Rumah tangga yang baru dibina satu tahun dan belum diberi momongan itu, tampak adem dan damai. Namun, ketika mantan istri dari suaminya tiba-tiba hadir dan menitipkan anaknya, masalah itu mulai timbul.
Mampukah Nala mempertahankan rumah tangganya di tengah gempuran mantan istri dari suaminya? Apakah Fardana tetap setia atau justru goyah dan terpikat oleh mantan istrinya?
Ikuti kisahnya yuk.
IG deyulia2022
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 Menjemput Nala
Di sekolah SMPN Dukuh Muda, Devana sedang menghadap Ibu Kepala Sekolah. Devana dipanggil dan mendapat teguran sekaligus peringatan dari Ibu Kepala, terkait laporan Nala.
"Bu Deva, saya tidak bermaksud ikut campur dalam urusan pribadi Anda, tapi sebagai Kepala di sekolah ini, saya wajib menegur Gurunya apabila terindikasi menyalahi aturan di dalam lingkungan sekolah, maupun di luar."
Devana tersentak, ia tidak paham teguran apa yang akan diberikan Bu Gaida padanya.
"Sebetulnya masalah yang di luar sekolah, bukan urusan dalam ruang lingkup sekolah. Namun, laporan seseorang pada pihak sekolah tentang diri Anda, otomatis menjadi tanggung jawab kami untuk ikut campur. Tapi, di sini kami hanya sekedar memberi arahan, supaya kejadian itu menjadi perhatian Bu Devana," tutur Bu Gaida sembari memperdengarkan bukti rekaman suara Devana yang dikirimkan pada Nala pada Bu Gaida tadi.
Umpatan dan kata-kata kotor Devana terhadap Nala di toko kosmetiknya, kini tengah diputar.
Devana tersentak, dia merasa malu perbuatannya didengar pihak sekolah. Dia tidak menduga kalau Nala sudah merekam suaranya dan melaporkan hal itu pada pihak sekolah.
Mendapat teguran seperti itu, bukan tidak mungkin dirinya besok atau lusa akan mendapatkan SP dari pihak sekolah.
"Semua gara-gara si Nala mandul kurang ajar," batinnya marah terhadap Nala.
"Perbaiki sikap Anda, terutama di luar lingkungan sekolah. Bukan tidak mungkin setelah kejadian ini, akan berdampak buruk pada kredibilitas sekolah kita."
"Saya khawatir kejadian itu mempengaruhi minat para orang tua untuk menyekolahkan anaknya di sekolah ini. Bu Devana tentu tidak ingin semua itu terjadi bukan?"
Tatap mata Bu Gaida menyorot tajam. Ini adalah sebuah peringatan yang tidak boleh diabaikan.
"Tentu saja Bu, saya paham dan saya tidak ingin sekolah ini kredibilitasnya buruk di mata orang-orang."
"Untuk itu, tolong perbaiki sikap Bu Devana di luaran sana. Jangan sampai ada lagi laporan yang sama seperti ini," pungkas Bu Gaida dengan wajah yang serius.
Setelah itu Devana keluar dari ruang Kepala Sekolah dengan hati yang dongkol sekaligus sedih.
***
Sementara itu di kediaman Dana, Dana merasa khawatir, karena Nala sudah hampir jam enam sore masih belum kembali dari toko. Lalu ia mencoba menghubungi Nala, akan tetapi Hp Nala tidak aktif.
"Apakah aku harus mencarinya? Nala pasti di toko," pikirnya.
"Papa, Raina pengen ke mama, kenapa hari ini mama belum datang?" Tiba-tiba Raina datang dan merengek menanyakan mamanya.
"Besok Raina bisa bertemu mama, sekarang papa mau mencari mama Nala. Mama Nala belum pulang dari toko," ujar Dana.
"Papa, Raina ikut," rengek Raina lagi.
"Jangan, Raina sama Bi Marni dulu, ya," bujuk Dana sembari memanggil Bi Marni.
"Bi Marni, tolong jagain anak saya, saya mau cari istri saya."
"Baik, Den." Bi Marni patuh dan segera menghampiri Raina.
"Papa, Raina pengen ikut." Rengekan Raina kali ini tidak digubris Dana, sebab ia merasa khawatir dengan Nala, setelah perdebatan tadi.
Mobil Dana, melaju menuju toko kecantikan milik Nala.Tiba di toko, toko sudah sepi dan tutup. Dana penasaran apakah Nala tidur di dalamnya atau tidak.
Tapi setelah diamati, sepertinya di dalam toko tidak ada siapa-siapa. Lalu Nala ke mana?
Dana kembali melajukan mobilnya menuju rumah mertuanya. Ini menjadi pilihan terakhir untuk mencari Nala, ia yakin Nala berada di rumah ibu mertuanya.
Tiba di rumah Bu Nadia, kedatangan Dana disambut Bu Nadia yang tengah berkumpul dengan Naya dan juga Nala di ruang tengah.
"Assalamualaikum," salamnya.
"Waalaikumsalam," jawab semua kompak.
