bagaimana jika anak kembar di perlakukan berbeda? satu di sayang bagai ratu dan satu lagi di perlakukan layaknya babu.
perjuangan Alana di tengah keluarga yang sama sekali tak pernah menganggap nya ada, ingin pergi namun kakinya terlalu berat untuk melangkah. Alana yang teramat sangat menyayangi ayahnya yang begitu kejam dan tega padanya, mampukah Alana bertahan hingga akhir? akankah Alana mendapat imbalan dari sabar dan tabah dirinya sejauh ini?
cerita ini hanya fiktif belaka ya, kalo ada yang namanya sama atau tempat dan ceritanya itu hanya kebetulan, selamat membaca😊❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alana 35
usai dengan pekerjaan nya, Alana pulang dengan sepeda yang sudah setia menemaninya kemanapun itu. sebelumnya sibuk dengan gosip sambil berbuka puasa, gosip tentang pemilik Caffe bahkan saat lanjut bekerja pun Alana masih begitu penasaran hingga bertanya pada Lily. pemilik Caffe cukup misterius hanya manager yang pernah melihatnya secara langsung, bukan lagi pernah tapi sering. informasi yang tersebar juga cuma nama dan usia pemilik Caffe yang masih muda, namanya pun hanya 'Gion' saja tanpa identitas lengkap, yang Alana tau Caffe itu milik Gilang tapi para karyawan dan manager Caffe bilang pemilik Caffe bernama 'Gion' bukan Gilang, entah Gion itu nama asli atau Gilang lah yang nama asli, nanti dia mungkin akan menanyakan nya pada Gilang
Alana menikmati angin sepoi malam itu, di sepanjang jalan masih ada banyak pedagang kaki lima yang berjualan, di bulan puasa ini memang sangat ramai dengan penjual makanan. Alana sempat berhenti untuk membeli martabak dan es, Alana ingin memakannya bersama Aidan nanti.
Alana baru sadar, ternyata mobil pagi tadi saat ini sudah di belakangnya. memang kesal karena di untit terus menerus dan Alana lebih memilih untuk kabur, Alana mengayun kencang pedal sepedanya untuk menjauh dari mobil merah itu, sayangnya laju mobil masih bisa menyesuaikan kecepatan sepeda Alana. Alana tidak mau berhenti dan terus mengayun lebih cepat untuk sampai ke rumahnya
'siapa lagi sih yang nguntit gue? gak capek apa nguntit mulu! kemarin Om Aidan sekarang siapa lagi? kali ini kalo gue tau dia siapa bakalan gue pukul mukanya!!' kesal Alana membatin
'demen banget kayaknya nguntit gue, se populer apa sih gue!' lanjutnya yang sudah mulai berkeringat karena kencangnya dia mengayun pedal sepeda
hingga tiga ratus meter sebelum dia sampai rumah, mobil merah itu menyerah mengikutinya. Alana cukup lega karena dia pikir dia akan di rampok sebelumnya
"huh.. untung gak ngejer lagi, dia mau ngerampok atau apasih sampe ngikutin gue dari pagi! tapi mau rampok apa coba mobilnya aja bisa beli ratusan sepeda gue!" kesal Alana yang mulai santai tidak lagi terburu-buru seperti Sebelumnya
"Ayah, Lana pulaaang.. " teriak Alana memarkirkan sepedanya
"selamat datang Alana" ucap Aidan keluar rumah menyambut Alana penuh senyum
"coba liat Lana bawa apa" ucap Alana memamerkan martabak dan es tebu yang di bawanya
"wah, ayo masuk.. say.. Ayah tidak sabar mencicipi martabak yang Lana beli" sahut Aidan dengan senang
Alana masuk yang di ikuti Aidan, meski Aidan memudarkan senyum saat melihat sekelibat bayangan dari kejauhan namun dia tak ingin merusak momen indah Alana jadi dia masuk mengabaikan sesuatu yang bergerak di luar sana
"Non Lana, bagaimana pekerjaan anda hari ini?" tanya Aidan yang duduk di meja makan
"udah bener manggil Lana aja, gak usah pake non non segala, Lana bukan dari keluarga kaya. disini kita berperan sebagai Ayah dan anak kan? om gak lupa itu kan?" ucap Alana sedikit kesal
"iya, maaf" ucap Aidan, memang terkadang dia lupa jika tidak boleh bersikap formal lagi
"eh, tau gak om tadi loh ada gosip terbaru" cerita Alana dengan excited, jika sudah di dalam rumah dan tak ada orang Alana akan memanggil Aidan kembali dengan 'Om' bukan Ayah
"gosip tentang apa?" tanya Aidan yang ikut semangat
"ternyata oh ternyata, pemilik Caffe tempat kerja Lana itu masih muda banget loh, katanya masih seumuran Lana" Alana sambil menghidangkan martabak itu pada Aidan. Alana juga tau tentang Gilang adalah pemilik Caffe sebenrnya karena Gilang yang keceplosan, jadi mungkin dia juga harus pura-pura tidak tau dan menutupi nya anggap saja sebagai salah satu cara untuk membalas budi Gilang?
