Secret Wedding ( Jimmy & Alisa )

Eva menatap sahabatnya dengan tatapan aneh, lalu kemudian mengulurkan sebuah kaca kecil dan selembar masker. Alisa yang tak mengerti tentu saja terheran, untuk apa kaca dan masker?

"Ngaca dulu." Meski belum sepenuhnya paham, Alisa melakukan apa permintaan sahabatnya, dia mengarahkan cermin kecil itu ke wajahnya, dan seketika itu juga melotot saat melihat bibirnya membengkak. 

Akhirnya dia tahu alasan kenapa Eva memberi nya masker. Buru-buru Alisa mengambil masker dari tangan sahabatnya lalu memakainya. 

"Makasih ya Va."

"Siap, sama-sama. Apa sih yang enggak buat temen gue." Jawab Eva, dia menarik tangan sahabatnya ke kelas karena sebentar lagi jam pelajaran terakhir akan di mulai.

Denis dan Harry saling melempar tatapan, keduanya heran melihat Alisa yang tiba-tiba saja memakai masker, padahal tadi dia baik-baik saja.

"Kenapa Lo?" Tanya Denis.

"Sariawan, bibir gue bengkak." Jawab Alisa sekena nya.

"Sariawan ya? Perasaan tadi baik-baik aja."

"Gak sengaja ke gigit tadi di lapangan pas nonton basket, iya kan bestie?" Bukan Alisa, tapi Eva yang menjawab. Merasa dapat bantuan, Alisa pun mengangguk cepat membenarkan. 

"Tumben amat Lo ke lapangan basket, ngapain?"

"Nonton Jimmy tanding sama kelas sebelah." Jawab Alisa santai, sambil mengunyah kuaci. 

"Cihh, lama-lama Lo jadi cinta sama tuh cowok. Inget, dia musuh Lo, Lis." Ucap Denis, membuat Alisa menghela nafas berat.

"Gak tau juga, liat aja ke depan nya kek gimana." Jawab Alisa, membuat Denis menatap teman nya itu dengan tatapan sendu. 

"Maksud Lo?" Tanya Harry.

"Jodoh orang kagak ada yang tau kan? Bisa aja hari ini kita musuhan, ehh besok nya nikah kan kita gak tau masa depan itu kek gimana." Jawab Alisa. Itulah yang dia alami bersama Jimmy.

Mana dia tahu kalau ternyata papa nya dan papa Jimmy itu berteman dan konyol nya lagi mereka sepakat untuk menjodohkan putra putri mereka agar bisa berbeda, dengan begitu hubungan dua keluarga itu akan semakin dekat.

Dia benar-benar shock saat tahu bahwa pria yang di jodohkan dengan nya adalah Jimmy, musuh bebuyutan nya di sekolah. Itu bukan sebuah rahasia lagi, jika bertemu saja mereka pasti bertengkar. Seperti kucing dan anjiing yang tak pernah akur, tapi kenyataan nya mereka malah menikah, konyol bukan?

Kemarin dia bertengkar dengan Jimmy dan keesokan lusa nya dia sah menjadi istrinya. Lebih parahnya lagi, Jimmy juga menjadi suaminya. 

"Bisa darah tinggi sih kalo punya laki macam si Jimmy." Celetuk Harry membuat lamunan Alisa buyar. 

"Nah ini juga, gak ada yang tau kan. Gimana kalo semisal nya Jimmy tuh berubah? Hati orang gak ada yang tau lah." 

"Kok Lo kayak ngebelain si Jimmy sih? Udah kena peletnya ya?" Tanya Denis ketus. 

"Lo juga, kenapa ketus amat sama gue? Gue punya salah sama Lo atau gimana sih?" Balik tanya Alisa pada Denis. 

"Bukan gitu, Lis.."

"Dahlah, gue paling gak suka sama orang yang tiba-tiba marah tanpa alesan jelas." Jawab Alisa, dia berbalik dan menghadap ke depan. 

Tak lama kemudian, guru yang akan mengajar datang ke kelas. Dia menggelengkan kepala nya pelan saat melihat kursi yang biasa di duduki Jimmy dan teman-teman nya kosong.

