NovelToon NovelToon
Chaotic Destiny

Chaotic Destiny

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Action / Fantasi / Epik Petualangan / Perperangan / Light Novel
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Kyukasho

Kedamaian yang seharusnya bertahan kini mulai redup. Entitas asing yang disebut Absolute Being kini menjajah bumi dan ingin menguasai nya, manusia biasa tak punya kekuatan untuk melawan. Namun terdapat manusia yang menjadi puncak yaitu High Human. High Human adalah manusia yang diberkahi oleh kekuatan konstelasi kuno dan memakai otoritas mereka untuk melawan Absolute Being. Mampukah manusia mengembalikan kedamaian? ataukah manusia dikalahkan?. Tidak ada yang tahu jawaban nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyukasho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 34: Bertemu kembali

Matahari baru saja menyibak tirai pagi, menembus jendela-jendela bangunan tua di ibu kota Vixen. Di tengah hiruk-pikuk pasar yang mulai hidup, bangunan batu besar bertuliskan ”Vixen Central Guild” berdiri kokoh. Tempat itu menjadi pusat berkumpulnya para petualang dari berbagai penjuru kerajaan. Tawa, teriakan, dan dentingan gelas mulai memenuhi ruang utama guild yang ramai.

Pintu guild berderit terbuka perlahan. Seorang pemuda melangkah masuk, mengenakan mantel panjang serba hitam yang menutupi seluruh tubuhnya. Wajahnya tersembunyi di balik topeng hitam berbentuk setengah wajah dengan motif perak samar. Bahkan rambutnya yang biasanya cokelat kini ditutupi tudung gelap.

Tatapan mata merah ruby-nya tampak redup—bukan karena kehilangan semangat, melainkan karena kekuatannya ditekan hingga ke titik nyaris nihil, seperti yang diajarkan Persephone kepadanya.

"Siapa itu?" bisik beberapa petualang yang duduk sambil menyeruput sup pagi.

"Apa itu... pelayan sirkus? Wahahaha!" Seorang pria besar dengan armor lusuh tertawa, menunjuk Noir.

"Serius, lihat dia. Hitam-hitam, pakai topeng... Kau mau daftar jadi badut atau petualang, hah?" Sambung Petualang lainnya yang duduk di disebelah pria besar itu.

Tawa bergelombang menyusul dari beberapa meja lain. Ada yang menirukan langkah Noir, ada pula yang bersiul seolah menyambut pertunjukan.

Namun Noir tidak menggubris.

Langkahnya tetap tenang, mantap, seolah semua suara di sekeliling hanyalah angin lalu. Ia berjalan menuju meja resepsionis, di mana seorang wanita muda berambut merah muda menyambut dengan senyum setengah bingung.

"Selamat pagi... bisa kubantu?" tanyanya, mencoba profesional meski tatapannya tak bisa mengabaikan penampilan Noir yang mencolok.

"Aku ingin mendaftar sebagai petualang." Ucap Noir pelan. Suaranya terdengar berat, diturunkan secara sengaja agar tak mudah dikenali.

"Baik... tapi... apakah kau yakin ingin mendaftar dengan... pakaian seperti ini?" Tanya sang resepsionis tak bisa menahan pertanyaannya.

"Ini identitasku. Panggil aku Noir." Jawab Noir sambil menyodorkan formulir yang telah ia isi sebelumnya.

Beberapa petualang yang masih mendengar tertawa lagi. "Noir? Nama yang dramatis! Apa berikutnya? Kau akan melemparkan kelopak bunga mawar dan tertawa dari atap bangunan?" Ejek seorang wanita penyihir sembari menatap kearah Noir.

Seseorang melempar biji zaitun ke arahnya. Noir menoleh sebentar. Hanya itu. Tatapannya sejenak membuat orang itu bergidik, walau ia tak tahu kenapa.

"Tahan dirimu Sho... jika kau terbawa emosi bisa saja identitas mu ketahuan." Ucap Persephone kedalam kepala Sho.

Tanpa berkata lebih, Noir menyelesaikan pendaftarannya. "Tes dasarnya akan dilakukan siang nanti. Tunggu namamu dipanggil, Tuan Noir." Ucap resepsionis dengan sopan.