"iya kah? wah.. hebat sekali dia sudah bisa membangun Caffe sebesar itu" imbuh Aidan dengan semangat
"iya kan? nah.. Lana juga pengen buka usaha, biar nanti Lana juga bisa jadi Bos Muda!" semangat Alana, Aidan tersenyum melihat wajah Alana yang berseri
"mau saya bantu?" tanya Aidan, Aidan ingin mewujudkan mimpi itu dengan cepat
"tidak, Lana mau buka usaha dengan tabungan Lana sendiri, Alana itu mandiri tau" tolak Alana, yah.. Aidan memang sudah menebaknya tapi tetap saja dia menawarkan diri
.
"wah.. capek banget, padahal udah istirahat sejak dateng rumah pagi tadi tapi tetep aja masih ngerasa capek" keluh Jinan membaringkan tubuhnya di tempat tidur
"padahal kebali juga cuma liburan bukan jadi kuli.. aishh, bokap ama nyokap kenapa harus pulang besok sih! padahal kan gue belum siap di omelin, pasti mereka tau beberapa bulan ini gue sering buat kerusuhan! aduh, mati gue mana mereka menghindar banget kalo masalah keluarga Ardinata!" gumam Jinan sedikit tertekan
"gapapa, masih ada Ingga yang mau bantuin gue, mereka kan paling percaya sama si Lingga yang kaku itu" lanjutnya menenangkan diri
tut.. tut..
"Hai.. malam sepupu yang baik hati gak sombong dan alim" sapa Jinan setelah sambungan telepon nya di angkat
"apa?" tanya Lingga yang saat ini ia sedang sibuk dengan gitarnya
"besok.. om dan tantemu pulang, bantuin ya.. ?" rengek Jinan
"om tanteku adalah orang tuamu, enggan banget nyebut mama papa, bukannya waktu itu bilang gak takut apa-apa sekarang malah minta bantuan" ucap Lingga yang mengejek
"dih, songong banget, baru juga di mintai bantuan! gak mau nolongin ya udah, aku juga gak maksa paling ntar bocorin ke Lana kalo kamu suka dia" ucap Jinan bersiap mematikan telpon nya
"ck, gue juga gak bilang gak mau bantuin kan! hobi banget ngancem orang, emang anaknya Gabriel!" gerutu Lingga
"eh, Gabriel itu Om lo ya! kakaknya bapak lo si Nugraha Nugraha itu" gerutu balik Jinan
"dan Nugraha itu adiknya bapak lo, si Gabriel Gabriel itu" balas Lingga. memang tidak akan ada habisnya jika mereka sudah beradu mulut, namun karena Lingga tidak ingin di ganggu lebih lama jadi memutuskan panggilan nya
"nyenyenye.. "
Jinan kesal karena Lingga yang memutuskan sepihak, jika dia tidak mager bergerak saat ini mungkin dia sudah memanjat masuk ke kamar Lingga melalui jendela untuk berperang, rumah mereka tetanggaan tapi Jinan mager saat ini
.
"Lana.. ayo bangun kita sahur, makanannya sudah siap" panggil Aidan mengetok pintu Alana beberapa kali, Alana yang mengantuk itu berjalan dengan sempoyongan. semenjak Aidan tinggal dengannya Alana banyak menggunakan waktunya untuk istirahat, biasanya dia yang selalu bangun untuk membuat masakan sahur kali ini dia cukup di manjakan oleh Aidan
"Om... Lana ngantuk.. " gumam Alana keluar kamar
"tau, tapi sudah waktunya sahur, Lana boleh tidur lagi sebentar kalo masih ngantuk tapi sahur dulu" ajak lembut Aidan pada Alana, Alana mau tak mau menuruti Aidan
Alana membersihkan wajahnya sebelum ke ruang makan. hidangan di atas meja sangat menggiurkan, beberapa hari ini memang Aidan selalu memasak menu yang berbeda, kali ini opor telur, sawi sosis, ikan goreng dan sambal matah
"saya buatkan masakan ini agar Lana tergugah dan bernafsu makan, mari berdoa dulu" ucap Aidan penuh senyum
"Ayah.. makasih ya" senyum Alana penuh haru
"tidak perlu berterimakasih bukannya ini kewajiban seorang Ayah untuk membahagiakan putrinya" jawab Aidan, Alana semakin tersentuh, andai saja yang berada di posisi Aidan saat ini adalah Kunan, tapi membayangkan nya saja cukup mustahil bagi Alana
"enak, Ayah hebat deh" puji Alana jujur
"kalo gak enak, saya akan pukul diri sendiri, makanan yang Lana makan harus enak" senyum Aidan mengelus kepala Alana
kali ini air mata Alana tak tertahan, kasih sayang yang dia rindukan sejak kecil kini dia bisa rasakan, senyum manis penuh ketulusan itu sangat menyentuh hatinya elusan lembut Aidan membuatnya tak dapat menahan tangis. sebelumnya hanya kebagian iri dan sakit hati melihat Aluna di perlakukan seperti itu tak pernah Alana bayangkan jika ada waktu dimana dia juga bisa merasakannya. Alana jatuh kepelukan Aidan dan menangis disana
"kenapa.. Lana gak jadi anak ayah aja? kenapa harus jadi putri nya tuan Kunan?" tanya Alana penuh isak tangis
"Alana sekarang adalah putri Ayah Aidan, bukankah begitu?" hibur Aidan yang juga menahan air matanya
btw, sekarang nikmati aja semua nya 🙄🙄🙄