SECRET LENGKARA DIKARA

Tring...

1 pesan masuk belum di baca..

Itu yang tertera saat ponsel milik dikara menyala di atas meja, gadis itu sedang duduk di depan cermin untuk mengaplikasi kan beberapa produk skin care rutinnya.

Dan setelah di cek, di sana muncul pesan yang berasal dari wakil ketua osis, varen.

'Lagi apa?.'

Itu bunyi pesannya, cukup mengejut kan jika pemuda itu mengirim pesan di jam seperti ini.

padahal dikara sudah siap siap mau tidur.

'lagi siap siap mau tidur, ada apa ya kak?. Tumben banget ngechat jam segini, apa ada hal yang urgent terkait acara besok?.'

Tak lama balasan itu terkirim, sudah terlihat jika saat ini varen sedang mengetik.

'Ngga ada sih, cuma mau ngobrol aja!. Tapi kalau emang lo udah mau tidur, ya udah ngobrolnya lain kali aja kalau gitu.'

Dikara terdiam, bingung harus membalas apa.

Ia cukup peka melihat sikap varen terhadapnya, pemuda itu akhir akhir ini menunjuk kan ketertarikan terhadap dirinya.

Bahkan varen juga kerap menawar kan diri untuk mengantarnya pulang setelah rapat sore selesai di adakan, rapat terkait acara yang akan datang.

Hanya saja, dikara sudah tidak percaya diri lagi untuk dekat dengan pemuda mana pun, dan itu karna dirinya yang sekarang sudah tidak murni lagi.

Dan untuk varen, dia adalah sosok yang hangat dan juga ramah apa lagi dia memiliki wajah yang tampan. Dan itu adalah nilai plus yang membuat sebagian besar siswi di GARDAPATI berharap menjadi pasangan dari wakil ketos itu.

dikara juga sadar jika ada perasaan nyaman saat varen memperlakukannya dengan baik, pemuda itu benar benar mendekatinya dengan perlahan karna mungkin bisa menebak jika dirinya tak gampang dekat dengan orang lain.

'Emangnya mau ngobrolin apaan kak? Ngga bisa besok aja di sekolah, atau pas nyampe di tempat acara mungkin?.'

'Ngga bisa, soalnya ini termasuk penting.'

'Apaan sih kak? Ya udah di sini aja deh bilangnya, takutnya kan penting banget dan pas di sekolah atau di tempat acara gue ngga bisa ketemu sama lo.'

Varen sedang mengetik lagi, dan itu cukup lama. Membuat dikara penasaran apa yang akan di bicara kan oleh kakak kelasnya itu.

Selagi menunggu balasan varen, dikara bergerak untuk meraih air putih yang ada di gelas.

Dan tak lama..

Tring...

'Menurut lo, gue orangnya gimana?. Dan kira kira, gue bisa ngga deketin lo lebih dari status adik kelas?. Gue suka sama lo kar, dan gue berhadap lo mau jadi pacar gue.'

Ukhuk...

Dikara tersedak, kaget membaca balasan itu.

Pesan ini di hapus 

Dan tak lama pesan tersebut pun di hapus, membuat dikara langsung kembali meletak kan gelas yang ia pegang tadi.

Dikara masih melongo, tak percaya waktu varen mengetik tadi. Padahal cukup lama ia menunggu namun yang dia kirim hanya berisi 5 kata itu, lalu langsung di hapus dengan cepat.

'Sorry ya, gue nanya kayak tadi!. Soalnya gue belum terbiasa dan ini pertama kalinya gue nyoba buat ngedektin cewek, dan orangnya itu lo. Maaf kalau gue ngga ngomong secara langsung, soalnya gue masih gugup buat ngomong ini.'

Dikara semakin bingung harus membalas apa, sebab dia juga tidak ingin memberi harapan palsu apa lagi menolak dengan blak blakan.

