NovelToon NovelToon
Gairah Cinta Sang Mafia

Gairah Cinta Sang Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Romansa / Sugar daddy / Chicklit
Popularitas:7.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ibu.peri

Arsenio Wickley, seorang mafia yang berusia 39 tahun. Semenjak kejadian kekasihnya pergi karena kesalahan pahaman, semenjak itu Arsenio menutup hatinya untuk semua wanita. Tapi, kehadiran seorang gadis mengubah pendiriannya. Clara datang kepadanya, dan berniat menjadi sugar baby Arsen. bukan karena uang tapi karena ia butuh kasih sayang yang tidak ia dapat dari orang tuanya.
" Om, aku mau jadi sugar Baby om" ucap Clara sambil menatap wajah Arsen.

" Apa kau tahu, apa yang dilakukan Sugar Baby?" Arsen mendekati wajah Clara, membuatnya sedikit gugup.

" Memang apa yang harus aku lakukan?" tanya Clara yang penasaran, ia hanya tahu sugar baby itu hanya menemani makan, dan jalan-jalan.

" kau harus menemaniku tidur, apa kau mau?" Arsen semakin memojokkan tubuh Clara.

" tidak!! aku tidak mau.." Clara berlari saat mendengar ucapan Arsen.

" Dasar bocah ingusan" ucap Arsen seraya menggelengkan kepala.

Nantikan kisah kelanjutannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ibu.peri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Arsen muncul dipublik

Suasana di dalam mobil terasa begitu sunyi. Hanya suara deru mesin dan detak jantung Clara yang terasa berdegup tak beraturan. Arsen Wickley duduk di belakang kemudi, wajahnya dingin, rahangnya mengeras menahan emosi yang meletup-letup dalam dirinya. Bukan karena Clara—bukan gadis itu yang membuatnya marah. Tapi kenyataan bahwa seseorang dengan begitu beraninya mencoba menjatuhkan Clara, menyebarkan fitnah, dan mempermalukannya di depan umum. Itu... hal yang tak bisa ia maafkan.

Clara melirik pria di sampingnya. Sinar mata Arsen yang biasanya tenang, kini tajam dan membara. Tapi dia tahu, itu bukan kemarahan yang ditujukan padanya. Ada amarah besar yang disembunyikan Arsen, disimpan rapat-rapat agar tak menakuti dirinya. Dan hal itu justru membuat dada Clara terasa hangat. Untuk pertama kalinya, ada seseorang yang membela dirinya sampai seperti ini.

Mobil Arsen melaju kencang menembus jalanan kota. Tak butuh waktu lama hingga mereka tiba di depan sebuah gedung apartemen mewah. Arsen keluar lebih dulu, memutar ke sisi pintu Clara dan membukakannya tanpa berkata sepatah kata pun. Tapi saat melihat Clara masih terpaku, ia langsung menggenggam tangan gadis itu dan menariknya lembut.

“Ayo turun,” ucapnya singkat.

Clara menuruti, meski hatinya masih gugup. Jari mereka bersentuhan, dan detak jantungnya langsung melonjak.

Setelah masuk ke dalam lobi dan menuju lift khusus ke lantai paling atas, Arsen menekan tombol dan menuntunnya sampai di depan pintu apartemen. Baru saja ia ingin memasukkan kode password, ponselnya berdering.

Clara yang berdiri di sampingnya ikut melirik ke arah layar. Nama Bastian terpampang jelas.

Arsen sempat ingin mengabaikannya, tapi tatapan lembut Clara memintanya untuk mengangkatnya. Dengan helaan napas kesal, akhirnya Arsen menggeser layar dan menyapa dengan suara datar.

“Ada apa?”

“...Tak bisa kau tangani sendiri? Baiklah. Aku akan ke sana sebentar lagi.”

Begitu panggilan selesai, Arsen mengembuskan napas berat lalu menyimpan ponselnya kembali ke dalam saku. Ia berbalik menatap Clara yang masih berdiri diam, menunggunya.

“Masuklah. Jangan kemana-mana. Tunggu aku pulang.”

Clara mengangguk kecil. Tapi sebelum ia sempat membuka pintu, tangan hangat Arsen menyentuh pipinya. Usapan lembut itu membuat Clara nyaris terisak.

“Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu lagi,” Suaranya lembut namun mengandung tekad yang tajam. “Siapapun yang menyentuhmu... mereka akan menyesal.”

Clara hanya bisa mengangguk lagi, matanya mulai berkaca-kaca. Tanpa menunggu jawaban, Arsen melangkah pergi—meninggalkannya dengan langkah cepat dan tegap, hingga bayangannya menghilang di balik pintu lift besi.

