Kamala Jayanti, gadis malang yang terlahir dengan tanda lahir merah menyala di kulit pipinya dan bekas luka di bawah mata, selalu menyembunyikan wajahnya di balik syal putih. Syal itu menjadi tembok penghalang antara dirinya dan dunia luar, membentengi dirinya dari tatapan penuh rasa iba dan cibiran.
Namun, takdir menghantarkan Kamala pada perjuangan yang lebih berat. Ia menjadi taruhan dalam permainan kartu yang brutal, dipertaruhkan oleh geng The Fornax, kelompok pria kaya raya yang haus akan kekuasaan dan kesenangan. Kalingga, anggota geng yang penuh teka-teki, menyatakan bahwa siapa yang kalah dalam permainan itu, dialah yang harus menikahi Kamala.
Nasib sial menimpa Ganesha, sang ketua geng yang bersikap dingin dan tak berperasaan. Ganesha yang kalah dalam permainan itu, terpaksa menikahi Kamala. Ia terpaksa menghadapi kenyataan bahwa ia harus menikahi gadis yang tak pernah ia kenal.
Titkok : Amaryllis zee
IG & FB : Amaryllis zee
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amaryllis zee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istri?
Kamala mengerjapkan kedua matanya, mencoba menyesuaikan pandangannya dengan cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Ia memegang kepalanya yang masih terasa sakit, efek dari alkohol yang ia minum semalam. Ia menatap sekeliling yang terasa sangat asing, bahkan di ruangan tersebut tidak ada jendela.
"Ini dimana sih?" gumam Kamala, suaranya mengungkapkan kebingungan yang mendalam. Ia tak mengingat apa yang terjadi semalam, ia hanya mengingat bahwa ia sedang menikmati malam yang menyenangkan bersama Tiara dan Nakula.
Ia mencoba bangun dari tempat tidurnya, tapi tubuhnya masih terasa lemas. Ia menatap sekitar lagi, mencoba mencari petunjuk tentang dimana ia berada.
"Nakula?" panggil Kamala, suaranya bergetar sedikit.
Ia berharap Nakula ada di sana, menjelaskan apa yang terjadi.
"Nakula?" panggil Kamala lagi, suaranya semakin keras.
Namun, tak ada jawaban. Hanya keheningan yang menyelimuti ruangan itu.
Kamala merasa takut, ia tak tahu dimana ia berada, ia tak tahu apa yang terjadi. Ia mencoba menenangkan diri, mencoba mengingat apa yang terjadi semalam.
"Nakula …!” gumam Kamala, suaranya mengungkapkan ketakutan yang mendalam.
Kamala memegang perutnya yang terasa keroncongan, menandakan bahwa ia sudah lama tak makan. Ia turun dari tempat tidur, mencari sumber makanan. Matanya tertuju pada kulkas yang ada di sudut ruangan. Ia mendekati kulkas itu dan membukanya.
Ia terkejut melihat kulkas itu penuh dengan berbagai jenis makanan. Ada buah-buahan segar, sayuran, daging, dan juga minuman. Di samping kulkas, ia melihat microwave yang bersih dan terawat.
Kamala merasa bingung. Apa ia diculik? Tapi kenapa penculiknya menyiapkan makanan sebanyak ini? Apakah ini sebuah jebakan? Apakah penculiknya ingin memanfaatkan kelemahannya dengan memberikan makanan yang beracun?
Pikirannya berputar cepat, mencoba mencari jawaban dari pertanyaan yang menyergapnya. Ia merasa takut, tapi ia juga merasa lapar.
Persetan dengan rasa takut, yang penting sekarang ia bisa makan. Masalah makanan beracun atau tidak, itu urusan nanti. Ia mengambil rendang dan oseng kangkung yang terlihat menggiurkan, lalu ia menghangatkannya di microwave.
Aroma lezat rendang dan oseng kangkung menguak selera makan Kamala. Ia tak bisa menahan lagi rasa lapar yang menyergapnya. Ia menunggu makanan itu hangat, mencoba menenangkan diri.
"Semoga saja makanan ini tidak beracun," gumam Kamala, suaranya mengungkapkan kekhawatiran yang masih menyergapnya.
Namun, rasa lapar yang mendalam mengalahkan rasa takutnya. Ia mengambil piring dan menaruh rendang dan oseng kangkung di atasnya. Ia menikmati makanan itu dengan lahap, mencoba menghilangkan rasa takut dan kebingungan yang menyergapnya.
Setelah beberapa menit kemudian, Kamala sudah merasa kenyang. Ia menatap piring kosong dengan kebingungan, tapi ia juga senang karena, "Aku masih hidup, ternyata makanan disini tidak beracun!"
Ia tersenyum lebar, menunjukkan kegembiraan yang menyergap hatinya. Walaupun ia masih dalam keadaan sulit, tapi setidaknya perutnya tetap baik-baik saja dan menikmati makanan yang lezat.
