Achassia Alora adalah gadis misterius yang selalu menutupi identitasnya. Bahkan hampir semua orang di sekolahnya belum pernah melihat wajahnya kecuali beberapa guru dan kedua sahabatnya. Gadis yang di anggap miskin sebenarnya adalah cucu dari keluarga kaya raya yang terbuang. Begitu banyak rahasia yang ia sembunyikan, bahkan dari ibunya sendiri.
Setelah bertahun-tahun ia hidup tenang bersama ibunya, sang Kakek kembali datang dalam kehidupan mereka dan memburunya untuk kepentingan bisnisnya. Tentu saja Achassia selalu menghindar dengan cara apapun agar tidak tertangkap oleh Kakeknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AzaleaHazel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35
Karena tadi pagi Anya dan Luna terlambat, Anya menitipkan mobilnya di warung Bik Inah. Saat ini ketiga gadis itu hendak menuju warung Bik Inah untuk mengambil mobil Anya karena sudah waktunya pulang.
Saat di lorong mereka berpapasan dengan Kainoa dan teman-temannya. Acha hanya bisa menghela nafas, tadi Anya sudah menceritakan padanya jika dia dan Luna di bantu oleh mereka untuk masuk ke sekolah. Jadi mau tak mau, Acha membiarkan mereka berjalan beriringan dengannya karena tujuan mereka sama, yaitu warung Bik Inah.
Acha tidak menyadari orang-orang berbaju hitam yang ada di gerbang karena terlalu asik berbicara dengan Anya dan Luna. Ia baru menyadarinya saat mereka sudah di gerbang, hal itu membuatnya tidak bisa lari kemana-mana lagi, karena akan membuat orang-orang itu semakin curiga.
"Kamu yang pake jaket." Kata pria botak membuat yang lain sadar jika orang itu memanggil Acha.
"Heh botak, apa-apaan Lo manggil temen gue." Ucap Anya, ia masih kesal dengan pria botak ini karena kejadian beberapa waktu lalu.
"Anak yang pake jaket kelihatan mencurigakan, mending kita periksa dulu." Kata pria gondrong itu pada temannya yang botak.
"Heh kamu, sini." Suruh pria botak itu pada Acha.
Acha menghela nafas sebelum mendekat, gadis itu terus memejamkan matanya merasa takut jika akan ketahuan. Anya juga sangat gelisah saat Acha mulai mendekat kearah orang-orang itu. Jangan tanyakan Luna, gadis itu sampai saat ini belum mengerti jika Acha adalah incaran orang-orang berbaju hitam itu. Sedangkan Kainoa dan teman-temannya sudah menebak jika orang-orang itu memang mencari Acha.
Saat Acha sudah berada di depan orang-orang itu, pria yang botak menarik tudung Hoodie Acha sampai rambutnya terlihat. Rambut berwarna cokelat terurai berantakan karena tarikan pria tadi.
"Tuh kan bener, pasti ini anaknya." Kata pria botak itu menunjuk rambut Acha.
"Jangan yakin dulu, lihat dulu matanya." Ucap pria gondrong itu.
"Iya juga ya." Pria botak itu hendak menyentuh kepala Acha.
"Heh, jangan sembarangan pegang-pegang temen gue pake tangan busuk Lo ya!" Kata Anya kesal, membuat pria botak itu tidak jadi menyentuh Acha.
"Kamu diem dulu ya, saya pinjem temennya sebentar." Balas pria botak itu pada Anya.
"Kurang ajar Lo ya!" Ucap Anya kesal, ia hendak mendekat kearah pria botak itu, tapi Bumi lebih dulu menarik tangannya.
"Tenang dulu Nya." Kata Bumi menenangkan, membuat Anya menghela nafas.
Acha masih tetap menundukkan kepalanya dengan mata yang terus terpejam. Hal itu membuat orang-orang itu menatap curiga padanya.
"Ini sih udah pasti anak yang kita cari, buktinya nunduk mulu dari tadi, bikin curiga." Kata pria botak.
"Maaf dek, boleh saya lihat matanya sebentar?" Tanya pria yang berambut gondrong.
Acha menghela nafas, ia mengangkat kepalanya dan mengguyar rambut coklatnya ke belakang. Pria botak yang sejak tadi sudah yakin jika Acha adalah orang yang mereka cari, sontak langsung memasang wajah kecewa begitu melihat mata berwarna hitam milik gadis itu.
"Loh, kok warnanya hitam." Kata pria botak itu terkejut.
"Kalau hitam berarti ya bukan dia." Balas pria yang berambut gondrong.
"Siapa tau pake softlens." Balas si botak lagi, ia masih tidak percaya, bisa saja gadis itu memakai softlens.
"Heh botak, liat tuh mata temen gue merah kaya gitu. Dia baru bangun tidur, ya kali tidur pake softlens." Ucap Anya kesal seraya menunjuk Acha, jika saja Bumi tidak memegangi-nya, gadis itu pasti sudah mencakar kepala botak pria itu.
Tentu saja apa yang Anya katakan adalah kebohongan. Hal itu membuat Acha bernafas lega karena Acha bisa menangani hal ini dengan baik, ia sengaja memejamkan matanya sejak tadi karena ia yakin Anya akan mengatakan hal itu sebagai alasan.
