Setelah sepuluh tahun menjanda setelah pernikahan kedua, Ratna dihadapkan oleh perilaku tak terduga dari anak tiri yang ia rawat. Setelah menikah dengan Dirli, Amora mengusir Ratna dari rumah peninggalan ayahnya (suami Ratna).
Suatu hari, ia bertemu dengan seorang pria tua memakai jaket ojek online. Pria bernama Robin itu melihat ketulusan Ratna yang menolong orang yang tak dikenal. Dengan lantang ia mengajak Ratna menikah.
Dalam pernikahan ketiga ini, ia baru sadar, banyak hal yang dirahasiakan oleh suami barunya, yang mengaku sebagai tukang ojek ini.
Rahasia apakah yang disembunyikan Robin? Apakah dalam Pernikahan yang Ketiga dalam usia lanjut ini, rumah tangga mereka akan bahagia tanpa ada konflik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CovieVy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Terpaksa Setuju
Melihat seseorang yang semalam nyaris membuatnya kehilangan akal, Robin kembali memasang wajah datar. Ia menyeringai penuh rahasia dan penghakiman dalam diam.
Senyuman sinis pria yang tak jelas statusnya bagi Amora kembali membangkitkan rasa takut. Ingatan akan kejadian tadi malam masih melekat jelas. Pria itu jelas tak peduli sama sekali pada dirinya.
Dengan cepat otaknya bekerja agar mengubah strategi. 'Jika dia tak bisa diperlakukan dengan keras, berarti aku harus mengalah dan jatuh sebagai orang yang tak tahu malu. Itu lebih baik dibanding Mama Mas Dirli menyuruhku berpisah dengan suamiku,' batinnya.
Amora menghela napas panjang, memindahkan posisi tangan tertangkup di depan Robin. Raut wajah Amora kini berubah sayu, menatap pria di hadapannya ini dengan memelas.
"Ayo lah, Pak. Kali ini aku meminta tolong pada Bapak untuk membantu aku. Berikan saja jam itu padaku. Ini sangat berguna untukku." Kali ini nada suara Amora terdengar lebih rendah memohon dengan mata berkaca-kaca.
'Bagus! Jika begini aku bisa pergi,' pikir Robin telah menemukan jawaban untuk menolong istrinya.
Robin mengangkat tangan yang terlilit jam mewah yang sempat diremehkan itu. "Beneran mau jam ini?" Ia menggoyang pergelangan tangannya beberapa kali.
Amora membulatkan bibirnya dan mengangguk cepat. "Iya, Pak. Jam itu akan menyelamatkanku dari ancaman mertuaku."
Robin kembali menyulam senyum penuh makna di bibirnya. "Saya akan memberikan ini kepadamu. Bahkan, bukan cuma ini. Yang untuk perempuannya pun akan saya berikan. Karena istri saya tak terbiasa memakai aksesoris seperti ini." Robin menunggu reaksi Amora.
Amora mengangguk cepat, matanya masih terfokus pada pergelangan tangannya.
"Tapi, kau harus melakukan sesuatu sebagai syarat untuk mendapatkan ini."
Amora tersentak dan mengernyitkan keningnya. "Syarat?" Bola mata yang tadinya terfokus pada jam di tangan Robin, kini naik menatap mata Robin.
"Iya, syarat!" Ia kembali menggoyangkan pergelangan tangan. "Kau tahu ini harganya berapa?"
Amora tertegun. Ia sama sekali tak tahu berapa harga benda itu. Akan tetapi, merk jam tersebut bukan kaleng-kaleng yang bisa ditemukan di toko jam biasa.
"Kalau kau tak tahu, sekarang buka ponsel dan cari harganya berapa!" titah Robin dengan wajah datarnya.
"Tak perlu!" ucap Amora cepat. "Katakan saja syaratnya," sambung Amora lagi.
"Kau harus cari tahu dulu nilainya. Karena saya tak pernah memberikan sesuatu dengan percuma," ucapnya dengan tatapan dalam, hingga menusuk harga diri Amora.
"Ck!' Amora berdecak dan cepat-cepat mengeluarkan ponselnya. Ia memotret jam tangan tersebut lalu mencarinya lewat pencarian google.
Setelah melihat harganya, matanya melotot seolah ingin keluar dari tempatnya. "Tak mungkin!" ucap Amora.
"Apa kau sanggup membayarnya?" tanya Robin dengan suara yang cukup menekan.
Amora hanya tertunduk menggeleng pelan. Helaan napas panjang terdengar keluar dari bibirnya. "Mana punya aku uang segitu?"
"Kau masih menginginkannya?" tanya Robin kembali menguji Amora yang telah jatuh dalam rasa putus asanya.
"Hmmm, apa ada cara lain agar aku bisa mendapatkannya?" ucap Amora setengah berbisik.
"Tentu! Kau bisa mendapatkan ini tanpa mengeluarkan uang sedikit pun." Robin kembali memperhatikan reaksi Amora.
