NovelToon NovelToon
Hati-hati Dengan Keinginanmu

Hati-hati Dengan Keinginanmu

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Persahabatan / Kutukan / Romansa
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Palma Jebugan

Kisah cinta?
Bisa jadi.

Mistik?
Mungkin bisa dikatakan begitu.

Aneh?
Sudah pasti, tapi memang ini yang terjadi.

Akira, pria muda berusia 38 tahun yang sukses dalam setiap hal di hidupnya, yang malah membuatnya sedemikian bosan karena ketiadaan tantangan disana, terjebak dalam lingkaran kehidupan aneh yang terus saja melemparkannya ke berbagai jenis kehidupan lain tanpa mampu ia cegah.

Sementara ia terus belajar banyak hal mengenai beragam jenis kehidupan yang sebelumnya tak pernah ia mengerti atau bahkan perhatikan, Akira menemukan hal yang selama ini ia cari.

Hidup yang pernah ia miliki adalah yang terbaik, dan ia mulai merindukan dirinya sendiri dan semakin lama, semakin ia mencoba untuk kembali...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Palma Jebugan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Evil Mastermind

Pria itu, Tristan Hermawan, papa Anton, memang memiliki pesonanya sendiri. Memiliki tinggi badan diatas rata-rata dan kulit yang putih bersih menjadikan wajahnya yang tampan terlihat makin menarik. Dengan pola makan yang bagus dan latihan tanpa henti di gym-nya, membuat pria itu seakan menjadi magnet bagi kaum hawa. Apalagi menimbang kalau latar belakang pria ini juga tak sederhana, membuatnya bertingkah layaknya raja kecil yang doyan berfoya-foya dan gonta ganti pasangan sesuka hati. Mama Anton bisa dibilang sebagai salah satu korban pria ini. Hampir selama lima belas tahun waktu pernikahan mereka, wanita baik hati itu terus menahankan perasaan setiap kali suaminya membuat ulah. Hingga akhirnya ia tak tahan lagi dan mengajukan cerai ketika menemukan suaminya ternyata kembali memiliki selingkuhan gadis yang jauh lebih muda darinya setelah hampir empat kali pria itu meminta maaf setiap kali hal itu terjadi. Kenyataan bahwa kakek Anton, orang tua Tristan, mengusir dan mencoret nama pria itu dari daftar ahli waris adalah justru karena ini. Dari seorang pewaris kerajaan bisnis yang menghasilkan milyaran per tahun, Tristan ditinggalkan dengan gym sebagai satu-satunya pegangan hidup. Anton masih berusia lima belas tahun ketika hal ini terjadi, dan meski sebenarnya ia mengetahui sebab orang tua mereka bercerai, pemuda itu merasa sulit menerima itu dan membenci ibunya dengan seluruh kemampuannya. Ia menganggap ibunya adalah orang yang bertanggung jawab untuk membuat hidupnya jadi makin sulit.

Sayang Tristan sama sekali tak menyesali setiap kesalahan yang ia lakukan. Dengan menggunakan Anton sebagai alasan, ia meminta Aisya, mantan istrinya yang kemudian pindah ke Singapura dan memiliki usaha yang sukses, untuk mengirimkan uang sebagai biaya hidup untuk Anton, sementara ia terus saja meneruskan gaya hidup seperti sebelumnya dengan menggunakan uang wanita yang bahkan sudah bukan lagi istrinya hingga akhirnya Akira muncul dan menghuni badan Anton.

Sayang Akira tak mengetahui keseluruhan cerita ini. Jika saja ia mengetahuinya, mungkin rencana yang ia susun tak akan sekedar memberikan pelajaran yang sulit untuk dilupakan oleh Tristan. Ia pasti tidak akan ragu untuk menghancurkan pria itu sepenuhnya...

......................

Akira tersenyum sinis ketika dilihatnya sosok yang tengah asyik mengagumi keluasan area dan arsitektur bangunan yang memang seharusnya baru akan muncul sekitar delapan tahun dari sekarang itu. Kurang lebih ia bisa menduga apa yang dipikirkan oleh manusia tak punya otak ini.

"Selamat pagi, maaf, ini area tertutup dan selain pekerja, orang lain tidak diijinkan masuk kesini." kata Akira mantap.

Pria itu menoleh dan tersenyum lebar. Matanya yang licik bersinar penuh rasa gembira.

