Pergolakan bathin , antara dendam dan kebenaran seorang anak manusia di masa itu.
Dengan segala kelemahan nya yg membuat diri nya terasa begitu di rendahkan oleh orang sekelilingnya.
Bahkan tanpa kemampuan apa pun , ia amat begitu menderita.
Hingga pada waktu nya , diri nya menemukan keberuntungan yg tidak terhingga,.
Apa yg selanjut nya terjadi ,,..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zakaria Faizz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#2 Pendadaran di Pajang.
" Baik Bu !" sahut Danurwedha.
Ia pun mempersiapkan seperlu nya saja saat akan berangkat ke kotaraja Pajang.
Hanya beberapa lembar pakaian yg ia bawa dan di masukan dalam buntelan.
Malam itu bocah yg sudah beranjak remaja ini pun sangat sulit untuk memicingkan mata nya , ia masih berpikir mengenai keadaan di kotaraja Pajang yg kini menjadi pusat pemerintahan setelah menggantikan demak yg tèlàh runtuh tersebut.
Pada ke esokan pagi nya Danurwedha terlihat terburu-buru bangun.
Ia memang takut ketinggalan , sebab ke berangkatan mereka kali ini dari Kademangan Prambanan menggunakan dua buah pedati yg akan mengangkut mereka.
Setelah berpamitan dengan ibunda nya, remaja itu pun bergegas menuju rumah Ki Demang.
Ia di lepas oleh Bu Sumi , ibunda nya dengan linangan air mata.
Bagaimana hati perempuan paruh baya ini tidak kan sedih, putra semata wayang akan pergi merantau ke kotaraja demi sebuah keinginan untuk menjadi seorang prajurit.
Pergi lah nak!, doa ibu menyertai mu, semoga keinginan mu akan tèrkabul dan kesampaian seperti bapak mu, menjadi prajurit yg setia dan bela akan negeri nya, ungkap Bu Sumi sambil melepas kepergian sang putra.
Danurwedha yg berjalan cepat dalam sekejap saja telah tiba di rumah Ki Demang.
Di lihat nya semua calon prajurit yg berasal dari kademangan nya ini telah berkumpul.
Ia pun turut menggabungkan diri di dalam kelompok itu.
Barù setelah Ki Demang dan Ki Jagabaya secara bergantian memberikan sesoràh serta nasehat , para pengawal kademangan ini pun di berangkatkan dengan menggunakan dua buah pedati yg di tarik oleh dua ekor sapi.
Danurwedha mendapatkan bagian pada pedati yg kedua.
Ķe berangkatan para pengawal kademangan ini terlihat sangat lamban, sebab jalan nya pedati memang cukup lambat.
" Hehh, mending kita berjalan kaki saja !" celetuk salah seorang pengawal kademangan yg ada duduk bersama Danurwedha.
" Benar yg kau katakan itu Yu, lebih cepat berjalan daripada harus naik pedati seperti ini " balas teman nya.
Saat ìtu tubuh mereka tampak tergoncang dengan cukup hebat karena jalanan yg berlobang-lobang.
Hingga malam.tiba , perjalanan dari rombongan pengawal kademangan ini belum lah terlalu jauh.
Malam itu mereka menginap di dekat sebuah ara-ara yg tidak terlalu luas.
Dan keadaan nya pun tampak aman, mereka secara bergantian berjaga nya.
Pada ke esokan hari nya perjalanan di lanjutkan, dan jalanan pun semakin baik sehingga jalan nya pedati pun semakin lancar.
Pada malam berikut nya pedati yg membawa rombongan yg akan mengikuti jalan nya pendadaran sebagai seorang prajurit ini pun sudah mendekati kotaraja Pajang.
Meskipun keadaan telah gelap, masih banyak juga orang-orang yg berlalu lalang , utama nya dengan mempergunakan kuda sebagai tunggangan nya.
" Aku ingin seperti mereka itu," ser6 salah seorang yg ada di dalam rombongan itu ketika ada se rombongan prajurit Pajang yg seperti nya akan nganglang guna menjaga keamanan kotaraja tersebut.
Danurwedha yg lebih banyak diam pun melihat ke arah para prajurit yg tengah lewat tersebut.
Bahkan ketika untuk kedua kaĺi nya mereka berpapasan dengan se rombongan pasukan berkuda yg agak lebih banyak jumlah, pedati ini pun di minta untuk berhenti oleh sang pemimpin nya.
" Hendak kemanakah tujuan kalian ini ?" tanya salah seorang prajurit kepada sang kusir pedati.
" Kami akan menuju kotaraja " jawab kusir tersebut.
" Mengapa membawa banyak penumpang, apakah mereka ini akan bekerja di kotaraja ?" tanya nya lag
" Tidak,.mereka akan mengikuti pendadaran guna menjadi seorang prajurit " jelas sang kusir pedati.
" O !, asal kalian darimana ?" tanya prajurit itu lagi.
" Kami berasal dari kademangan Prambanan " jawab si kusir.
" Apakah tidak sebaik nya menjadi seorang prajurit di mataram saja, bukan kah saat ini mataram pun telah mulai pendadaran guna menjadi seorang prajurit di sana, apalagi Prambanan lebih dekat kepada mataram,..ha,.ha, ha,." seru prajurit itu sambil tertawa.
Sementara semua orang yg berada di dalam pedati ini pun terdiam, mereka memang tidak banyak mengetahui keadaan yg tengah terjadi, terutama mengenai hubungan antara Pajang dan Mataram.
" Ki Lurah, sebaik nya kita lanjutkan perjalanan, nanti kita akan datang terlambat di macanan " ucap salah seorang prajurit guna mengingatkan teman nya itu.