Clara berdiri mematung sejenak, lalu masuk ke dalam apartemen. Aroma maskulin khas Arsen langsung menyambutnya. Nyaman dan menenangkan. Ia menatap sekeliling ruangan luas dan mewah itu, lalu berbalik menatap pintu yang kini tertutup rapat.

Perasaannya campur aduk. Ia baru saja difitnah, dipermalukan, dijadikan bahan gosip di kampus. Tapi kemudian, pria yang bahkan belum genap satu bulan ia kenal itu... berdiri di depannya, melindunginya seolah ia adalah hal paling berharga.

Clara menyandarkan punggung ke pintu, lalu menutup mata.

"Apa ini namanya dicintai?"

Seketika kenangan tentang papanya muncul—tentang bagaimana sang ayah lebih sering mencurigainya, membentaknya, bahkan melemparkan tuduhan tanpa bukti. Ia selalu diperlakukan seperti beban. Tapi Arsen...

"Semoga... dia tidak mengkhianatiku seperti Papa."

Ia berbisik lirih, hampir seperti doa. Lalu berjalan masuk ke dalam, memeluk dirinya sendiri, mencoba menenangkan hati yang mulai tumbuh harapan.

****

Sementara Clara masih memeluk dirinya sendiri di apartemen, tak mampu melepaskan bayang wajah Arsen yang begitu tulus dan penuh perlindungan, suasana di Wickley Corporation benar-benar berkebalikan.

Di depan gedung pencakar langit megah milik keluarga Wickley, kerumunan wartawan telah memadati pintu masuk utama sejak pagi. Mikrofon, kamera, dan sorotan tajam media bersiap merekam setiap detik peristiwa penting yang sedang mereka kejar.

Di tengah kepungan itu, tampak Anton Wijaksono berdiri angkuh dengan setelan jas abu mengkilap, didampingi asistennya yang setia. Senyumnya penuh perhitungan, meski di balik semua itu wajahnya terlihat lelah dan tegang.

Setelah beberapa kali usahanya bertemu dengan perwakilan Wickley ditolak, kini Anton memainkan kartu terakhirnya—media. Ia membuat pernyataan bahwa perusahaan miliknya, Wijaksono Group, akan menjalin kerja sama strategis dengan Wickley Corporation. Meski semua itu hanya akal-akalan, baginya ini langkah penyelamatan.

“Ini kemitraan yang sudah lama kami diskusikan,” ucap Anton penuh percaya diri di hadapan para jurnalis. “Langkah besar untuk kedua belah pihak.”

Salah satu wartawan langsung mengacungkan mikrofon.

“Apakah benar perusahaan Anda yang kini dikabarkan hampir bangkrut akan bekerja sama dengan Wickley Corporation? Apakah ini bentuk penyelamatan?”

Senyum Anton menegang sesaat. Tapi ia segera menutupinya.

“Kami menyebutnya... sinergi,” jawabnya licik.

Di dalam gedung, Arion menggeram sambil membanting berkas di mejanya. Ia mendengus kesal melihat siasat licik Anton yang kini mulai menyentuh garis batas kesabarannya. Di layar monitor keamanan, ia melihat bagaimana Anton menggiring media ke arah kebohongan.

“Keterlaluan...” Arion berdiri, lalu memberi perintah pada staf untuk menyiapkan ruangan darurat pers. Tapi sebelum itu terlaksana, suara notifikasi dari monitor menunjukkan kehadiran seseorang.

Sebuah mobil hitam elegan berhenti di depan pintu utama. Seorang pria keluar dengan langkah tegap, mengenakan setelan jas hitam dan kacamata hitam—Arsen Wickley.

Begitu pintu mobil terbuka, Bastian menunduk hormat.

“Tuan Arsen.”

Para wartawan langsung membisu, beberapa dari mereka menoleh bingung.

“Siapa dia?” bisik salah satu wartawan. “Itu... bukan tuan Arion kan? Tapi kenapa petugas keamanan memanggilnya ‘Tuan’?”

Arsen berjalan melewati kerumunan dengan aura mengintimidasi yang begitu kuat. Dingin. Terukur. Dan penuh tekanan. Langkahnya mantap hingga berhenti tepat di depan Anton yang berdiri menghalangi pintu masuk.

“Minggir,” ucap Arsen singkat, nadanya datar.

Anton menyipitkan mata menatap pemuda itu dari ujung kepala hingga kaki, merasa wajahnya familiar tapi tak segera bisa mengenali.

“Siapa kau? Jangan sembarangan masuk ke sini.”