"Jika tidak beracun, akan kuhabiskan makanannya!" gumam Kamala, menunjukkan keinginannya untuk menikmati makanan yang tersedia sebanyak-banyaknya. Ia tak mau rugi, ia ingin menikmati semua yang ada di depan matanya.
Kamala berdiri dan melangkah menuju pintu, mencoba mencari jalan keluar. Ia ingin mengetahui dimana ia berada dan siapa yang menculiknya. Ia ingin mengetahui alasan di balik penculikannya.
Ia mencoba membuka pintu, tapi pintunya terkunci. Kamala mencoba menarik gagang pintu dengan kuat, tapi pintu tetap tak bisa dibuka.
"Sial!" umpat Kamala, merasakan kecewa yang mendalam.
Beberapa jam sudah berlalu dan Kamala mati kebosanan. Ia menatap sekitar ruangan yang terasa sempit dan menyeramkan. Ia berharap akan ada keajaiban, akan datang malaikat yang membawanya keluar dari ruangan neraka ini. Ia mencoba menenangkan diri, mencoba mencari jalan keluar dari situasi ini.
"Tuhan, tolong aku!" lirih Kamala, suaranya mengungkapkan keputusasaan yang mendalam.
Kreeek.
Tiba-tiba terdengar suara seseorang membuka pintu. Kamala langsung menoleh pada pintu yang perlahan terbuka dan ia menganga tidak percaya. Ia melihat Ganesha yang masuk dengan memperlihatkan wajah dinginnya dan menatapnya tajam.
Ganesha perlahan berjalan dengan santai ke arah Kamala yang lagi duduk di tepi ranjang, lalu ia duduk di sofa dan menaruh kaki kakinya, diatas paha sebelah kanan.
"Gimana, enak tinggal disini?" tanya Ganesha dengan nada seolah menyindir Kamala.
Kamala menatap bingung Ganesha. Ia bingung dan tidak mengerti maksud dari perkataan Ganesha.
"Maksudnya, Tuan?" tanya Kamala, suaranya bergetar sedikit.
"Apa kamu sadar, Sekarang kamu berada dimana?" tanya Ganesha lagi, suaranya tetap dingin dan mengancam.
"Oh..., ternyata Tuan yang sudah mengurung saya disini!" tuduh Kamala, suaranya mengungkapkan kemarahan yang mendalam.
"Iy, saya yang sudah mengurungmu disini!" ungkap Ganesha, mengakui perbuatannya dengan santai.
"Kenapa Tuan mengurung saya?" tanya Kamala, suaranya mengungkapkan keingintahuan yang mendalam.
Kamala terdiam, mencoba mencerna perkataan Ganesha. Ia tak mengerti, kenapa Ganesha memperlakukannya seperti ini? Ia tak mengerti alasan di balik penculikannya.
"Kenapa?" gumam Ganesha tipis, suaranya mengungkapkan kemarahan yang terpendam.
"Karena kamu melanggar aturan, Kamala!" bentak Ganesha sambil ia menurunkan kakinya dari atas paha. Ia berdiri dari duduknya, melangkah mendekati Kamala.
Ganesha memegang dagu Kamala, menatap wajahnya sebentar, lalu melepaskan tangannya. "Apa kamu ingat, apa yang sudah kamu lakukan semalam?" tanya Ganesha, suaranya mengungkapkan kekecewaan yang mendalam.
Kamala hanya menggeleng, tidak ingat apapun tentang semalam. Ia hanya ingat pergi ke club bersama Tiara dan Nakula.
"Semalam, kau pulang malam dalam keadaan mabuk!" lirih Ganesha, suaranya mengungkapkan rasa kecewa yang mendalam.
Kamala ingat, jika dirinya semalam mabuk, tapi apa ada yang salah? "Terus, masalahnya sama, Tuan apa?" tanya Kamala, suaranya mengungkapkan kebingungan dan sedikit kemarahan.
Ganesha menatap Kamala dengan tatapan yang tajam. "Karena kau istri saya, Kamala!" ujar Ganesha, suaranya mengungkapkan kebenaran yang tak bisa dibantah.
Kamala terkejut, ia tak menyangka bahwa Ganesha akan mengatakan itu. Ia menatap Ganesha dengan tatapan yang penuh kebingungan dan ketakutan.
"Apa pantas seorang Istri pulang malam?" tanya Ganesha, suaranya mengungkapkan kekecewaan yang mendalam. Ia menatap Kamala dengan tatapan yang tajam, seolah-olah ingin menembus jiwa Kamala.
"Kamala gadis yang saya kenal dulu, perempuan lugu, pendiam, tapi kenapa? Setelah dirinya merasa cantik, menjadi gadis nakal yang sok sokan minum!" lanjut Ganesha, suaranya bercampur dengan rasa kecewa dan kemarahan.
"Apa kau bilang, istri?" tanya Kamala ketus, suaranya bergetar sedikit. Ia merasa sakit hati mendengar perkataan Ganesha.