'Sebenarnya ngga apa apa sih kak, cuma di sini posisinya gue emang belum ada niatan buat pacaran. Apa lagi cowoknya itu lo, cowok populer yang di setiap angkatan banyak yang ngeharapin lo jadi cowoknya. Dan gue juga tau kalau salah satu dari mereka itu kak baila, yang gue dengar dia yang ngejer ngejer lo selama ini kan? Dan gue ngga berani ngeiyain niatan lo itu, gue bukannya sok gimana gimana, cuma untuk saat ini gue mau fokus sama kegiatan yang ada dulu.'

Balasannya sudah di baca, namun belum ada balasan sampai 2 menit kemudian.

Dikara lagi lagi menghela nafas, sebab kalau boleh jujur dia merasa nyaman dengan varen. Tapi untuk menjalin suatu hubungan, dikara merasa tak pantas.

Karna merasa varen yang tak akan lagi membalas pesan tersebut, dikara pun berjalan ke arah tempat tidur lalu membaring kan tubuhnya di sana.

Dan beberapa detik matanya terpejam, ponselnya kembali menyala yang di sertai geteran kecil.

'Ngga apa apa kok kalau emang lo belum siap, tapi jangan larang larang gue ya buat nyoba deketin lo lagi!. terus kalau untuk masalah baila, sebenarnya gue sama dia udah di jodohin. Tapi lo tenang aja, karna itu semua cuma omongan sekilas dari para orang tua kita waktu itu. cuma yang jadi masalahnya, baila berharap gue seriusin perjodohan itu. makanya sampai sekarang dia belum berhenti buat berharap, kalau gue bisa setuju sama usulan orang tua kita. Gue juga ngomong gini supaya lo ngga usah dengerin gosip dari anak anak tentang gue sama baila, karna sebenarnya gue sama dia cuma teman masa kecil yang udah cukup dekat. Sama kayak gue sama arnav, kita bertiga udah temenan lama, cuma karna arnav itu emang nakal jadi orang tuanya baila pernah nyeletuk kalau besar nanti baila milih gue aja jangan arnav, dan ya! baila nganggep itu serius bahkan sampai sekarang, padahal itu cuma omongan sesaat aja yang kalau di setujuin ya oke, tapi kalau di antara kita ada yang keberatan, ya udah.'

Sudut bibir dikara tertarik, tak menyangka jika varen akan menjelas kan ini panjang lebar.

'Oke kak, gue hargain niat lo itu!. Gue juga ngga nolak lo kok, cuma untuk saat ini gue belum siap aja.'

Dikara menggigit bibir, cukup ragu akan balasannya.

'Ya udah kalau gitu gue mau tidur dulu, see you besok ya kak!.'

Setelahnya, dikara menonaktif kan ponselnya lalu meraih jam di atas nakas untuk menyetel alarm seperti biasanya.

Sebelum menutup mata, dikara terdiam beberapa saat.

Pikirannya tertuju pada kejadian malam itu, malam yang mendebar kan namun juga menyesak kan.

"Gue ngga tau apa yang bakalan terjadi di masa depan, tapi yang jelas kejadian malam itu ngga bisa di anggap benar. Dan apa yang gue lakuin malam itu, itu juga bukan tanpa alasan."

Dikara memejam kan mata, kembali mengingat kan dirinya bahwa tujuannya belum tercapai. Tujuan untuk membuat masalah sebanyak mungkin, agar orang tuanya pulang dan tak lagi ke mana mana.

Ya, dikara sudah memutus kan untuk membuka jalan bagi varen yang saat ini mencoba lebih dekat dengan dirinya. Dan di situ dia akan memanfaat kan beberapa hal untuk membuat kedua orang tuanya murka, misalnya bermesraan dengan pria dengan jarak yang dekat lalu mengunggahnya di sosial media.

Dan itu sudah mulai terususun di kepalanya, bahkan jika perlu dia akan mengirim kan beberapa foto untuk membuat orang tuanya percaya jika putri mereka ini sudah bukan lagi anak yang polos dan tak mengerti dunia malam.

Mata dikara kembali terbuka, gadis itu meraih ponselnya kembali lalu mengirim pesan pada seseorang.

'Kak, gue mau!. Gue mau jadi pacar lo, besok jemput  gue ya di apart, kita berangkat bareng!.'