Noir mengangguk, lalu berbalik dan berjalan menuju salah satu sudut ruang guild, duduk diam sambil menatap ke luar jendela. Dalam hatinya, ia mengulang kata-kata Aria:

”Terkadang, agar bisa memahami manusia, kau harus berjalan bersama mereka... meski mereka belum mengerti siapa dirimu sebenarnya.”

Namun dari balik topengnya, bibir Noir melengkung pelan, entah karena geli... atau karena rindu.

Setelah menunggu hampir satu jam di ruang guild yang makin riuh, nama Noir akhirnya dipanggil oleh salah satu petugas.

"Peserta pendaftaran atas nama Noir. Silakan ke meja misi." Ucap sang resepsionis tadi.

Langkah-langkah berat Noir terdengar lagi. Kali ini, lebih banyak mata menatapnya dengan rasa penasaran yang tercampur geli. Petugas laki-laki berjanggut lebat dan mengenakan armor kulit menatap Noir dengan alis terangkat.

"Jadi kau yang aneh itu... Noir? nama konyol macam apa itu." Ucap petugas laki-laki sembari membuka daftar misi.

"Sesuai peraturan Guild Vixen, calon petualang harus menyelesaikan minimal satu misi tingkat rendah atau sedang untuk mendapatkan peringkat awal." Ucap Petugas tersebut sembari menunjuk kearah papan misi.

Noir diam sejenak, lalu matanya menatap ke satu papan misi yang digantung lebih tinggi dari yang lain—papan bertuliskan: ”Misi Tingkat Tinggi - Khusus Petualang Berlisensi Emas dan Di Atasnya.”

"Aku ingin yang itu." Ucap Noir, menunjuk pada misi dengan kertas merah tua.

Suasana di ruang guild langsung hening sesaat... sebelum tawa meledak dari berbagai sudut.

"APA?!" Teriak seorang petualang yang sedang meminum anggur nya.

"Oi, dia serius?!" Ucap seorang gadis sembari menatap kearah rekannya.

"Hahaha! Dia baru daftar, langsung ambil misi tingkat tinggi? Lucu sekali padahal kau bukan High Human" Teriak seorang pria tua sembari tertawa terbahak-bahak.

"Dia mau bunuh diri!" Bisik seorang penyihir kepada rekannya.

"Aku bertaruh 30—Tidak, aku bertaruh 50 koin emas kalau dia akan kabur nantinya!" Seru seorang petualang sembari menaruh sekantong penuh 50 koin emas.

Petugas guild memandangi Noir dengan ekspresi tak percaya. "Anak muda... Misi itu adalah perburuan Titanfang, seekor serigala raksasa bertaring baja yang hidup di tebing utara Galatros. Sudah tiga tim petualang gagal menaklukkannya bulan ini." Ucap sang petugas Guild sembari menghela nafasnya.

"Aku akan menyelesaikannya sebelum matahari tenggelam." Ucap Noir, tenang tanpa ragu.

"...Tanggung jawab di luar kami kalau kau mati. Tapi... sesuai peraturan, siapa pun boleh memilih, dan kami tak bisa mencegah mu jika kau memaksa." desah petugas itu sambil menyerahkan salinan misi.

Noir menerima gulungan misi dan berjalan pergi tanpa menoleh. Di belakangnya, sorak dan cemooh terdengar bagai angin lalu.

Senja di hari yang sama. Pintu guild kembali terbuka. Ruang itu masih dipenuhi tawa dan cerita para petualang yang baru kembali dari tugas mereka. Namun kali ini, seluruh ruangan terdiam ketika sosok berjubah hitam itu muncul kembali... dengan satu tangan menarik kepala seekor binatang raksasa—sebuah kepala serigala setinggi dua meter, berlumuran darah namun jelas utuh. Itu adalah Titanfang.

DUK!

Ia melempar kepala itu ke tengah aula.

"Aku menyelesaikannya." Ucap Noir singkat, lalu menyerahkan gulungan misi yang kini ternoda darah ke petugas tadi.

