebih dahulu, agar kelak jika semua akan terbongkar, Lova sudah mempunyai tameng untuknya.
Jeriko menatap nanar Lova. Ia merasa tertohok dengan tuduhan Lova yang tidak ada benarnya sama sekali.
'Apa maksudnya sering bikin?' batin Jeriko terkekeh getir.
"Om," seru Lova melihat Jeriko yang tampak akan pergi.
"Nanti malam mau dimasakin apa?" tanya nya tersenyum manis. Sangat manis sampai membuat Jeriko terdiam di tempatnya. Bukan karena diberikan senyuman manis oleh Lova, tetapi pertanyaan tiba-tiba dari Lova.
"Apa saja yang kamu bisa."
"Oke, saya akan buatkan yang sepesial untuk om suami." Lova mengerlingkan sebelah matanya. Lalu tersenyum sangat manis sebelum akhirnya pergi dari hadapan Jeriko. Jantungnya sudah tidak aman atas tindakan nya sendiri.
'Setidaknya dimulai dari perhatian kecil dulu, iya, umpan sederhana namun pasti' batin Lova tersenyum.
Doble up dong Thor...🤭
tq author untuk episod kali ini 🥰