bahagia ketika mendapatkan Uang banyak, pura-pura polos dan menyamar menjadi manusia biasa, tinggal di jalan yang sangat sepi di bawah kaki gunung.
namun siapa sangka di balik semua itu ternyata semuanya hanyalah Acting semata yang sedang di lakukannya karena dia merasa gabut, sebab berdiri sendiri di puncak kekuatan tanpa adanya musuh yang bisa menandinginya. semua yang dia lakukan hanyalah Acting.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
membunuh ular
Dengan cepat dika dan bella langsung menatap ke pinggiran jalan yang gelap, memandangi seekor ular hitam besar yang sedang menggeliat menuju rumah yang mereka tinggali.
Baik mereka bertiga maupun penjaga yang ada di sini berkeringat dingin, ular inilah yang membunuh orang orang mereka kemarin malam dan kini datang lagi.
Di tengah suasana yang sangat tegang seperti ini siapa kira seorang pria dengan sepeda motornya melintas.
Kiiikkk!!!
Pria itu langsung mengerem ketika melihat ada ular besar yang melintas berada di depannya.
"Tidak! Siapa itu? Dia akan mati bila tidak segera pergi!" Ucap sutopo dengan panik ketika melihat pengendara motor itu berhenti.
Pengendara motor itu tidak lain tidak bukan adalah Arjuna.
"Sialan! Ada ular di perumahan mewah?! Kalau di biarkan ular ini bisa meneror warga!" Ucap Arjuna yang langsung turun dari motornya.
Melihat Arjuna yang turun dari motornya bella langsung berucap, "orang gila! Dia berani sekali turun dari motornya, dia akan mati!"
Arjuna mengambil sebuah batu besar yang berada di pinggiran jalan.
Dika segera mengetahui niat bodoh pria itu, "bodoh! Dia ingin melawan santet ular hanya dengan batu?!"
Tentu saja arjuna tidak menyadari kalau dia sedang di amati dari rumah besar itu, setelah dia mengambil batu itu dia langsung membantingnya ke kepala ular itu.
Baik bella, dika, sutopo dan semua penjaga di rumah itu yang sedang menyaksikan Arjuna menjatuhkan rahang mereka dengan ekspresi terkejut.
Mereka melihat santet ular yang sangat mengerikan itu mencoba kabur dari pria muda itu.
"Mau kabur ya kamu!" Arjuna segera mencari batu lainnya dan langsung melemparkannya dengan sekuat tenaga ke ular itu.
Sutopo mengucek matanya, "apakah aku tidak salah lihat?" Ucapnya dengan nada bergetar.
"Apakah dia baru saja memukul ular santet itu?" Tanya dika dengan nada penuh terkejutan.
Bang!
Arjuna kembali mengangkat batu dan melemparkannya ke ular itu, bahkan tidak sampai di situ Arjuna mengambil sebuah tongkat kayu yang secara kebetulan tergeletak di tanah.
Bang!
Bang!
Arjuna tanpa ampun memukuli ular itu, hingga ular itu terlihat sekarat.
"Ini benar benar aneh, mengapa ular ini tidak kunjung mati?" Ucap Arjuna dengan heran ketika melihat ular itu berdarah namun tidak kunjung mati.
"Eh?" Arjuna tersentak kaget saat tiba tiba ular itu mulai menuju ke atah selokan dan berusaha kabur dari Arjuna.
"Aku tidak akan membiarkannya!"
Kepala ular itu sudah memasuki seolak namun tidak dengan tubuh dan ekornya.
Arjuna kemudian mengambil sebuah belati berkarat dari saku celana panjangnya, tanpa basa basi lagi arjuna langsung menusukan belati itu ke tubuh ular itu.
Crok!
Suaranya sangat keras dan darah mengucur dari luka itu.
"Loh? Masih belum mati juga?" Tanya Arjuna dengan heran. Kemudian Arjuna kembali menusukan belati berkaratnya untuk yang kedua kalinya.
Ketika Arjuna mencabut belatinya ular itu langsung pergi masuk ke dalam selokan, dan mustahil untuk bisa arjuna tangkap.
Namun arjuna sendiri sama sekali tidak merasa sedih pada saat ini, dia yakin sekaoi ular itu akan segera mati, bagaimana pun juga ular itu sudah terluka parah dan mendapatkan dua kali luka tusukan yang sangat fatal.