"Oh, kau sudah datang Nak. Hebat sekali tempat ini. Aku bangga padamu." tukasnya sambil merentangkan tangan lebar-lebar, seakan mengharap pelukan dari sosok anaknya itu.

"Kenapa?" jawab Akira sambil tersenyum dingin. Benaknya terus saja berteriak murka pada pria yang entah kenapa, menimbulkan rasa muak yang hebat ini, meski wajahnya tak menampakkan perubahan apapun.

Aku bangga padamu?

Kamu kira kamu itu siapa???

Tristan tertawa kecil. Ia terus saja melangkah selayaknya tengah menginspeksi lahan dan property yang ia miliki sendiri.

"Naluri usaha yang bagus, perencanaan yang super. Sungguh sebuah pencapaian yang sangat sulit. Sebagai papamu, aku bangga dengan itu." ucapnya dengan senyum lebar terpasang di wajah yang mungkin ia bayangkan sebagai ekspresi kebapakan yang akan meluluhkan hati anak manapun.

"Ehm, terima kasih. Seperti yang saya bilang tadi, tempat ini memiliki akses terbatas. Silahkan meninggalkan tempat ini." jawab Akira datar. Ia sama sekali tak menolak perkataan Tristan tentang ia yang mengaku sebagai papanya dan bangga atas itu. Itu bukan kesalahan sama sekali dan ia tak berhak melarang siapapun bangga terhadap berbagai hal.

"Oh, berbicara layaknya seorang pengusaha sejati." sahut pria itu sambil tertawa kecil dan membalikkan badan untuk mendekati Akira.

"Kulihat bangunan ini menggunakan kaca yang bening, kenapa tidak pakai kaca film? Akan kusuruh kawanku kesini untuk memasangnya untukmu." lanjutnya sambil berusaha untuk membarengi langkah Akira yang tengah bersiap untuk membuat para pekerja memulai tugas mereka yang tertunda karena kehadiran Tristan sebelumnya.

"Tidak perlu, terima kasih." jawab Akira singkat. Ia membiarkan saja Tristan berbicara sesuka hatinya ketika ia tengah memberikan instruksi-instruksi pada para pekerja setelah mengumpulkan mereka. Hanya saja, ketika berulang kali pria itu terus saja memotong dan merevisi perintah-perintah yang ia berikan pada para pekerja, akhirnya Akira meradang.

"Maaf, anda ini siapa sih? Bukankah saya sudah meminta anda keluar sebelumnya? Apa butuh security untuk menyeret anda keluar dari sini?"

Tristan tercengang sejenak. Sejak tadi, meski pemuda itu tak bereaksi seperti biasanya ketika berinteraksi dengannya, ia juga tak menentang apapun yang ia lakukan. Sementara nada getas yang muncul barusan benar-benar keras, seakan pemuda itu benar-benar menginginkan ia pergi dari tempat itu.

"Apa maksudmu bicara seperti itu, Ton?" ujarnya dingin. Matanya yang licik berkilat dengan berbahaya.

"Maksud saya adalah, silahkan tinggalkan tempat ini sekarang. Anda tidak memiliki urusan di sini. Tempat ini belum buka. Cuma pekerja yang diijinkan berada disini. Bagian mana yang anda tidak mengerti dari perkataan saya?!"

Mulut Tristan ternganga lebar. Ia tak terlalu bodoh untuk menangkap arti yang tersirat dari kata-kata ini. Meski diucapkan tanpa kata kasar sedikitpun, artinya tak bisa disangkal. Anak ini tidak akan memberikan keuntungan apapun padanya!

Menyadari hal ini, pria itu malah tersenyum kecil. Kilat berbahaya yang muncul di mata pria itu makin sering terlihat ketika ia kembali berbicara dengan nada kalem.

"Mengingat tempat ini dibangun dengan menggunakan uang yang diambil dari brangkas yang terletak di rumah saya, dan uang itu diambil tanpa sepengetahuan saya, berarti bangunan ini dan setiap hal adalah milik saya to? Saya punya laporan ke kepolisian dan gugatan dari pengadilan jika hal ini ternyata berkembang diluar kendali lho."

Akira benar-benar kaget mendengar hal ini, meski bukan seperti apa yang mungkin ada dalam pikiran pria yang tengah berdiri dengan pongah sambil melambaikan beberapa lembar kertas di tangannya itu.

Apa tempurung kepala orang ini benar-benar tidak ada isinya?

