NovelToon NovelToon
Obsesi Om Duda

Obsesi Om Duda

Status: tamat
Genre:Nikahmuda / Duda / Dijodohkan Orang Tua / Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Cinta Lansia / Tamat
Popularitas:7.2k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Ihsan Ghazi Rasyid, 40 tahun seorang duda beranak dua sekaligus pengusaha furnitur sukses yang dikenal karismatik, dingin dan tegas.

Kehidupannya terlihat sempurna harta berlimpah, jaringan luas, dan citra pria idaman. Namun di balik semua itu, ada kehampaan yang tak pernah ia akui pada siapa pun.

Kehampaan itu mulai berubah ketika ia bertemu Naina, gadis SMA kelas 12 berusia 18 tahun. Lugu, polos, dan penuh semangat hidup sosok yang tak pernah Ihsan temui di lingkaran sosialnya.

Naina yang sederhana tapi tangguh justru menjeratnya, membuatnya terobsesi hingga rela melakukan apa pun untuk mendapatkannya.

Perbedaan usia yang jauh, pandangan sinis dari orang sekitar, dan benturan prinsip membuat perjalanan Ihsan mendekati Naina bukan sekadar romansa biasa. Di mata dunia, ia pria matang yang “memikat anak sekolah”, tapi di hatinya, ia merasa menemukan alasan baru untuk hidup.

Satu fakta mengejutkan kalau Naina adalah teman satu kelas putri kesayangannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 16.

Naina akhirnya berhasil mengikat kembali handuk di tubuhnya, meski wajahnya masih memerah, antara malu dan jengkel. Ia melangkah pelan menuju ranjang hotel yang mewah itu, lalu menjatuhkan diri dengan gaya seenaknya, membiarkan rambut basahnya mengurai di bantal putih.

“Kalau tahu bakal begini, mending aku bawa piyama sendiri,” gerutunya sambil memainkan ujung handuk yang dipakainya saat ini.

“Om sih, beliin baju aneh-aneh. Jangan kira aku bakal nurut gitu saja.” gerutunya Naina.

Ihsan hanya tersenyum tipis, lalu berjalan mendekat. Sorot matanya masih lekat pada wajah gadis itu, bukan lagi sekadar tubuhnya. Ada sesuatu yang lain, sesuatu yang membuat dada pria itu berdebar keras.

“Aku beliin bukan buat bikin kamu marah, Na,” ujarnya pelan, suaranya berat tapi terdengar hangat.

“Aku cuma pengen kamu sadar, kamu itu cantik dan bahaya sekaligus.”

Naina menoleh cepat, menatap tajam, lalu terkekeh. “Bahaya? Om aja yang gampang kepancing. Kalau aku nggak nakal sedikit, mana seru malam pertama nikah siri kayak gini.”

Ihsan menarik kursi, duduk di tepi ranjang, mencondongkan tubuhnya sedikit. Wajahnya dekat, cukup membuat Naina spontan menahan napas.

“Aku serius,” katanya dengan nada rendah.

“Bahaya, bukan cuma buat aku. Tapi buat kamu juga. Dunia aku keras, Na. Banyak yang bakal nyakitin kamu kalau tahu kamu ada di sisiku. Aku nggak mau kamu cuma jadi permainan.”

Naina terdiam beberapa saat, senyum nakalnya meredup. Ada kilatan serius di matanya, meski ia masih berusaha menutupi dengan gaya sok santai.

“Om pikir aku nggak tau risiko nikah sama orang kayak Om? CEO dingin, duda keren, penuh rahasia. Aku tahu, Om. Dan aku sengaja masuk ke dunia itu. Karena aku pengen buktiin aku bisa bikin Om jatuh, nggak peduli Om mau ngelawan atau nggak,” jawabnya mantap.

Ihsan mengusap wajahnya sejenak, lalu menatapnya lagi, kali ini lebih lembut.

“Kamu bikin aku nyerah, Na. Nyerah bukan berarti kalah. Tapi karena aku mulai bener-bener sayang.”

Kata-kata itu membuat Naina tercekat. Senyum nakal yang tadi mendominasi kini berganti dengan ekspresi bingung, antara senang dan takut.

