Kirana alexa Larasati , seorang gadis cool , manis , dingin berusia 25 tahun tak sengaja mengalami kecelakaan saat akan pergi liburan . mobilnya menabrak sebuah pembatas jalan
ding. tuan rumah 0 poin . segera jalankan misi untuk mendapat poin.
"ughhhh kepalaku,"
kiara terbangun disebuah ranjang UKS
" hah suara apa itu?"
" aku adalah sistem utama 010. dan kamu adalah tuan rumah. segera selesaikan misi sebelum sistem hancur."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lady Anggora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyebalkan!
Alexa tersenyum getir menyadari nasibnya bergantung pada misi rahasia. Hidupnya berada diambang batas antara hidup dan m*ti.
Mendengar penuturan Elisa seketika membuat Alexa mematung. Nafasnya tercekat ditenggorokan. Selama beberapa saat tatapannya kosong , tanpa tujuan , tanpa harapan.
"Apa aku harus melakukannya? Bagaimana jika aku m*ti disini? Tapi... Ditempat asalku pun aku hidup sendiri, tanpa keluarga apalagi teman, sedang disini aku memiliki orang orang yang baik dan tulus padaku. Mereka bahkan berani m*ti melindungiku meski pun kami baru saling mengenal..."
Alexa beralih menatap Elisa yang tersenyum manis padanya. Senyuman hangat yang menyadarkan Alexa akan arti pengorbanan dan pertemanan.
"Baiklah Elisa, aku rasa m*ti disini pun tak terlalu buruk. Setidaknya aku dikelilingi orang orang yang sayang padaku...."
ujarnya seraya menyeka bulir bening yang jatuh diekor matanya.
Mata Elisa berkaca kaca memindai ketulusan Alexa. Ia bahkan bisa merasakan keperihan dan kesepian yang mengakar kuat pada jiwa Alexa.
"Alexa... Kau........Terimakasih!"
Elisa memeluk erat Alexa dan menumpahkan semua airmatanya disana, ia menangis tergugu merasakan pengorbanan Alexa untuknya .
Elisa melonggarkan pelukannya, ia menyeka airmata yang masih menganak sungai disana.
"Terimakasih, Al, tapi jangan cepat cepat menyusulku atau aku akan menghajarmu nanti!"
Alexa pun sama terharunya dengan Elisa. Keduanya seolah bagai satu tubuh dengan dua jiwa berbeda, tapi bisa saling merasakan kepedihan penderitaan masing masing.
Alexa merasakan sakitnya menjadi bahan bullyan akibat para wanita yang menaruh hati pada Arka dan Kevin.
Berkali kali mereka melontarkan kalimat kalimat cacian dan makian yang menyakitkan hati. Namun ia salut dengan kebesaran hati Elisa yang mampu memberi beribu maaf pada para haters-nya.
Sedang Elisa merasakan perih , mengetahui kesibukan Alexa sebagai CEO tanpa adanya seorang teman yang bisa diajak bicara. Bagaimana repotnya berkutat dengan segudang pekerjaan apalagi dikejar deadline, atau bertemu dengan kolega yang mata keranjang dan m*sum. Arghhh... Melelahkan!
Alexa tumbuh menjadi pribadi dingin, acuh , cuek dan apatis pada pria disekelilingnya. Membuatnya sulit membuka hati pada hubungan serius.
Ia yang memiliki segalanya dan mampu melakukan banyak pekerjaan seorang diri, dirasa tak membutuhkan sosok pendamping. Ya, begitulah wanita. Saat ia memiliki segalanya, ia takan memerlukan satupun pria disampingnya.
Apalagi yang dibutuhkan wanita saat memiliki pekerjaan bagus serta uang berdatangan sendiri kerekening?
Shopping? Bisa sendiri. Makan? Beli sendiri
Seperti prinsip Alexa " Selama bukan uang yang menghilang, aku takan menangis atau galau!"