Mata semua orang membelalak.

Salah satu pria yang tadi menertawakan Noir menjatuhkan cangkirnya. Yang lain nyaris tersedak sup.

Petugas guild yang menerima misi itu memeriksa kepala dan gulungan, matanya gemetar. "I-ini... ini benar-benar Titanfang... Tapi bagaimana... sendiri?" Ucap Petugas guild dengan suara bergetar.

"Aku mendaftar sebagai Noir, bukan sebagai mayat" Ucap Noir singkat. Ia lalu berbalik tanpa menunggu pujian, duduk lagi di pojok ruang guild sambil menyeka darah dari sarung tangannya.

Tak ada lagi tawa. Tak ada cemooh. Hanya keheningan yang diiringi gumaman tak percaya.

Dan untuk pertama kalinya dalam waktu lama, guild itu diselimuti rasa... takut.

Dari lantai atas guild, seorang wanita berdiri di balik jendela kaca, memperhatikan dari balik tirai. Ia adalah Levina, sang Guildmaster tertinggi Guild Vixen.

Tangannya yang berbalut sarung kulit menggenggam cangkir teh yang kini tak lagi mengepul.

"Anak itu... langkahnya, caranya menarik napas, aura samar yang ditekan habis-habisan... tidak mungkin aku salah." gumam Levina lirih.

Ia menoleh pada meja di sampingnya, di mana tergantung sebuah dokumen tua—rekaman pertempuran Sho Noerant tiga tahun lalu di gerbang timur saat melawan tiga Hollow sendirian. Sorotan api hijau yang membakar langit... dan mata merah menyala bagai ruby.

"Apakah kau mencoba menyembunyikan dirimu, Sho?" Gumam Levina dengan penasaran.

Ia menyipitkan mata. "Tapi kenapa sekarang dan sendirian? Tanpa Aria, tanpa rekan-rekannya yang lain...?" Tanya Levina kepada dirinya sendiri.

Levina meneguk teh yang kini hambar, lalu berbalik. "Untuk sekarang... aku akan tutup mulut. Tapi satu gerakan mencurigakan darimu, aku sendiri yang akan menyeretmu ke hadapan Raja Noah." Ucap Levina sembari tersenyum licik.

Di tengah kota vixen, jalan raya selatan. Senja telah berganti malam. Cahaya lentera mulai menyala di sepanjang jalan, menghangatkan hiruk-pikuk pasar malam dan lalu lalang warga ibu kota. Di tengah keramaian itu, seseorang berjalan dengan jubah hitam panjang dan topeng yang menutupi hampir seluruh wajahnya. Sosok itu adalah Noir.

Ia baru saja kembali dari membeli sekantong kecil ramuan herbal murah. Matanya menatap lurus ke depan, tapi langkahnya berhenti saat sebuah suara yang amat dikenalnya terdengar dari arah berlawanan.

Noir menoleh.

Seorang gadis dengan rambut biru malam panjang dan mata emas seperti mentari senja berdiri tak jauh darinya, mengenakan pakaian petualang ringan dan sebuah tas berisi bahan-bahan makanan. Gadis itu adalah Aria, tunangan nya.

Keduanya saling menatap.

Sesaat... waktu seakan berhenti. Suara pasar mendadak menjauh. Yang terdengar hanyalah detak jantung masing-masing.

Aria memiringkan kepala, menatap Noir dengan sorot ragu. "Maaf... kita pernah bertemu sebelumnya?" Tanya Aria dengan sopan.

Suara itu menghantam dada Noir lebih keras dari serangan apa pun. Tapi ia tidak bicara. Ia hanya menunduk sedikit, lalu melangkah melewatinya dengan pelan.

Mata Aria mengikuti sosok itu dengan pandangan penuh rasa penasaran. "Aneh... dia seperti... ah... tidak mungkin." Gumam Aria sembari menggelengkan kepalanya.

Di kejauhan, Noir berhenti sejenak di gang sempit. Di balik topengnya, matanya meredup.

"Maaf, Aria... Kita tidak akan bertemu lagi untuk kedepannya." Gumam Noir lirih.