"Jimmy, Farhan, Dery, Dian, bolos lagi?" Tanya guru itu.

"Maaf kami terlambat.." ucap Jimmy dari ambang pintu, dia masuk dengan langkah santai nya. Seperti biasanya dengan wajah datar dan kedua tangan yang di masukan ke dalam saku, di ikuti teman-teman nya yang tadi disebutkan guru. Lalu duduk di kursi mereka masing-masing. 

Alisa melirik sekilas ke arah Jimmy, pria itu hanya tersenyum tipis lalu kembali berjalan pelan menuju kursi nya.

"Baiklah, kita mulai pelajaran hari ini. Buka buku halaman 124."

Pelajaran pun di mulai, Alisa menyimak penjelasan guru itu dengan seksama. Dan setelah dua jam kemudian, bel pulang pun berbunyi, dengan ini selesai sudah pelajaran hari ini.

"Baiklah, pelajaran hari ini selesai. Untuk tugas harian, kerjakan esai di halaman 156-158, di kumpulkan lusa ya." 

"Baik Bu." Jawab murid-murid dengan serempak, ibu guru itu pun keluar dari kelas. 

"Buset, tugas nya banyak bener anjirr." Keluh Eva. 

"Cuman 3 halaman doang bestie, semangat ya."

"Cuma? Lo bilang cuma? Otak Lo encer ya tenang, lah otak gue yang beku kayak es ini gimana?" Ucap Eva lemas sambil menelungkupkan wajah nya di meja.

Alisa hanya tersenyum sambil mengelus punggung sahabatnya, tiba-tiba saja ada yang menarik seragam nya dari belakang.

"Jimmy.."

"Balik." Ajaknya, Alisa pun mengambil tas nya dan mengikuti langkah suaminya.

"Gue duluan ya, Babay. Sampai jumpa esok.." ucap Alisa sambil melambaikan tangan nya ke arah tiga teman nya.

Eva membalas lambaian tangan sahabatnya dengan antusias, dia ikut senang saat melihat Jimmy mulai protektif pada Alisa, itu tandanya hubungan mereka sudah membaik dan ada kemajuan.

"Sekarang, Alisa deket sama Jimmy ya. Bahkan dateng sama pulang barengan terus." Ucap Harry.

"Ya itulah, kalau kata orang tua tuh jangan suka bertengkar terus nanti sayang." Jawab Eva sambil mengendikan bahu nya. Sedangkan Denis hanya diam.

"Balik yuk, gue laper pengen makan bakso."

"Skuy, Lo ikut kagak?" Tanya Harry.

"Duluan aja, nanti gue nyusul."

"Oke, jangan lama-lama ntar kesambet setan kelas kosong." Ucap Eva, dia pun pergi bersama Harry. 

Denis melamun, dia merenungkan perubahan sikap Alisa beberapa hari ini. Dia cenderung menjauh dan lebih memilih dekat dengan Jimmy, bahkan saat dia menawari nya untuk pulang bersama, Alisa menolak dengan alasan rumah mereka tidak searah sekarang, karena dia tinggal di rumah sepupu nya.

Tapi, setelah dia menunggu beberapa saat ternyata Alisa pulang bersama Jimmy. Ada apa sebenarnya antara kedua nya? Jimmy yang biasa nya selalu bertengkar dengan Alisa pun kini berubah, apa mereka sudah berdamai. 

"Ini yang gue takuti Lis, gue terlalu berharap dan ini yang gue dapat." Gumam Denis. 

Kata orang-orang, tak ada pertemanan antara gadis dan pemuda tanpa melibatkan hati, entah yang satunya ngarep atau yang satunya tidak peka, tetap saja akan ada sedikit perasaan yang di timbulkan karena kedekatan sebagai teman, dan itulah yang di rasakan Denis.

Dia memendam sendiri perasaan nya pada Alisa, karena tak ingin merusak pertemanan mereka. Tapi melihat gadis impian nya dekat dengan laki-laki lain, dia sungguh tak siap. 

.......

🌻🌻🌻🌻🌻