Ia memalingkan wajah, menatap lampu gantung kristal di atas mereka, berusaha menyembunyikan pipinya yang makin merona.

“Om jangan manis gitu, nanti aku malah nggak bisa tidur,” ucapnya lirih.

Ihsan tersenyum tipis, lalu meraih tangan Naina perlahan. Sentuhan itu sederhana, tapi cukup membuat gadis itu merasakan detak jantungnya kacau.

“Tidur aja, Na. Aku nggak akan ngapa-ngapain sebelum kamu yang mau. Aku janji,” katanya tegas, meski tatapannya jelas masih bergejolak.

Naina menoleh, menatap mata pria itu lekat-lekat. Lama, tanpa kata. Hingga akhirnya ia tersenyum kecil.

“Om ini aneh banget. Katanya CEO disiplin, tapi gampang banget luluh sama anak SMA kayak aku. Jangan-jangan aku yang lebih pinter, ya?”

Ihsan tertawa pelan, lalu menggeleng. “Mungkin memang kamu yang lebih berbahaya daripada semua pesaing bisnisku, Na.”

Naina akhirnya ikut tertawa, meski tawanya pelan, hangat, berbeda dari biasanya. Ia menggeser tubuh, lalu merebahkan kepala di bahu Ihsan, sesuatu yang jarang ia lakukan tanpa bercanda.

“Kalau gitu malam ini ronde pertama kita berakhir seri dulu, ya,” bisiknya dengan nada lembut.

Ihsan hanya mengangguk pelan, membiarkan keheningan menyelimuti mereka. Di luar jendela hotel, gemerlap lampu kota Bandung berkilau, sementara di dalam kamar itu, dua hati yang sama keras kepala perlahan mulai menemukan ritme yang sama.

---

Handuk yang hampir jatuh berhasil Naina pegang lagi, jantungnya masih berdebar kencang. Baru saja ia mau menghela napas lega, suara dering ponselnya memecah suasana. Layar HP menyala dengan nama “Salsabila, Hanun”.

“Ya Allah… ini kenapa timingnya selalu nyebelin,” gumam Naina dengan wajah panik.

Ihsan langsung melirik, ekspresinya datar tapi matanya tajam penuh tanya. “Angkat aja, kenapa takut? Mereka sahabat kamu kan,” ucapnya tenang seakan nggak peduli.

Naina melotot kecil. “Om, jangan nyantai gitu! Mereka kalau liat aku di hotel, apalagi kayak gini habis aku!” serunya sambil menepuk jidat.

Ponsel terus bergetar, tanda panggilan video call belum berhenti. Dengan pasrah Naina menekan tombol hijau. Muncul wajah ceria Salsabila dan Hanun yang langsung bersorak.

“Naaaaa! Astaga, kemana aja lo, susah banget dihubungi. Lagi dimana sih? Kok nggak pernah nongol nongkrong lagi?” ujar Salsabila sambil nyengir.

Naina buru-buru memiringkan kamera, memastikan wajah Ihsan yang berdiri dekatnya tidak tertangkap.

Dengan senyum dipaksa, ia menjawab, “Hehe… aku lagi di luar kota, guys. Lagi… yaa ada urusan keluarga gitu deh,” ujarnya terbata.

Hanun memperhatikan detail kamar hotel yang terlihat modern dan mewah. “Eh bentar, bentar. Itu kok kayak kamar hotel ya? Wuih, Na… jangan-jangan lo lagi staycation sama pacar rahasiaaa?” seru Hanun dengan nada menggoda.

Naina langsung pucat, matanya melotot. “Apaan sih, Nun! Ngaco aja lo. Aku lagi nemenin mama… ada urusan penting. Jangan sok kepo deh,” katanya cepat, keringat dingin mulai muncul.

Di belakang, Ihsan malah jalan santai mendekat. Dengan wajah licik, ia hampir sengaja membiarkan bahunya masuk frame kamera.

Naina buru-buru menutupinya dengan tangan. “Om! Jangan iseng, please!” bisiknya dengan nada panik.

