Vania gadis cantik pekerja keras yang harus mengalami kecelakaan hingga membuatnya terluka parah.Saat dia koma di rumah sakit hal yang ajaib terjadi. Jiwanya berpindah ke seorang gadis lugu dan mempunyai tubuh yang gemuk.
Beby nama gadis itu. Hidupnya penuh dengan kemalangan. Sering di tindas ibu tiri dan adik tirinya. Bahkan tunangannya pun tak memperlakukan dia dengan baik.
Mampukah Vania yang masuk ke tubuh Beby merubah nasip buruknya. Dan kembali ke tubuh aslinya. Akankah Beby bisa mendapatkan cinta tunangan yang ia cintai itu.
Yuk baca ceritanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uswatun Kh@, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perhatian Beby
Beby mencoba untuk membuat Mama Sintha tenang, ia sangat sedih melihat Mama Sintha menangis seperti itu.
"Mama jangan sedih lagi ya, aku akan coba membuat mereka berbaikan lagi. Semoga aja Barra mau mendengarkanku. " Ucap Beby walaupun dia sendiri tak yakin Barra mau mendengarkannya.
Ia hanya ingin membuat Mama Sintha merasa sedikit lebih tenang. Ia akan mencoba berbicara pada Barra padahal Beby tau bagaimana sifat Barra. Mana mungkin seorang Barra mau mendengarkannya tapi ia tak akan menyerah sebelum mencoba.
"Terimakasih ya sayang. Semoga aja dia jadi luluh setelah berbicara dengan calon istrinya. "
Beby tersenyum paksa mendengar perkataan Sintha. Sintha beranjak meninggalkan Beby . Ia kembali menemani para tamu yang datang. Beby berfikir sejenak, ia ragu-ragu untuk menghampiri Barra.
*****
Aland mengejar Barra, mereka berhenti di taman. Barra berbalik ia tahu jika Aland sedang mengikutinya. Ia memandang dengan penuh amarah seketika ia mengarahkan pukulan ke wajah kakaknya . Aland yang tak terima ia juga membalas pukulan adiknya itu.
Setelah saling tonjok mereka merasa lelah dan mereka duduk di atas rerumputan taman.
"Ngapain kamu pulang kesini setelah adik meninggal. Bahkan saat pemakamannya saja kamu tak hadir. " Tutur Barra sambil mengusap noda darah di bibirnya.
Aland memegangi pipinya yang bengkak. "Aku kan sudah bilang aku tidak bisa pulang karena suatu hal. Tidak bisakah kamu mengerti. Aku juga sangat menyayangi adik dan merasa kehilangan. "
Barra berdecih, "Cih... Merasa kehilangan katamu. Harusnya kamu pulang kalo merasa kehilangan bahkan kamu tak menelfon ke sini sejak meninggalnya adik kamu bilang kehilangan." Barra terkekeh.
"Sudahlah Barra aku iklas jika kamu akan terus marah pada Abang. Aku tau kalo aku memang salah. " Aland menatap Barra dengan mata sayup.
Barra memalingkan wajahnya enggan melihat Kakanya. "Pergi dari sini aku malas melihatmu, aku tidak perduli kamu mau pulang atau tidak. "
Aland bangkit, ia tau adiknya itu sangat keras kepala. Ia lebih baik menghindar untuk sementara waktu sampai Barra merasa tenang. Aland berjalan dengan langkah gontai meninggalkan Barra.
Barra meringkuk memegangi lututnya sambil menangis tersedu-sedu, beberapa kali ia memukul-mukul tanah meluapkan rasa sakit hatinya.
Beby melihat Barra tengah duduk di rerumputan taman. Ia menghampiri Barra, ia melihat Barra tengah memukul-mukul tanah segera Beby meraih tangan Barra. Barra terkesiap ia mendongak melihat Beby tengah berada di depannya.
Baru kali ini Beby melihat sisi lain dari Barra. Ia melihat Barra menangis sungguh pemandangan langka namun Beby juga merasa sedih melihatnya seperti itu. Barra pasti sangat menyayangi adiknya hingga ia seperti ini. Barra tak berkata apa-apa ia mencoba untuk mengusap air matanya.
"Jangan salah faham aku tidak menangis, aku hanya kelilipan. "
Beby duduk di sebelah Barra. Ia meraih kepala Barra dan menyandarkannya di bahunya.
"Tak apa jika kamu menangis, menangis bukan menandakan kamu lemah tapi kamu menangis untuk meluapkan kesedihanmu. Menangislah agar beban di hatimu bisa berkurang. "
Awalnya Barra malu namun mendengar kata Beby ia kembali menangis. Terlihat jika Barra memang sudah menahannya cukup lama. Ia mencoba untuk kuat selama ini padahal hatinya sangat rapuh.
Beby menepuk-nepuk pundak Barra dengan lembut. "Aku gak tau kenapa kamu seperti ini tapi aku harap kamu bisa mengikhlaskan kepergian adikmu. Dia pasti bangga punya Abang yang sangat menyayanginya. Dan dia juga lebih senang jika Abang-abangnya bisa berbaikan lagi."
Barra mengangkat kepalanya dan memandang Beby. Tatapannya sangat dalam hingga membuat Beby sedikit takut.
"Jangan menyuruhku untuk memaafkan Abangku, itu tidak akan pernah terjadi. Jadi jangan coba membujukku. "
"Iy... Iya maaf aku hanya kasian sama Mama Sintha dia sangat menderita melihat anak-anaknya tak pernah akur bagini."
"Coba liat, kenapa bibirmu berdarah? "Beby meraih dagu Barra.
Barra mencoba untuk menghindar namun Beby menariknya dengan kuat. " Diam aku bilang, ini kalo tidak di obati bisa infeksi tau. "
Beby berdiri "Ayo ikut. "
Beby meraih tangan Barra dan membawanya masuk ke dalam gedung. Ia menarik tangan Barra, Barra memperhatikan genggaman tangan Beby.
Aland yang duduk di balkon melihat Beby menarik Barra masuk kedalam gedung. Ia juga melihat adiknya yang terus menatap genggaman tangan Beby. Ia tau jika adiknya itu memiliki perasaan pada Beby.
.
.
.
DUKUNG AUTHOR DENGAN LIKE, KOMENT DAN VOTE.