"Apa kau yakin dengan pilihan yang kau pilih? kalau aku jadi kau, mungkin aku akan memperhatikan dia dari kejauhan hanya untuk memastikan keamanan nya." Ucap Persephone dengan suara lembut kedalam kepala Noir.

Noir lalu menghilang di balik bayang-bayang bangunan, bagai angin malam yang tak ingin dikenali.

Langkah Aria membawanya melewati alun-alun pusat kota, lalu menyusuri jalur berbatu menuju distrik barat tempat para petualang tinggal. Ia terlihat lelah namun damai, menyapa para pedagang dan warga yang dikenalnya.

Di atas atap rumah-rumah rendah, sosok berjubah hitam bergerak lincah tanpa suara. sosok itu adalah Noir.

Ia menjaga jarak, tetap tersembunyi di balik cerobong asap dan bayangan malam. Napasnya tertahan, matanya terus tertuju pada gadis berambut biru yang tak pernah benar-benar hilang dari hatinya.

"Jarang sekali kau berbelanja sendirian seperti ini... biasanya Yara menemanimu..." Gumam Noir lirih.

Aria menoleh sejenak, seakan merasakan sesuatu, namun hanya mendesah lalu melanjutkan langkah. Noir menghela napas lega, lalu melompat ke atap berikutnya.

Namun suara denting logam menarik perhatiannya. "Hei! Siapa di atas sana?!" Seru seorang penjaga kota sembari melihat kearah Noir berada.

Tiga orang penjaga kota bersenjata lengkap sedang berpatroli di bawah, dan salah satu dari mereka menyorotkan lentera ke arah atap tempat Noir berdiri.

"Gerakannya mencurigakan! Jangan-jangan ia mata-mata dari kerajaan lain!" Ucap Seorang penjaga.

Noir segera mundur, tapi langkahnya memicu gemerisik genteng yang patah. "Dia melarikan diri! Cepat kejar!" Seru para penjaga.

Penjaga lain membunyikan peluit, dan dalam hitungan detik, lebih banyak penjaga berlari menuju arah kebisingan. Warga di sekitar mulai panik, beberapa bahkan mengira ada pencuri atau pembunuh bayaran di sekitar mereka.

Noir melesat turun ke gang sempit, berusaha menghilang dari pengejaran. Ia tahu, jika sampai tertangkap dan identitasnya terbongkar, semuanya akan menjadi jauh lebih rumit.

Namun tepat saat ia hendak berbelok, seorang penjaga muncul dari sisi gang dan mengacungkan tombaknya.

"Berhenti! Siapa kau dan apa yang kau lakukan mengintai seorang wanita di malam hari?!" Seru Penjaga tersebut sembari menodongkan tombak nya kearah Noir.

Noir mengangkat tangannya perlahan, tapi tak berkata apa-apa. Tatapannya hanya sejenak melirik ke arah kejauhan, memastikan Aria telah masuk ke kastil Vixen dengan selamat.

"Aku bukan ancaman. Wanita itu... aku hanya memastikan dia aman." Ucap Noir akhirnya, suaranya sengaja dibuat serak dan berat.

Para penjaga saling pandang. "Jadi kau penguntit? Atau pembunuh bayaran yang gagal menjalankan tugasnya?" Tanya Salah satu penjaga dengan nada curiga.

Situasi makin memanas. Noir mengepalkan tangan. Ia tak ingin melukai siapa pun, tapi jika terus didesak, ia akan dipaksa mengambil tindakan. Saat itulah, suara dingin dari belakang para penjaga memecah ketegangan.

"Cukup. Mundur semuanya." Teriak seorang wanita.

Semua menoleh. Seorang wanita dengan jubah putih kebesaran Guild berjalan mendekat, rambut berkilau di bawah cahaya lentera.

Wanita itu adalah Levina, sang Guildmaster. "Aku tahu siapa dia... dan aku akan bertanggung jawab atas tindakannya malam ini. Sekarang bubar sebelum kalian menyulut perang yang tak kalian pahami" Ucap Levina dengan tegas.

