Nalendra, I Love You

Jika Nalendra tengah berniat mencari keberadaan Ayra sekarang. Disisi lain, Ayra baru saja bangun tidur. Cukup siang Gadis itu terbangun, Maklum mungkin karena tidur jam tiga pagi.

Terlebih, Ayra sempat menangis sampai matanya bengkak. Begitu bangun, Ayra langsung di suguhkan oleh sarapan pagi ini.

Reta temannya sudah memasak dan semuanya hampir siap tinggal makan saja. Ayra duduk di salah satu kursi disana. Reta yang melihat kedatangan Ayra pun hanya tersenyum.

Gadis itu sempat menghela nafas panjang. Tatkala matanya melihat penampilan Ayra yang sangat cukup berantakan. Wajahnya kusut, Rambutnya acak-acakan, Matanya juga sembab.

Sedikit banyak tau Reta tentang hubungan Ayra dengan Artis terkenal itu. Sebagai teman, Reta hanya bisa memberi nasehat.

"Kau sudah bangun.."Ayra menatap temannya itu. Sungguh sebenarnya ia merasa sangat lelah sekali. Tapi mau bagaimana lagi, Ia harus pekerjaan baru hari ini. Jika tidak, uang yang ia pegang akan keburu habis.

"Aku akan mencari kerja hari ini.."Reta yang sedang mengambilkan piring untuk sarapan keduanya kini menghentikan pergerakannya.

"Secepat itu? Kenapa tidak istirahat saja dulu.. Jernihkan pikiran mu.."Ayra menggelengkan kepalanya.

"Tidak, Aku harus mencari kerja dulu..

"Ya ...itu terserah kau saja.. Tapi kenapa kau tidak kembali ke hotel saja. Dini dan ketiga temannya sudah di pecat oleh Nona Lexine karena kejadian waktu itu.."Ayra mengerjab pelan. Sungguh ia merasa terkejut.

"Tidak Reta.. Aku ingin mencari pekerjaan lain saja.. Ohya? Kau punya sepatu tidak.. Sepatuku tertinggal di apartemen.."Ucapnya berbohong. Padahal sepatu itu buks6n tertinggal tapi memang sengaja di tinggal.

"Ada.. Aku punya tiga pasang sepatu.. Tapi sepatu biasa ya.. Tidak mahal seperti punya mu itu.."Jawab Reta merendah. Karena sepatu miliknya memang hanya seharga pasaran tidak seperti milik Ayra. Menurut Reta sendiri.

"Mau mahal mau murah yang penting bisa di pakai Ta..

"Baiklah, Sebentar lagi aku ambil sepatunya.. Mending sekarang kita sarapan dulu.. Akupun juga harus kerja setelah ini..

Kedua gadis itu memulai sarapannya bersama. Ayra menatap menu makanan yang tersaji di atas meja itu. Pasalnya makanan yang Reta masak bukan menu biasa Melainkan menu yang sangat mewah.

Ayra memang dekat dengan Reta, Tapi ia tidak sedekat itu yang harus tau semua tentang gadis itu. Reta gadis yang cantik, Wajahnya imut, Matanya bulat hidungnya mancung. Kulitnya putih mulus, Rambutnya lurus dan hitam seperti sering melalukan perawatan.

Jika di pandang-pandang, Reta tidak pantas bekerja sebagai karyawan Bersih-bersih di hotel. Gadis itu lebih pantas menjadi seorang putri orang kaya.

Usai sarapan dan seperginya Reta berangkat kerja. Kini, Ayra pun juga akan berangkat mencari pekerjaan. Jujur sebenarnya gadis itu tengah berada dalam dilema sekarang.

Ia takut apabila keluar mencari pekerjaan, Bagaimana jika ia bertemu dengan Nalendra? Bagaimana jika pria itu marah-marah lagi seperti semalam? Ayra belum siap untuk itu..

"Ya gapapa lah kalo emang bertemu.. Bismillah aja.."Ayra akhirnya mendekat ke arah rak sepatu dimana Reta meletakkan sepatunya.