Arsen tersenyum miring, lalu membuka kacamatanya. Matanya menatap lurus penuh kekuasaan.

“Siapa aku?”

Ia berhenti sejenak, lalu mengucapkan kalimat yang membuat semua membeku.

“Aku Arsen Wickley. Pemilik sah perusahaan ini.”

Wartawan langsung bereaksi. Mikrofon mengarah ke wajah Arsen, kilatan kamera menyala bertubi-tubi. Keributan itu membuat Anton melotot tidak percaya. Ia bahkan belum pernah melihat Arsen sebelumnya—dan sekarang meremehkannya.

“Jangan percaya! Dia hanya... orang bayangan. Pemilik perusahaan ini adalah—”

“Daddy!”

Suara Arion terdengar nyaring. Ia keluar dari gedung dengan langkah mantap, lalu berdiri di sisi Arsen. Ia tahu, ini adalah momen yang telah dipersiapkan sejak lama. Momen ketika Arsen akhirnya muncul sebagai wajah publik Wickley Corporation.

“Benar,” Arion menatap wartawan. “Beliau adalah pemilik tunggal perusahaan ini. Semua keputusan penting, investasi, dan ekspansi... berasal dari Arsen Wickley.”

Kejutan itu membuat suasana memanas.

“Apakah benar Anda tidak akan bekerja sama dengan Wijaksono Group?”

“Apakah ini bentuk penolakan resmi?”

“Kenapa baru sekarang Anda muncul di publik, Tuan Wickley?”

Arsen mengangkat tangan. Suaranya tenang, tapi penuh tekanan.

“Wickley Corporation tidak pernah dan tidak akan pernah menjalin kerja sama dengan perusahaan kecil yang sedang di ambang kebangkrutan seperti Wijaksono Group.”

Ia melirik ke arah Anton yang mulai memucat. “Kalian catat baik-baik. Tidak akan pernah.”

Teriakan para wartawan makin memburu Anton yang kini wajahnya memerah dan penuh malu. Dengan panik, ia menyeret asistennya kembali masuk ke mobil dan pergi dari lokasi.

 ****

Di apartemen, Clara duduk di sofa dengan remote TV di tangannya. Tangannya bergetar saat layar memperlihatkan wajah sang ayah yang dibuat tak berdaya oleh pernyataan Arsen. Namun matanya tidak fokus pada Anton.

Matanya terpaku pada pria berjas hitam yang kini muncul di layar kaca—Arsen. Wajahnya tenang, elegan, namun mengintimidasi. Kharismanya menyelimuti seluruh ruangan bahkan hanya lewat layar.

Clara mengerjap. Dadanya berdesir pelan.

“Jadi... dia benar-benar... orang penting.”

Tapi lebih dari itu—perlindungan Arsen, ketegasannya, dan keberaniannya membuat Clara menyadari sesuatu.

Arsen bukan hanya seseorang yang melindunginya. Dia adalah seseorang yang bisa mengguncang dunia... demi dirinya.

****

Langkah kaki Arsen terdengar mantap saat ia memasuki ruang kerja pribadinya di lantai tertinggi Wickley Corporation. Tanpa berkata apa pun, ia langsung duduk di sofa panjang berbalut kulit hitam pekat, membuang napas pelan sambil menyandarkan punggung. Wajahnya tenang, nyaris dingin seperti biasa, namun mata elangnya terus mengamati ekspresi Arion yang sejak tadi berdiri di depannya dengan wajah kusut.

“Aku tahu apa yang sedang kau pikirkan,” ucap Arsen akhirnya, suaranya dalam dan tenang. “Tapi ini sudah menjadi keputusanku.”

Arion menyilangkan tangan, dahinya mengernyit. “Aku tidak akan mempersoalkan keputusan itu, Daddy. Hanya saja… aku yakin, perusahaan ini tidak akan baik-baik saja setelah kemunculanmu ke publik. Apalagi… musuhmu tidak sedikit.”

Arsen menatap lurus ke mata putranya. “Aku sudah memikirkan semuanya, Arion. Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyentuh apa yang menjadi milikku..."

Kalimatnya menggantung, namun maknanya jelas. Ia bicara soal Clara.

Arsen berdiri, mengancingkan kembali jas hitamnya, dan menepuk debu tak kasat mata dari pundaknya. Rautnya kembali datar namun tajam, aura dominannya memenuhi ruangan.

“Aku harus pergi.”

Tapi sebelum ia sempat melangkah, pintu ruangan terbuka mendadak dengan suara keras.

“Arsen!”