"Emang iya ya, coba saya lihat." Balas pria botak itu meledek Anya, ia hendak mendekati Acha tadi temannya yang gondrong langsung menarik tangannya.
"Maaf ya dek, kita salah orang. Kalian boleh pulang." Ucap pria gondrong itu.
Daripada yang botak, pria itu lebih baik dan sopan saat berbicara, karena itu Anya sangat kesal pria itu.
"Dasar botak!" Teriak Anya kesal.
Setelah kedua pria itu tidak terlihat lagi, Acha dan Luna melemaskan tubuhnya dan bernafas lega karena sejak tadi mereka sangat tegang. Sedangkan Anya, gadis itu sampai sekarang masih merasa kesal.
"Hampir aja ya." Ucap Luna lega, membuat Acha mengangguk setuju, ia juga merasa lega karena tidak ketahuan.
Kainoa yang mendengar ucapan Luna, sontak mengerutkan keningnya bingung. Mereka berdua sepertinya takut jika orang-orang tadi mengetahui apa yang mereka sembunyikan, tapi apa? Tanya Noa dalam hatinya. Bukankah mata Achassia memang benar-benar berwarna hitam? Hal itu terus menjadi pertanyaan pada hatinya.
"Nggak lega gue. Pengen gue cakar tuh pala botaknya." Ucap Anya menghentakkan kakinya kesal.
"Gue balik duluan." Ucap Acha.
"Katanya pulang bareng?" Tanya Luna yang sudah mulai cemberut.
"Ayo, gue anterin." Sahut Anya, tadi mereka sudah berencana untuk pulang bersama.
"Nggak usah." Tolak Acha, tiba-tiba ia punya firasat tidak enak yang entah apa itu.
"Ca." Baru saja Anya memanggil nama Acha, tapi gadis itu sudah memberikan tatapan tajam padanya.
Anya dan Luna menghela nafas pasrah, jika sudah seperti ini mereka tidak akan bisa memaksa Acha.
"Anak pintar." Ucap Acha seraya menepuk pelan kepala Anya dan Luna bergantian, membuat kedua gadis itu mendengus.
"Habis ini langsung pulang." Lanjut Acha membuat kedua gadis itu mengangguk.
Acha pergi lebih dulu meninggalkan mereka, ia yakin Anya dan Luna tidak akan pernah berani mengikutinya. Gadis itu berjalan sendirian, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depannya. Tidak lama setelah itu Alin keluar dari mobil bersama ketiga gadis yang tidak Acha kenal. Bukankah teman Alin adalah Tania dan Dara? Tapi kenapa sekarang Alin bersama orang yang berbeda? Tanya Acha dalam hatinya.
"Udah gue peringatin Lo buat nggak deketin, Noa. Lupa Lo? Atau emang sengaja?" Tanya Alin dengan tatapan permusuhan.
"Lo nggak bisa lihat atau emang sengaja nolak kenyataan?" Tanya Acha balik membuat Alin mengerutkan keningnya bingung.
"Maksud Lo apa hah?" Tanya Alin.
"Kenyataan kalau Noa yang deketin gue dan bukan gue yang deketin Noa." Ucap Acha mengangkat sebelah alisnya.
Hal itu sontak membuat darah Alin mendidih menahan kesal dan emosi. Awalnya ia ingin menindas gadis di depannya ini, tapi kenapa malah ia yang di permalukan.
"Bangsat! Berani banget Lo ngomong kaya gitu sama gue!" Bentak Alin hendak menampar Acha, tapi gadis itu segera menghindar.
"Udah kan? Gue mau lewat." Kata Acha santai, ternyata benar firasatnya tadi jika akan ada hal yang terjadi.
"Apa yang Noa kasih buat Lo tadi? Kasih ke gue." Ucap Alin mengadahkan tangannya, ia berusaha merebut barang yang Kainoa berikan pada Acha.
"Lo mau berang bekas gue? Kalau mau sih gapapa, nih buat Lo aja." Balas Acha seraya membuka tasnya mencari kotak yang Kainoa berikan padanya tadi.
Mendengar apa yang Achassia katakan, Alin merasa dirinya semakin di injak-injak oleh gadis itu. Ketiga teman barunya juga sampai tidak bisa berkata-kata karena mereka baru mengetahui jika gadis yang bahkan tidak pernah berbicara dengan siapapun kecuali kedua sahabatnya, ternyata mempunyai nyali dan tidak mudah di tindas. Mereka pikir itu hanya rumor saja, tapi saat mengetahui hal itu mereka jadi kehabisan kata-kata.
"Gue nggak butuh, lagipula gue masih mampu beli sendiri, nggak kaya Lo harus di kasih dulu." Ucap Alin yang sudah kepalang kesal juga malu.
"Ohh, gapapa sih kalau nggak mau. Kalau gitu gue duluan." Ucap Acha kembali menutup tasnya. Setelah itu ia pergi meninggalkan Alin dan teman-temannya barunya.
arkhan emang kakak yang sangat menyayangi adik nya😍🥰