"Nak Dana!" kejut Bu Nadia. Sementara Nala dan Naya tetap berada di ruang tengah saling tatap satu sama lain.
"Ibu. Sehat Bu?" Dana menghampiri ibu mertua lalu mencium tangannya.
"Alhamdulillah ibu sehat. Bagaimana kabar Nak Dana? Masuklah!" Bu Nadia mempersilakan Dana masuk.
"Saya sehat Bu, seperti yang Ibu lihat. Oh iya, Bu, di mana istri saya?" Setelah Dana menduduki kursi, dia menatap ke dalam ruang tengah, mencari Nala. Ia tahu Nala ada di rumah mertuanya, sebab motornya ada di depan rumah.
Sebelum menjawab, Bu Nadia menatap curiga pada menantunya. Ia seperti punya firasat kalau hubungan menantunya dengan sang anak sedang tidak baik-baik saja. Sebab, tadi sebelum Dana datang, Nala berpesan kepadanya untuk tidak menceritakan dulu tentang kehamilannya pada Dana.
"Sebentar...Ibu ingin bertanya. Tapi, sebelumnya ibu minta maaf, kalau pertanyaan ini menyinggung ranah pribadi rumah tangga kalian," tutur Bu Nadia hati-hati.
Dana tertegun sejenak. Sebelum menjawab, ia mengatur napas terlebih dahulu sebelum menjawab.
"Kami tidak ada masalah serius, Bu. Hanya sedikit kesalahpahaman," jawab Dana sedikit gugup.
"Ibu paham, dalam suatu hubungan rumah tangga, pasti selalu ada salah paham. Ibu hanya mengingatkan tapi tidak mau ikut campur lebih dalam, selama rumah tangga kalian bukan hal berat."
Sejenak Bu Nadia menghela napas dalam sebelum melanjutkan ucapannya.
"Ibu hanya ingin bilang, apapun kesalahpahaman diantara kalian, segera perbaiki, jangan sampai berlarut-larut dan menjadi masalah yang besar. Ibu yakin, Nak Dana pasti bisa menyelesaikan hal ini. Karena ibu percaya, Nak Dana pernah mengalami pengalaman pahit di pernikahan sebelumnya. Untuk itu, ibu berpesan, agar pengalaman yang lalu dijadikan pelajaran supaya tidak terjadi di pernikahan kedua," tutur Bu Nadia bijak.
"Saya mengerti, Bu. Saya akan berusaha dan mengingat pesan Ibu. Saya juga sadar, dalam hubungan pernikahan ini selalu ada cobaan. Tapi, saya yakin saya maupun Nala, akan bisa menghadapinya. Saya minta doa dari Ibu, agar kami bisa melewati semua dengan baik-baik saja."
Bu Nadia mengangguk pelan. Lantas ia berpamitan untuk memanggil Nala sesuai permintaan Dana.
Dana menatap kepergian ibu mertuanya dengan perasaan yang tidak enak. Dia yakin kalau Nala sudah bercerita tentang keadaan di dalam rumah tangganya saat ini.
Bu Nadia bergegas meninggalkan ruang tamu. Langkah kakinya menuju dapur. Di sana sudah ada Nala dan Naya.
"Nala, suami kamu ingin bertemu. Temui dulu, bicara baik-baik," suruh Bu Nadia lembut.
"Biarkan saja, Bu. Dia paling ngajak Nala pulang. Tapi di rumah, pasti yang akan jadi perhatiannya hanya Raina," bongkar Nala.
"Raina anaknya Dana, kan? Ya, nggak apa-apa. Raina kan anaknya, masa iya kamu cemburu sama anaknya. Kamu nggak boleh bersikap seperti itu," nasihat Bu Nadia. Sepertinya Bu Nadia memang belum tahu kejadian sebenarnya.
"Nala tidak cemburu dengan Raina. Nala tidak mempermasalahkan perhatian Mas Dana terhadap Raina. Yang jadi masalah adalah, Mamanya Raina."
"Mamanya Raina, mantan istri Dana?" Bu Nadia terlihat sangat kaget, begitupun Naya.
"Iya, mantan istri Mas Dana."
"Memangnya kenapa dengan mantan istrinya Dana?" Bu Nadia penasaran.
Nala menceritakan semua yang terjadi selama beberapa hari ini di rumahnya, sejak kedatangan Raina dan mamanya, termasuk sikap kasar Devana padanya.
"Oh ya? Serius mantan istri Dana bicara kasar seperti itu? Bahaya ini, dia sepertinya perempuan nekad. Mulai dari sekarang, kamu harus hati-hati menghadapi dia," ujar Bu Nadia khawatir.
"Iya, Bu. Nala juga khawatir. Tapi, Ibu tenang saja. Nala juga tidak akan diam kalau dia sudah terlalu mengganggu," balas Nala.
Bu Nadia sedikit lega mendengar kalimat menenangkan Nala. Tapi, sebagai ibu tetap saja di dalam hati was-was dengan keselamatan hubungan rumah tangga sang anak.
kuncinya dana harus tegas dan mertua g ikut campur
bener2 mertua jahat bisa2nya GK bisa bedain mana wanita terhormat dan wanita bar2.