Liam muncul di ambang pintu dengan napas memburu dan raut panik. Kemeja putihnya terlihat sedikit kusut, jelas ia datang tergesa-gesa.

“Kau gila ya!” bentak Liam sambil menghampiri Arsen. “Kenapa kau muncul? Kau sendiri yang bilang perusahaan ini sepenuhnya kau serahkan ke Arion. Kenapa berubah pikiran, hah?”

Namun Arsen hanya melirik acuh. Tanpa menjawab sepatah kata pun, ia justru menepuk pelan bahu Liam, lalu melangkah tenang menuju pintu.

“Aku pergi dulu,” ucapnya ringan, seolah yang terjadi barusan hanyalah hal kecil.

Bastian, Arion, dan Liam hanya bisa menatap kepergiannya dengan ekspresi sama: syok, tak percaya, dan... sedikit frustasi.

“Sialan!” umpat Liam, menjatuhkan dirinya ke sofa. “Aku datang ke sini buru-buru karena khawatir, dan dia malah dengan santainya pergi. Sumpah, kalau aku bukan sahabatnya, sudah kutonjok mukanya.”

Arion menghela napas, lalu tersenyum tipis. “Dia sedang jatuh cinta. Dan ketika itu terjadi... Daddy tidak bisa diprediksi.”

****

Di dalam mobilnya, Arsen bersiul pelan sambil menyetir. Senyum tipis tak pernah lepas dari bibirnya sejak ia meninggalkan kantor. Untuk pertama kalinya dalam bertahun-tahun, ia muncul ke publik sebagai dirinya sendiri. Dan semua itu karena satu nama—Clara.

“Aku yakin dia melihatku di TV...” gumamnya sambil melirik kaca spion. “Dan aku tidak sabar melihat reaksinya.”

Mobil berhenti di parkiran bawah apartemen. Arsen turun, menekan kode pintu digital apartemen Clara, yang selama ini juga menjadi tempat pelariannya dari dunia gelap bisnis. Bunyi ‘klik’ terdengar, pintu terbuka otomatis.

Namun begitu pintu terbuka sepenuhnya…

BRUKK!

Sebuah tubuh menabrak dada Arsen dari depan. Arsen otomatis menangkap sosok itu dengan refleks sempurna.

1
vj'z tri
sera menyerahkan diri ke dewa kematian 🤣🤣🤣🤣🤣
☠⏤͟͟͞R𝕸y💞𒈒⃟ʟʙᴄ🍎
keren... tp knp sera gk sekalian diseret aja.. biar kapok
Dhaa28: nanti kak, bakal ada balasan buat sera🙂
total 1 replies
vj'z tri
wuahhhhh ada yang langsung lega perasaan nya 🤭😁🥳🥳😘
vj'z tri
gak tahu ajj Mr Arsen dah nahan dari malam 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
shila fardell
gass thorrr...
shila fardell
crita mu oke thorr ... semangattt 🤗
vj'z tri
ketawan kan pura pura tidur 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri: iya kk sambil nunggu up coba baca karya yang satu lagi seru juga loh 🥳🥳
Yunita Samsung: seru banget ya cerita nya
total 2 replies
Dessy Rinda
lnjt kak thor,up nya jgn lm2 ya..seru ceritanya
Dhaa28: siap kak👍👍
total 1 replies
vj'z tri
auto lari keburu singa ngamok 🤣🤣🤣🤣🤣
Dhaa28: wkwkwkwk.
total 1 replies
vj'z tri
buahahahhaha jadi detektif nya belum sejam dah kebongkar Dady Arsen 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
jodi bisa tolong minggir sebentar itu yang punya Clara udah membara 😱😱😱
vj'z tri
😭😭😭😭😭😭😭😭😭 bersambung lagi 😭😭😭😭😭🤧🤧🥳
vj'z tri
huawasaaaa alarm bahaya berbunyi ....ayang beb langsung meluncur ✈️✈️✈️✈️✈️✈️🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
lanjut Thor 🥳🥳🥳🥳
vj'z tri
lanjut Thor penasaran aku loh 🤭🤭🤣
Dhaa28: jadi semangat buat update 😆
total 1 replies
vj'z tri
🎉🎉🎉🎉🎉🎉
vj'z tri
🤭🤭🤭🤭 ternyata selain aku Vanya juga mendukung 🤭🤭🤭
vj'z tri
lanjut gak pake lama 🥳🥳🥳
vj'z tri
kalau Deket clara ,auto amnesia ya ar🤣🤣🤣🤣
Dhaa28: 🤭🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
vj'z tri
Clara semangat 🤩🤩🤩🤩 lanjut Thor 🥳🥳🥳
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!