Gadis itu terdiam. Reta bilang sepatunya hanya sepatu pasaran biasa, tapi ini? Sepatu yang hendak ia pakai nyatanya bukan sepatu biasa seperti yang di katakan Reta tadi.

"Sebenarnya siapa sih Reta itu... Apa jangan-jangan sebenarnya dia itu orang kaya ya.. Tapi kok? Ah udahlah.."Ayra tak ingin pusing memikirkan itu. Yang terpenting sekarang ia harus mencari kerja. Perkara nanti bertemu dengan Nalendra, Itu urusan nanti saja.

.

.

.

Usai sarapan pagi di apartemen. Nalendra segera pergi untuk mencari Ayra. Pria itu yakin jika gadis itu masih ada di sekitaran kota itu. Memangnya mau kemana dia? Ayra pernah bercerita tentang silsilah keluarganya. Gadis itu mengatakan jika dia tidak akan kembali pulang ke rumahnya.

Terlebih, Nalendra menyaksikan sendiri bagaimana sikap Adik tiri gadis itu beberapa tempo lalu. Dan semua yang di katakan Ayra memang sangat benar apa adanya.

"Kemana lagi aku mencari mu.. Ayolah Ay.. kembali.. " Nalendra hanya ingin mengatakan hal penting kepada gadis yang begitu mirip dengan mendiang kekasihnya itu.

Selain meminta maaf, Nalendra juga ingin mengungkapkan perasaannya yang selama ini tidak ia sadari sama sekali. Nalendra juga berharap semoga Ayra memberinya kesempatan.

Niat Nalendra sudah bulat. Pria itu harus benar-benar bisa melupakan masa lalunya dan membuka lembaran baru. Ia janji setelah dirinya bertemu dengan Ayra, Pria itu akan menjadikan gadis itu satu-satunya cintanya.

Mungkin saja kisah cintanya tidak seperti sang Daddy melainkan mirip seperti kisah cinta Uncle Leon. Hanya situasinya saja yang berbeda..

"Halo.."Sahut Nalendra saat pria itu mendengar dering di ponselnya.

"Kau benar-benar tidak datang hari ini..?

"Tidak bisa Bi.. Maaf hari ini aku sibuk..

"Haaahh...Kau ini kebiasaan, Jangan campur adukkan urusan pekerjaan dan Pribadi Enda...

"Aku tidak mencampur adukkan urusan pekerjaan dan Pribadi. Jadwalku sekarang memang tidak ada.. Jikapun ada hanya sebentar.. Sudahlah. Aku sibuk...

Tuutt...

Panggilan terputus. Nalendra terus mengendarai mobilnya pelan-pelan siapa tau ia bertemu dengan Ayra. Putra dari Tuan besar Alvaro Winanda itu juga mematikan ponselnya agar tidak ada satupun yang mengganggu nya. Fokus pria itu ialah mencari Ayra.

"Kemana kau berada Ay.. Kau tidak mungkin meninggalkan ku kan?" Ya, Setakut itu Nalendra jika di tinggal. Ia pernah di tinggal pergi dan sekarang ia tak ingin hal serupa terulang kembali.

Di sela-sela kesibukannya mencari Ayra Kemana-mana. Nalendra ingat suatu tempat. Entah mengapa pria itu ingin mengistirahatkan tubuhnya sejenak.

Nalendra menghentikan mobilnya di salah satu taman di kota itu. Sebuah taman dimana Ayra berdiam diri ketika gadis itu sempat di usir dari kost-an nya.

Nalendra keluar dari kendaraan roda empat mewahnya dengan mengenakan Masker saja. Tidak seperti biasanya yang serba tertutup karena takut di serbu oleh Fans.

Pria itu celingak celinguk melihat sekeliling, Taman itu tidak terlalu ramai mungkin sebagian keluarganya banyak masih kerja.

"Disini panas juga ternyata.."Keluh Nalendra karena cuaca memang begitu panasnya. Nalendra lebih memilih berdiri di bawah pohon saja hingga matanya tak sengaja melihat sosok yang ia cari-cari sejak tadi duduk seorang diri di sebuah bangku panjang yang terletak di sana.

"Ayra...

.

.

.

TBC