Salsabila mencondongkan wajah ke layar. “Eh Na, barusan ada bayangan orang loh. Cowok ya? Hah, bener kan aku bilang, ada yang disembunyiin,” ujarnya curiga.

Naina makin kalang kabut, handuknya hampir longgar lagi gara-gara gerak panik menutup kamera. “Astaga sumpah bukan! Kalian halu banget. Aku… aku udah ngantuk nih, mau tidur. Bye!” ucapnya buru-buru menekan tombol merah.

Layar ponsel mati, hening kembali. Naina terdiam beberapa detik, lalu menoleh ke arah Ihsan yang sejak tadi menahan tawa.

“Om, sumpah ini nggak lucu. Kalau sampai mereka tau, hidup aku tamat. Mama bisa bunuh aku,” ujarnya dengan wajah kesal tapi jelas matanya masih panik.

Ihsan malah mendekat, menepuk pelan pundaknya. “Santai aja, Na. Kalau rahasia kita ketahuan pun, aku siap tanggung semuanya,” katanya pelan tapi penuh keyakinan.

Naina tercekat, tak menyangka Ihsan bisa bilang begitu serius. “Om jangan ngomong gampang gitu, ini bukan cuma tentang aku… ini tentang semuanya,” katanya lirih.

Ihsan tersenyum tipis, tatapannya dalam. “Aku tau. Tapi mulai detik ini, kamu bukan lagi sendirian,” ujarnya dengan nada mantap.

Naina menunduk, bibirnya gemetar menahan senyum kecil yang tak bisa ia sembunyikan. Ada rasa lega sekaligus takut, bercampur jadi satu.

Baru saja Naina mau meletakkan ponselnya ke meja, layar kembali menyala. Nama Hanun – Salsabila muncul lagi, kali ini dengan suara dering lebih nyaring.

“Ya Allah, mereka nelpon lagi…” desis Naina panik.

Ihsan duduk santai di tepi ranjang, melipat tangan di dada, senyum tipis menghiasi wajahnya. “Angkat aja, Na. Kalau nggak malah makin curiga,” ujarnya kalem.

Dengan berat hati, Naina menekan tombol hijau. Kali ini wajah Hanun dan Salsabila muncul dengan ekspresi semangat.

“Na! Besok lo harus dateng ya. Sanggar kita ada pentas tari di Bandung, gede banget acaranya. Pokoknya lo wajib hadir, ngerti? Jangan ada alasan!” seru Salsabila penuh semangat.

“Ya bener, Na. Masa kita tampil di Bandung, kota lo sekarang, lo malah nggak nongol? Lo kan anak inti sanggar juga, harus dukung dong,” imbuh Hanun.

Naina mendadak terdiam, bingung mau jawab apa. Ia melirik Ihsan yang dari tadi memandangi dengan tatapan iseng, jelas menunggu reaksinya.

“Ehm… aku… besok… gimana ya, soalnya aku ada urusan keluarga. Takutnya nggak bisa datang,” ujarnya terbata-bata.

Hanun langsung memanyunkan bibir. “Halah, jangan ngeles. Bandung itu segitu-segitu aja, pasti bisa lah nyempetin sebentar. Kita semua kangen kumpul bareng,” ujarnya setengah protes.

Salsabila ikut menimpali dengan nada bercanda, “Jangan bilang lo lagi beneran pacaran diam-diam sama orang Bandung, makanya sibuk terus!”

Naina nyaris tersedak udara. “Astaga, kalian itu hobi banget nuduh. Sumpah aku nggak ada pacaran sama siapa-siapa,” katanya cepat.

Di belakang, Ihsan batuk kecil pura-pura. Suara beratnya cukup terdengar dari speaker ponsel.

Hanun dan Salsabila langsung melotot. “Eh Na! Tadi siapa tuh? Ada suara cowok barusan. Jangan bilang….”

Naina langsung panik. “Itu… itu TV! Aku lagi nonton film. Ya udah ya, aku tutup dulu. Kalian sukses buat acaranya, nanti aku usahain datang,” ujarnya cepat, buru-buru menekan tombol merah.