Agak sedikit angkuh. Tapi nyatanya ia mampu sampai dititik sekarang karena berpegang teguh pada prinsipnya.
Dan kini , semesta seolah memainkan perannya. Menjebaknya dalam raga seorang idola sekolah yang menyimpan sejuta pesona serta misterinya, membuat Alexa mau tak mau harus terjun menyibak tabir misteri yang berkabut. Dan terpaksa hidup dengan dikelilingi banyak pria menawan dengan ketampanannya masing masing.
"Al, belajarlah untuk menikmati hidup dengan baik. Cobalah hal hal baru yang menyenangkan, Jangan terus bekerja keras. Jika bisa carilah pria untuk jadi pendampingmu, hidup terlalu singkat jika hanya dihabiskan untuk kerja , kerja dan kerja"
ujar Elisa diakhiri senyuman manisnya.
Alexa menatap Elisa lekat lekat. Perlahan tubuh Elisa memudar dan berubah transparant.
Sedetik kemudian ia hilang. Meninggalkan aroma parfum ocean favoritnya, tinggalah Alexa yang terbengong sendirian disana.
****
Alexa tersentak dari tidur nyenyaknya, saat membuka mata, ia sudah ada disebuah kamar dengan nuansa warna hijau muda yang menyegarkan mata.
Hal pertama yang Alexa rasakan adalah aroma segar lemon fruity dari pengharum ruangan , wanginya menyegarkan dan memberi kesan berbeda. Disudut ruangan ada lemari dengan warna emas yang mencolok . Disampingnya ada meja rias dengan kaca rias besar berwarna serupa, dengan dua kursi mewah berwarna senada .
Setelah dilihat lihat, hampir semua ornamen diruangan itu berwarna emas berkilau. Bahkan ranjang dan bed cover pun berwarna emas
"Sepertinya pemilik rumah ini sangat suka dengan emas, ya?"
Kriet..
Pintu terbuka dari luar , seorang pria dengan kemeja putih serta celana bahan rapi masuk kekamar menghampiri Alexa sambil membawa coffe dan beberapa potong sandwich sayuran.
"Kamu sudah bangun, Al?" Sapanya seraya meletakan sandwich dimeja kecil.
Seketika senyum cerah Alexa memudar, raut wajahnya muram kusam tak bersemangat melihat Lian yang datang menghampirinya.
"Kamu mau sandwich?"
Alexa menggeleng. Menolak tawaran Lian. Bukan tak mau, ia masih canggung dan sedikit kikuk, bingung harus bagaimana bersikap pada Lian sekarang. Apalagi setelah Hot K*ss kemarin.
"Ya sudah aku makan saja."
Tanpa menunggu lama, Lian meraih sandwich dipiring dan melahapnya dengan nikmat tanpa memedulikan Alexa.
Alexa menelan salivanya, menahan air liurnya yang tergoda dengan lezatnya sandwich.
"Kamu mau? Tinggal sepotong lagi lho!"
Alexa menggeleng lagi. Ia menundukan kepalanya.
Akhirnya Lian melahap sandwich-nya hingga habis tak bersisa. Tak lupa ia menyeruput kopi hitam favoritnya dengan lega.
"Ihhhhh... Orang gak mau makan, bukannya dibujuk apa gimana gitu, ini malah diabisin!!!"
Teriak Alexa geram.
"Lho, katanya tadi gak mau, yaudah habisin aja, bukan salah saya kan?"
Alexa merengut jengkel dengan sikap Lian dan merebut kopi dari tangan Lian, lalu menyeruputnya hingga habis tak tersisa.
Lian hanya tertawa terpingkal pingkal menanggapi Alexa yang merajuk kesal padanya, hanya gara gara masalah sandwich saja.
"Hahaha... Astaga kamu lucu sekali!"
kata Lian sambil mengacak rambut Alexa gemas. Ia masih tertawa terpingkal pingkal seraya memegangi perutnya. Merasa geli dengan sikap manja Alexa yang jarang terjadi.