Baru lah para prajurit Pajang ini pun bergerak meninggalkan rombongan yg di bawa pedati dari Prambanan.
Rombongan dari Prambanan ini pun bergerak kembali menyusuri jalanan hingga tiba di depan pintu gerbang kotaraja pada saat malam telah pada puncak.
Terdengar kentongan yg bernada dara muluk saling bersahut-sahutan, memecah keheningan malam.
Mereka terus saja masuk ke dalam kotaraja , setelah sebelum nya melapor kepada para prajurit jaga.
Begitu mendekati pintu gerbang istana dimana bangsal keprajuritan berada , rombongan ini pun kembali melapor , mereka di terima pada sebuah bangsal yg memang di peruntuk kan sebagai tempat penampungan calon prajurit.
Meskipun malam sudah sangat larut , tetap saja salah seorang yg bertugas disana menerima kehadiran rombongan tersebut.
Begitu para pengawal kademangan ini masuk ke dalam bangsal tersebut, mereka mendapati tempat itu hampir penuh.
Sudah sangat banyak penghuni nya yg umum nya datang dari tempat yg cukup jauh.
Danurwedha terlihat sangat kiku mnedapati banyak nya orang yg akan mengikuti pendadaran menjadi sorang prajurit tersebut.
Ia yg tidak biasa bertemu dengan banyak orang kembali menyendiri.
Di tambah pula , pada saat itu mungkin diri nya lah yg paling berusia muda, masih remaja.
Tetapi meski dengan demikian, ia memantapkan hati nya untui tetap dapat mengikuti pendadaran tersebut.
Aku harus menjadi seorang prajurit seperti bapak ku itu kata nya dalam hati.
Pada ke esokan pagi nya , semua calon prajurit yg akan mengikuti pendadaran itu di kumpulkan oleh salah seorang perwira tinggi di dalam keprajuritan Pajang, ia bernama Tumenggung Wirapralaya.
Sebagai penanggung jawab pada bangsal calon prajurit ini, Tumenggung Wira Pralaya melaporkan semua kegiatan nya kepada salah seorang pejabat tinggi kerajaan Pajang yg bernama Ngabehi Raden Mas Manca dan juga Ngabehi Raden Mas Wuragil.
Kedua orang ini lah yg menjadi kepercayaan dari kanjeng Sultan dalam membentuk sebuah pasukan yg kuat di Pajang sepeninggal dari Ki Gede Pemanahan, Ki Juru Martani dan juga Ki Penjawi.
Saat mentari telah menggatalkan kulit, Ngabehi Raden Mas Manca pun tiba di alun-alun kotaraja guna meninjau langsung keadaan peserta calon pendadaran kali ini.
Ia di dampingi oleh saudara seperguruan nya Ngabehi Raden Mas Wuragil.
" Dua hari lagi kita akan melakukan pendadaran ini, karena masih menunggu beberapa utusan dari beberapa kadipaten juga kademangan " sebut Ngabehi Raden Mas Manca pada saat memberikan se sorah di hadapan para calon prajurit tersebut.
Yang mendengarkan nya hanya diam saja, seolah kata-kata dari pejabat tinggi kerajaan Pajang ini memang mengandung sebuah ilmu.
Ia tidak hanya bicara dengan suara yg lantang tetapi memang sangat cukup jelas , di sebabkan seluruh peserta calon prajurit ini tengah terdiam semua nya tanpa ada yg mengeluarkan sepatah kata.
Ngabehi Raden Mas Manca menetapkan tiga tahapan yg akan di lalui oleh para peserta calon prajurit ini, mulai dari ketangkasan, baik dalam hal menunggang kuda , memanah juga mempergunakan tombak sebagai senjata nya.
Pada tahapan kedua , seluruh peserta akan di lepaskan di hutan terdekat guna dapat membunuh salah seekor binatang buas, entah itu macan, banteng atau apa pun itu.
Baru pada tahapan berikut nya ,setiap calon peserta akan di adu dengan yg lain nya, dan pada tahapan akhir ini, bagi pemenang nya akan secara langsung dapat menjadi seorang prajurit , karena telah menyelesaikan seluruh tahapan dengan sempurna.
Bagi yg gagal, masih ada kesempatan untuk mereka dapat menjadi seorang prajurit, asalkan mereka dapat menunjuk kan kemampuan nya yg lain.
Demikian lah beberapa tahapan yg telah di susun oleh Ngabehi Raden Mas Manca dan juga Ngabehi Raden Mas Wuragil.
Sebenar nya mereka akan lebih memperketat penyeleksian calon prajurit kali ini , itu semua di sebabkan oleh karena banyak nya peserta yg mengikuti nya.
Namun kegembiraan terlihat jelas di wajah para pembesar kerajaan Pajang ini.
" Ternyata masih banyak juga yg tetap setia kepada Kanjeng Gusti Sultan Hadiwijaya, adi Wuragil," ujar Ngabehi Raden Mas Manca kepada Ngabehi Raden Mas Wuragil.
" Benar kakang, meskipun saat ini Pajang telah di tinggalkan oleh beberapa orang yg menyebrang ke pedukuhan alas mentaok itu, tetapi kotaraja Pajang ini memang masih memiliki magnet tersendiri yg dapat menyedot kedatangan lebih banyak lagi orang kemari " ungkap Ngabehi Raden Mas Wuragil.
Kedua nya memang sangat senang melihat banyak nya peserta , calon prajurit yg akan mengikuti pendadaran kali ini.
dan pada akhirnya jadi prajurit mataram
nggak sabar juga nunggu kedatangan si alap alap hitam dan ingin tahu bagaimana aksinya