"Sejak kapan kau menganggap saya istri?" tanya Kamala lagi, suaranya meninggi menunjukkan kemarahan yang mendalam.
"Bukankah, Pernikahan kita di atas kertas? Lalu kenapa, kau menghukum saya seperti ini!" desis Kamala memukul dada Ganesha dengan kencang dan air matanya keluar tak terbendung lagi. Ia merasa terkekang, ia merasa tak bebas.
"Kau tidak ada bedanya dengan Renata, yang selalu menyiksa batinku!" lirih Kamala, suaranya mengungkapkan rasa sakit hati yang mendalam. Ia mengingat perlakuan Renata, ibu angkatnya yang kejam. Renata selalu menekan dan menyiksanya, membuat hidupnya tak pernah bahagia.
Ganesha terdiam, menatap Kamala dengan tatapan yang penuh kekecewaan. Ia tak menyangka bahwa Kamala akan mengatakan itu. Ia merasa sakit hati mendengar perkataan Kamala.
"Kamala …," gumam Ganesha, suaranya mengungkapkan rasa kecewa yang mendalam.
Ganesha tak mengerti apa yang harus ia lakukan. Ia ingin menjelaskan segalanya pada Kamala, tapi ia takut akan menyakiti hati Kamala lagi. Ia ingin melindungi Kamala, ia ingin membuat Kamala bahagia. Tapi, ia tak tahu bagaimana caranya.
"Mau pernikahan kita di atas kertas, kau tetap tanggung jawab saya dan saya minta, jangan pernah pergi ke club malam lagi atau, saya akan mengurungmu disini selama 1 bulan!" tegas Ganesha, suaranya mengungkapkan kekuasaan yang tak bisa dibantah.
Ganesha tidak mau, Kamala melakukan hal yang tidak baik, yang dapat merusak kepolosannya. "Fokuslah, pada tujuanmu, Kamala! Saya membebaskanmu melakukan apapun, selagi itu bukan minum atau kriminal!" tambahnya lagi, suaranya mengungkapkan kecemasan yang terpendam.
Kamala terdiam, menatap Ganesha dengan tatapan yang penuh kekecewaan. Ia merasa terkekang, ia merasa tak bebas. Ia ingin menikmati hidupnya, ia ingin menentukan jalan hidupnya sendiri.
"Tuan …!" gumam Kamala, suaranya mengungkapkan rasa sakit hati yang mendalam.
Kamala ingin menentang perkataan Ganesha, ia ingin menunjukkan bahwa ia bisa menentukan hidupnya sendiri. Tapi, ia takut akan kemarahan Ganesha. Gimana juga Ganesha adalah suaminya dan ia harus menuruti perkataannya. Apalagi Ganesha sangat berjasa, yang sudah membantunya, membuat dirinya bisa cantik dan percaya diri saat di depan orang lain.
Walaupun sikap Ganesha yang terkadang membuatnya kesal, tapi ia harus tetap sabar, karena Ganesha satu-satunya orang yang bisa membantu mencapai tujuannya.
Tapi..., "Jika saya adalah istrimu, kenapa Tuan masih pacaran dengan Camelia?" tanya Kamala, suaranya mengungkapkan rasa sakit hati yang mendalam.
"Karena dia perempuan yang saya cintai." jawab Ganesha, suaranya mengungkapkan kebenaran yang tak bisa dibantah.
"Kalau begitu, biar adil, saya juga akan memiliki pacar, pacar yang bisa membuat saya bahagia!" ujar Kamala, suaranya mengungkapkan keputusasaan yang mendalam.
"Silahkan saja jika kau ingin punya pacar!" jawab Ganesha, tapi suaranya mengungkapkan kekecewaan yang mendalam dan ia tahu, kenapa ia tidak akan rela jika Kamala memiliki pacar.
Ganesha memutar badannya, ia melangkah menuju keluar kamar dengan langkah yang berat. Kamala mengikuti Ganesha dengan perasaan bingung, menatap punggung Ganesha yang tampak murung. Seolah-olah ada sesuatu yang menghantui pikiran Ganesha.
Kamala celingukan melihat sekeliling, mencoba mencari petunjuk tentang dimana ia berada. Ia terus melangkah menaiki anak tangga yang mengarah ke taman dekat gazebo.
Saat ia mencapai taman, matanya terbelalak tak percaya. Di belakang pohon besar yang menjulang tinggi, terdapat sebuah jalan rahasia menuju ke bawah tanah. Pintu kayu tua yang tersembunyi di balik pohon itu menunjukkan jalan masuk ke dunia bawah tanah.
Kamala tak percaya jika Ganesha memiliki kamar di bawah tanah. Dan teganya Ganesha mengurungnya di bawah tanah. Rasa takut dan kecewa menyergap hatinya.
Terimakasih sudah suka dengan cerita ini
kalo bisa 2 atau 3🙏
jangan lama lama up nya dan banyakin up nya pls😭