Amora mengangkat kepalanya kembali. Raut matanya tampak sedikit lebih hidup seakan apa yang ia inginkan, bisa terwujud dengan mudah. "Katakan saja apa yang harus kulakukan. Asal mendapatkan jam itu, aku akan berusaha."
Robin menunjuk ke arah warung. Hal ini membuat kening Amora mengerut. Ia belum bisa menyatukan isi kepalanya dengan pria yang jadi suami ibu tirinya ini.
"Kau harus membantu istriku menjadi pelayan di sini, tanpa gaji!"
Amora tersentak mendengar ucapan Robin yang ada di luar jangkauannya ini. "Maksudmu aku ...."
Robin mengangguk pelan tanpa suara.
Amora menggeleng seolah ini sungguh di luar logikanya. "Tidak! Aku tak bisa!"
"Ya sudah." Robin memutar badan bergerak menuju motornya.
Amora mengejarnya dengan cepat. "Baik ... Baik ... Aku akan jadi pelayan di warung ini. Tapi hanya untuk satu hari ini kan?" tawar Amora.
"Kau sudah melihat harga jam ini kan? Kau hitung saja berapa gaji pelayan toko per bulan!" Sejenak Robin terdiam memikirkan berapa nilai yang harus dia berikan kepada wanita ini.
"Lima bulan," ucapnya lagi. "Jika saya berikan jam itu, kau harus menjadi pelayan di warung ini selama lima bulan."
Amora tercekat seketika. Membayangkan dirinya harus bekerja dengan wanita yang ia benci semenjak kehadirannya dalam keluarganya.
"Jangan lama-lama! Saya harus bekerja!" Robin mengetuk jam di tangannya beberapa kali.
"Tunggu! Tunggu! Masa iya aku harus bekerja lima bulan tanpa gaji di sini? Ini toko yang dibuat oleh uang ayah ku. Masa setelah bekerja di sini pun aku tak mendapatkan apa-apa?"
Robin mengedikkan bahu. Ia menggoyangkan kembali pergelangan tangan. "Ini, kau membutuhkannya kan? Kalau kau setuju, ya lakukan. Kalau tidak, saya pergi dan harus bekerja."
Amora memutar otak kembali. 'Lebih baik ku setuju dulu. Nanti ku ancam aja wanita itu mengatakan aku sudah bekerja. Yang penting dapat jam-nya dulu,' pikirnya dengan cepat.
"Baik lah. Aku setuju," ucapnya.
"Jangan harap kau bisa melakukan kecurangan. Saya akan menyiapkan surat pernyataan bermatrai. Jika kau tak melakukan pekerjaan dengan baik selama lima bulan itu, kau akan saya jebloskan ke penjara."
Amora membeku. Ia tak menyangka, Robin seakan bisa membaca isi kepalanya.
"Sekarang apa lagi? Bekerja lah!" ucap Robin dengan nada tajam.
"Nanti malam jam akan saya serahkan beserta aksesoris yang dibawa jam itu. Tapi tentu, dengan surat bermatrai," ucap Robin tenang, tetapi tanpa ada keraguan sedikit pun.
"Bekerja lah dengan baik, saya ngojek dulu," ucapnya menyalakan motor dan berlalu.
Amora masih mematung menyadari dirinya seakan masuk ke dalam jebakan pria tua itu.
"Bang? Baang?" Dari dalam warung Ratna muncul mencari keberadaan suaminya. Wajahnya berubah heran saat menyadari kehadiran Amora setelah kejadian tadi malam.
Ratna tak berkata satu patah pun terhadap Amora. Ia hanya mencari sesuatu yang tadinya terparkir, dan menghela napas saat menyadari sang suami telah kabur tanpa mengatakan apa pun padanya.
Sejenak, Ratna menatap Amora yang membisu. "Pergi lah. Mama tak mau bertengkar lagi denganmu," ucapnya dengan datar.
"Ma-Mama ... A-aku akan membantu semua pekerjaan Mama," ucap Amora berjalan mendahului Ratna.
Ratna menatap punggung itu dengan heran mengikuti dari belakang. Amora menuju ke dapur dan di sana telah berisi kantong-kantong pesanan kopi yang siap di bawa.
Amora tahu, ini adalah kopi-kopi yang dibayar dari kantong suaminya sendiri.
'Apes banget hidupku semenjak wanita ini menikah dengan pak tua sialan itu,' rutuknya menyadari telah mengalami rugi dua kali.
...**************...
Yuk kakak semua, mampir ke cerita milik temen aku yuk
Judul: Ketika Diabaikan, Hati Ikut Berubah
Author: Ismulla AL AZHAM
Diabaikan suami, justru pria lain datang ke kehidupan Zahira hingga terjadi sebuah kesalahan karena menganggap pria itu adalah suaminya hingga memadu kasih.
Ketika mengetahui itu bukan suaminya, Zahira menyuruh pria itu pergi agar tidak muncul lagi di hadapannya.Namun, sang suami justru membiarkan pria itu tinggal bersama Zahira di rumah.
Zahira tidak mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari suaminya.Apakah akan mendapatkan itu dari orang lain? Atau mungkin sosok pria itu, hati Zahira ikut berubah?