"Lian, Lu nyebelin! Awas gue mau cari makan, laper ! Terus terusan hidup sama lu yang ada gue bisa kering kayak keripik!"
Alexa bangkit dengan menghentak hentakan kakinya kesal. Entah kenapa berhadapan dengan Lian seolah membangkitkan sisi lain dari dirinya. Selalu saja ada hal tak terduga yang terjadi. Ada ada saja.
***
"Sudah bangun , Al?"
Alexa mendongak melihat Kevin, Tuan Wicaksono dan Leo sedang berkumpul diruang tengah dengan banyak kertas lembaran lembaran yang Alexa tak tahu apa. Tapi sepertinya mereka sedang membahas hal penting.
"Udah barusan. Emh.. Boleh aku ikut gabung?"
"Tentu saja boleh. Duduklah. Kami sedang membahas sesuatu yang diincar Estella."
Alexa duduk didekat Kevin. Ia merasa tak enak karena Kevin bersikap berbeda padanya. Ia sedikit... Acuh.
Alexa seolah kehilangan sosok Kevin yang hangat, ceria dan selalu menebarkan tawa menular kesekitarnya.
Alexa baru saja akan bercerita masalah Nano's Flower namun sebuah suara masuk keotaknya.
"Jangan sekarang Al! Katakan masalah ini hanya pada Kevin, Arka dan Eliz"
Alexa mengernyit heran. "Kenapa ? Bukankah seharusnya katakan secepatnya agar mendapat solusi ?"
"Tidak! Tuan Wicaksono memiliki niatan lain. Jangan percaya padanya!"
Deg.
Tuan Wicaksono melihat gelagat berbeda dari Alexa. Ia bisa mengetahui tatapan berbeda yang dilayangkan Alexa padanya saat ini. Seolah olah jika Alexa tahu sesuatu.
"Kenapa menatap saya begitu?"
Alexa salah tingkah , ia gelagapan bak pencuri yang terciduk saat tengah beraksi.
"Ahhh... Tidak Tuan, maafkan saya jika Anda tidak nyaman."
Lian datang sambil membawakan piring berisi sandwich daging dan juga es teh dingin .
Ia meletakannya tepat dihadapan Alexa.
"Nah makanlah! Aku membuatkannya khusus untukmu."
Sontak semua yang hadir menatap kearahnya . Tak terkecuali Kevin dan Tuan Wicaksono.
"Tadi Alexa mengatakan ingin makan sandwich daging, jadi aku membuatkannya." ujar Lian santai.
Kevin mengangkat sebelah alisnya, " Alexa? Sejak kapan kau berani memanggilnya begitu?"
Brak.
Kevin menggebrak meja. Untung saja mejanya terbuat dari kayu kokoh dan tidak pecah terkena pukulan.
Kevin menatap tajam pada Lian. Sedari kemarin ia benar benar sudah bersabar dengan sikapnya. Namun kali ini Kevin merasa Lian telah melewati batasnya.
Teringat oleh Kevin saat ia tak sengaja melihat adegan Hot K*ss Alexa dan Lian yang disaksikan oleh David Elizio.
Saat itu Kevin memang sudah selesai dengan penyelidikannya, ia pulang kerumah dan amat sangat terkejut melihat kemesraan Lian bersama Alexa.
"Kevin, tenangkan dirimu!" Tuan Wicaksono mencoba menenangkan putra keduanya itu. Ia takut terjadi perseteruan antara kedua putranya.
"Tidak bisa , Pah. Lian berani menyukai Alexa, jadi mari kita buktikan saja siapa yang pantas mendampingi Alexa!"
"Dengan senang hati, siapa yang menang dia berhak mendapatkan Alexa!"
Kevin dan Lian berjabat tangan, "Deal!"
Alexa maju dan melerai jabat tangan keduanya. Ia melirik kearah Lian dan Kevin silih berganti.
"Stop!!! Kalian pikir aku piala yang berhak diperebutkan? Aku juga punya hati! Kalian semua menyebalkan!"