Ia menatap Ihsan dengan wajah kesal. “Om! Kenapa sih malah bikin suara? Aku bisa ketahuan!” serunya sambil memukul bantal ke arah Ihsan.

Ihsan menahan tawa, tangannya menangkap bantal itu dengan mudah. “Lucu aja liat kamu gelagapan. Padahal kalau mereka tau pun, aku nggak keberatan,” ujarnya santai.

Naina menatapnya dengan wajah tegang. “Om jangan main-main. Kalau ketahuan aku udah nikah siri sama Om, hidup aku bisa hancur. Teman-teman, semua pasti bakal ngejudge.”

Ihsan mendekat, meraih dagunya perlahan, membuat tatapan mereka bertemu. “Justru karena aku sadar risikonya besar, aku janji bakal jaga ini sampai waktunya tepat. Kamu tenang aja, Na,” katanya serius, suaranya dalam.

Naina terdiam. Ada rasa lega sekaligus takut yang bercampur. Ia tahu Om CEO dingin itu nggak pernah asal bicara. Tapi tetap saja, pikirannya dipenuhi bayangan kalau besok ia benar-benar harus bertemu teman-temannya di Bandung.

1
sunshine wings
😍😍😍😍😍♥️♥️♥️♥️♥️
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: makasih banyak 🥰😘
total 1 replies
sunshine wings
Kan Nai.. Penuh dengan rasa cinta.. ♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings: 🥰🥰🥰🥰🥰
total 2 replies
sunshine wings
Support paling ampuh.. ♥️♥️♥️♥️♥️
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: nggak kakak soalnya suamiku lebih muda aku 😂🤭
total 3 replies
sunshine wings
♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings: ♥️♥️♥️♥️♥️
total 2 replies
sunshine wings
Yaaa.. Kirain apa Nai.. Sudah pasti Ihsan akan ngelakuin.semua itu dengan senang hati karna itu maunya kan.. ♥️♥️♥️♥️♥️
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hahaha 😂 betul banget tuh kak nantangin lagi 🤣
total 1 replies
Purnama Pasedu
bertemanlah Ruby dengan naina,tertawalah bersama
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: setuju tapi yah keegoisan Rubi menutupi sisi baiknya
total 1 replies
Fadila Bakri
teman saingan jadi calon anak tiri
Eva Karmita
sesakit dan sebenci apapun naina tetap anakmu dan darah daging mu Bu ..😤😏
ayah sabung naina berhati mulia mau Nerima naina seperti putri kandungnya beda sama emaknya naina yg berhati siluman 😠👊
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭🤣
total 1 replies
sunshine wings
😏😏😏😏😏
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: mampir Baca novel aku ini kakak judulnya Pawang Dokter Impoten ceritanya seru sudah banyak babnya
total 1 replies
sunshine wings
Dan menjauh dari mamanya.. 😬😬😬😬😬
sunshine wings
Ya Allah.. 🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️
sunshine wings
pikiran licik.. 🤭🤭🤭🤭🤭
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hahaha 😂
total 1 replies
sunshine wings
Sepatutnya jangan di bedain kerana anak itu rezeki yg tidak ternilai oleh apapun.. Kasian banget hidupmu Naina.. 🥹🥹🥹🥹🥹
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: sedih yah
total 1 replies
Maulida greg Ma
kejamnya
sunshine wings
Ditukar judulnya author ya.. 👍👍👍👍👍😍😍😍😍😍
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: aku ganti kak mumpung ada cover nganggur 🤭😂🙏🏻
total 1 replies
sunshine wings
😲😲😲😲😲
sunshine wings
♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️♥️
sunshine wings
Sialan emangnya..
Apa mereke adek beradek tiri author???
Kenapa beda kasih sayangnya???
🤔🤔🤔🤔🤔
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: akan terjawab nanti Kak ☺️
total 1 replies
sunshine wings
Ayo pak semangat 💪💪💪💪💪
keluarkan Naina dari rumah itu.. 🥺🥺🥺🥺🥺
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: yah yah
total 1 replies
sunshine wings
🙄🙄🙄🙄🙄😏😏😏😏😏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!