Manusia saja bisa mati apabila terkena dua kali tusukan, apalagi ini hanya ular.
Beberapa menit sebelum ini, di tengah alas roban kabupaten batang jawa tengah, terdapat sesajen lengkap dengan bunga setaman dan ayam cemani, ada seorang nenek tua keriput yang sedang duduk di depan sesajen itu.
Ugh!
Tiba tiba nenek tua itu memuntahkan seteguk darah segar, dia membuka matanya dengan ekspresi ketakutan, "siapa yang memukuli ular santetku?" Ucapnya dengan ngeri ketika merasakan ular santetnya di pukuli oleh seseorang.
Dengan cepat dia mengontrol ular santetnya agar kabur dan menuju ke selokan.
Ugh!
Tiba tiba darah mengucur dari dadanya, seplah ada yang menusuknya, "si.. siapa kamu? Mengapa kamu bisa menyerangku melalui santetku!" Ucap nenek tua itu dengan ekspresi ngeri, sebab dia mengetahui betul orang yang bisa memukulinya melalui media santet pasti bukanlah sosok biasa.
Ugh!
Sebuah lubang kembali muncul di dadanya, "ampun, ampuni aku tuan sakti! Saya salah, saya salah!" Ucapnya sambil tersungkur di tanah dan memegangi kedua lubang di dadanya.
Tidak lama kemudian dia kejang kejang dan mati begitu saja.
Kembali ke perumahan intan, arjuna kembali menyimpan belati berkarat miliknya dan menaiki motornya untuk meninggalkan tempat ini.
Tiba tiba dari arah rumah besar rombongan orang langsung berlari ke arahnya, "tuan, mohon berhenti tuan!"
"Tuan, mohon berhenti sejenak tuan!"
Arjuna termenung saat mendengar teriakan dari orang orang aneh ini, arjuna mencoba untuk menoleh kebelakang namun sayang sekali tidak ada orang di sana.
"Kalian memanggilku?" Tanya Arjuna dengan bingung.
"Benar Tuan, kami ingin mengucapkan terimakasih karena telah membunuh ular itu!" Ucap dika kepada Arjuna.
"Ah sama sama, aku kira kenapa. Memang ular seperti itu sangat membahayakan dan sering membawa teror! Oleh karena itu kalau bertemu lebih baik segera di bunuh!" Ucap Arjuna.
Sutopo menyahut, "ular itu kemarin sudah mengambil banyak sekali korban di rumah ini, oleh karena itu kami benar benar berterimakasih kepada anda, tuan!"
Arjuna sedikit heran pada saat ini, orang orang ini berterimakasih karena dirinya mengusir ular itu sangat wajar. Namun anehnya mengapa mereka memanggil Arjuna dengan gelar tuan? Ini terdengar sangat aneh.
"Panggil aku dengan Arjun!" Ucap Arjuna.
"Ka.. kami tidak berani, Tuan." Ucap dika.
Arjuna mengedutkan matanya, "apakah begini cara orang orang kaya berterimakasih? Memanggil seseorang yang berjasa dengan sebutan Tuan?" Ucap Arjuna dalam hatinya.
"Tunggu, aku hanyalah orang biasa, aku bukanlah pawang ular, kalian jangan memanggilku seperti ini!" Ucap Arjuna dengan heran.
"Tapi saya ti--" sebelum dika menyelesaikan kalimatnya sutopo langsung menyela, "baik pak Arjuna, apakah kami boleh memanggil anda dengan sebutan, pak?"
Arjuna menganggukan kepalanya, "itu malah terdengar lebih baik!" Ucap arjuna.
Kemudian Dika langsung berbisik kepada sutopo, "ayah, mengapa kita memanggilnya dengan sebutan pak? Bukankah itu terdengar sangat tidak sopan?"
"Sstt! Kamu harus tahu, sepertinya Tuan Arjuna ini adalah tuan yang sedang ingin membaur bersama dengan masyarakat biasa. Olh karena itu sebisa mungkin kita harus memperlakukan Tuan Arjuna layaknya masyarakat biasa." Bisik sutopo.
Dika sedikit terkejut dengan apa yang di ucapkan oleh ayahnya, kini dia tahu mengapa Tuan Arjuna berpakaian layaknya masyarakat biasa dan tidak ingin di panggil Tuan ternyata Tuan Arjuna adalah sosok sakti yang sedang ingin menjalani kehidupan menjadi masyarakat biasa.