Setelah mampu mengatasi rasa takjub akan kebodohan pria itu, Akira tertawa kecil dan memanggil security melalui HT yang dipegangnya.

Segera saja dua orang berbadan besar dalam balutan seragam hitam itu muncul. Salah satunya tampak menakutkan dengan bekas luka yang menghiasi wajahnya.

"Tolong antar bapak ini keluar dari property kita, Mas. Ingat wajahnya dan jangan pernah sekalipun mengijinkan orang ini untuk menginjakkan kakinya di tempat ini." ujar Akira dengan lembut, yang langsung disikapi oleh kedua orang ini dengan serius. Bos muda ini orang baik, yang bahkan memberi mereka, orang celaka tanpa masa depan, kesempatan untuk hidup dengan baik. Jika ia sampai berbuat seperti sekarang, berarti masalah yang muncul sangat serius.

Sigap, kedua orang ini segera menempatkan diri mereka sesuai dengan pelatihan yang mereka dapat. Pelatihan mereka mengajarkan bahwa bahkan dalam pengusiran pun, kontak fisik tidak dibutuhkan selama hal itu tidak benar-benar dibutuhkan. Bahkan Akira kagum melihat kinerja kedua orang ini sekarang.

"Silahkan Pak, saya antar keluar." kata si muka bekas luka sopan sambil tersenyum, meski sebenarnya, sosoknya justru lebih terlihat menyeramkan dengan senyum selebar itu.

"Kau yakin mau melanjutkan dengan cara seperti ini, Ton? Aku ini papamu, dan aku tak ingin semua berkembang dengan cara seperti ini." kata pria itu dari balik badan-badan besar yang seakan menggusurnya keluar sambil melambaikan kertas di tangannya dengan senyum licik terpetakan di wajahnya.

"Mas Lutfie, waktu saya terbatas. Tolong antar bapak ini keluar dari property ini secepatnya. Saya memberikan ijin untuk menggunakan setiap cara yang dibutuhkan. Saya bertanggung jawab penuh atas apapun yang muncul dari aksi tersebut."

Mendengar balasan dari bosnya itu, Lutfie, pria berbadan besar dengan bekas luka di wajah itu segera menghilangkan kebimbangan yang sempat muncul ketika tahu pria ini adalah ayah bosnya.

"Maaf, Pak. Tolong silahkan keluar sekarang."

Melihat pria-pria sangar berbadan besar ini tampaknya siap mengambil tindakan apapun untuk mengusirnya, Tristan menyerah dan berjalan meninggalkan tempat itu, meski belum lagi ia sampai di pintu keluar, ia kembali menyalak.

"Sungguh sayang semua harus berlanjut dengan cara seperti ini, tapi ini belum selesai. Kau akan menyesali hari ini, Nak." ucapnya lagi sebelum mengumandangkan tawa yang tak enak didengar.

Akira benar-benar ingin menghajar orang itu sampai jadi bubur jika menurutkan emosi yang mulai meruap dalam dadanya, tapi sekuat tenaga, ia menahankan itu semua.

"Tolong kawan saya yang dibawah diajak kesini sekalian ya Mas, tadi dia masih ngrokok di bawah." ucap Akira setelah mampu mengendalikan emosinya.

Terlalu sederhana untuk menghancurkanmu dengan menyakiti fisikmu, mahluk konyol. Mulailah langkahmu, akan kupastikan kau merasakan neraka dunia yang sebenarnya...

Batin Akira terus berderik dalam kecepatan tinggi, menciptakan berbagai plot untuk memastikan manusia tak tahu diri ini benar-benar merasakan indahnya neraka dunia yang sebenarnya. Jika ia dulu, dengan sumber dayanya yang terbatas, bisa melakukan dan mendapatkan apapun yang ia inginkan, panggung yang bisa ia ciptakan pasti akan lebih megah dengan semua sumber daya yang sekarang mendukung langkahnya. Tanpa sadar, Akira tersenyum dingin. Ia sungguh-sungguh berharap Tristan melakukan apapun yang dia teriakkan sebelumnya. Pemuda itu bahkan sedikit merasa tak sabar untuk melihat apa yang akan dilakukan pria itu pertama kali.

Semoga tak butuh waktu lama untukmu bergerak, bos... Aku benar-benar menantikan untuk melihat apa yang hendak kai lakukan...

1
Akbar Asahan
Lagi fokus baca dulu ya kak
Dpangky: ahihihi, silahkan
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!