Para penjaga, walau enggan, akhirnya menuruti perintah sang Guildmaster dan membubarkan diri.

Levina menatap Noir, lalu mendekat perlahan. "Kau hampir saja membuat kegaduhan besar, Noir..." Ucap Levina sembari menatap mata Noir yang berada dibalik topeng.

"Apakah gadis berambut biru itu aman?" Tanya Noir dengan suara yang dibuat sengaja agak serak dan berat.

Levina menghela napas. "Ya. Sekarang pulanglah. Kau tidak akan bisa mengawasinya jika tertangkap dan dijebloskan ke penjara." Jawab Levina.

Noir mengangguk. Lalu seperti bayangan, ia menghilang ke kegelapan malam.

Levina berdiri sendirian di tengah jalan, menatap langit gelap. "Apa yang kau sembunyikan dariku, Sho Noerant?" Gumam Levina lirih.

Bulan bersinar makin terang, dan bintang-bintang juga, malam ini adalah malam yang dingin namun entah kenapa hati Noir merasa hangat karena ia bertemu Aria sekali lagi, meskipun Aria tidak tahu kalau sosok yang dibalik topeng itu adalah Sho, tunangan nya.

1
J. Elymorz
serius.. sho?
J. Elymorz: sesek aku bacanya
total 1 replies
J. Elymorz
mau peluk ariaa/Cry//Cry/
J. Elymorz
sho? (berbicara dengan suara lirih)
J. Elymorz
kskekkskkksk sesek aku baca ini
J. Elymorz
hmm aku menantikan kelanjutan dari noir~
J. Elymorz: semoga ia tak berbuat konyol yaa
total 1 replies
J. Elymorz
sho?
J. Elymorz
WARGA ASEM, udh di tolongin bukannya bilang makasih malah di bakar, KESELLL IH
J. Elymorz: irene.. mau peluk ireneee/Sob//Sob//Sob/
total 1 replies
J. Elymorz
gantung banget pls, blm ada scene sho gelud sama irene/Grievance//Grievance/
J. Elymorz
Di chapter kita tau, walaupun sho tingkahnya rada ngawur tapi dia setia kawan dan dia mau ngelidungi temen' nya dari bahaya/Smile//Smile/
J. Elymorz
Semoga 5 sekawan itu baik' aja/Frown//Frown/
Protocetus
jika berkenan mampir ya ke novelku Mercenary of El Dorado
J. Elymorz
Bagusss tiap chapternya seruu + bikin penasaran🤩🤩
J. Elymorz
Oemjii, ku kira udah damai eh ternyata belum/Sweat//Sweat/

Btw bagusss bangett, aku menunggu chapter berikutnyaa/Applaud//Applaud/
J. Elymorz
Mau peluk lioraaaa /Sob//Sob/

sayangg lioraa🫂🫂
J. Elymorz
aaaaaa yaraa :(
peluk jauh untukmu sayanggg🫂🫂
J. Elymorz
Bahkan Apollopun takut sama Aria, apalagi sho/Proud/
J. Elymorz: INI SERIUS MEREKA TUNANGAN? AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA

AKU SENENG BANGETTT /Kiss//Kiss/

makasii buat authornyaa/Hey//Hey/
total 1 replies
J. Elymorz
Terima kasih atas penjelasannya Kak, aku jadi paham dan ga penasaran lagi sama karakter-karakter yang ada di Novel ini.

Btw Aria cantik 08 berapa neng? /Smirk//Smirk/
J. Elymorz
Untuk authornya, aku ga bisa berkata-kata tapi yang pasti NOVELNYA BAGUS BANGETT WOIIIIIIIII SUMPAHHH
J. Elymorz: Gwa sampe mau roll depan sangking bagusnya, cepet lanjut ga lu? /Grievance//Grievance/
total 1 replies
J. Elymorz
SUMPIL? KEREN BANGETTT /Angry//Angry/
J. Elymorz
Chapter kali ini bener-bener bikin aku ngerasa ikut kebawa dalam ceritanya
J. Elymorz: Kepada author yang terhormat, jangan buat aku sesak napas lagi ya/Smile//Smile/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!