NovelToon NovelToon
MONOLOG

MONOLOG

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:313
Nilai: 5
Nama Author: Ann Rhea

Kenziro & Lyodra pikir menikah itu gampang. Ternyata, setelah cincin terpasang, drama ekonomi, selisih paham, dan kebiasaan aneh satu sama lain jadi bumbu sehari-hari.

Tapi hidup mereka tak cuma soal rebut dompet dan tisu. Ada sahabat misterius yang suka bikin kacau, rahasia masa lalu yang tiba-tiba muncul, dan sedikit gangguan horor yang bikin rumah tangga mereka makin absurd.

Di tengah tawa, tangis, dan ketegangan yang hampir menyeramkan, mereka harus belajar satu hal kalau cinta itu kadang harus diuji, dirombak, dan… dijalani lagi. Tapi dengan kompak mereka bisa melewatinya. Namun, apakah cinta aja cukup buat bertahan? Sementara, perasaan itu mulai terkikis oleh waktu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ann Rhea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perubahan Baru

Awalnya, setiap kali menatap pantulan di cermin, Lyodra merasa asing pada dirinya sendiri.

Payudaranya tampak kaku kayak ada batu di tancepin didalamnya, terlalu tinggi, seakan-akan bukan miliknya malah kayak gunung meletus. Sampe gak bisa miring, ngga bisa tarik napas bebas.

Tapi waktu berjalan, bengkak itu reda, bentuknya perlahan melembut, kulit dan otot sama silikon itu saling nyatu, kelihatan payudara beneran, bulat, kenceng dan mantul, hingga akhirnya ia berani mengenakan gaun dengan dada terbuka, bukan lagi untuk menyenangkan siapa pun, melainkan untuk merayakan dirinya sendiri terutama bikin suaminya makin nempel.

Lyodra cekikikan ketika hari ini ia akan memberikan kejutan untuk Kenziro. Yaitu makan malam untuk merayakan anniversary bulanan dengan Kenziro. Ia akan panggil chef buat bantuin dia masak.

Tenang saja, dengan orang lain, Lyodra tahu diri. Menjaga pandangan, yang hanya harus dilihat suaminya saja. Jadi hanya pakai sweater dan celana kulot.

Sesekali Lyodra bertanya kenapa harus pake rempah-rempah itu atau kenapa harus di susun seperti itu. Ya gak masalahkan buat tahu banyak hal? Nambah ilmu juga. Mumpung gak jadi miskin mendadak.

Katanya rezeki kita akan mengalir kalau baik ke pasangan, menyenangkannya dan berbakti padanya. Terutamanya sih harus usaha jangan di bawa diem.

Setelah semua hidangan selesai, Lyodra mandi. Dia mencari pakaian terbaik, yaitu gaun satin berwarna merah dengan tali kecil di bahunya tanpa punggung. Rambutnya di sanggul modern, membuat beberapa anak rambutnya menjuntai, di tambah hiasan kepala yang kecil nan anggun.

Ia merapihkan kembali riasan wajahnya. Dirasa sudah sempurna, ia mengambil gambar kemudian mengirimkannya ke Kenziro.

"Dia seneng gak ya liat aku udah cantik kayak gini?" Sudut bibirnya berkedut hebat, merasa salah tingkah sendiri.

--✿✿✿--

Kenziro memijat tengkuknya yang pegal. Masalah korupsi kemarin memang sudah menemukan titik terang, pelakunya telah ditangkap, tapi uangnya? Entah kemana. Sekarang riwayat transaksinya sedang diselidiki lagi.

Kemungkinan besar sudah habis dipakai bayar hutang dan foya-foya, sehingga hanya kendaraan dan rumah yang bisa disita perusahaan. Sedangkan pelakunya sudah di sidang di Kejaksaan Agung untuk diminta pertanggungjawaban.

Di luar itu semua, Kenziro hanya punya napas sesaat. Saham perusahaan turun, performa usaha sampingannya juga menurun akibat banyak pesaing dan promosi yang kurang viral. Berkali-kali ia menahan napas berat, seakan ada batu menghantam dadanya. Tekanan datang dari segala sisi, ia butuh penopang, tapi beberapa rekan bisnis menolak kerja sama dengan alasan yang cukup masuk akal.

Ketika semua itu menyerang bersamaan, handphonenya bergetar. Pesan masuk dari Lyodra. Foto dirinya.

"Cantik banget," gumam Kenziro sambil zoom foto, menatap setiap inci wajah indah itu. Ia peluk gambarnya, tertawa pelan. Rasa kangen tiba-tiba menyeruak hingga ingin cepat pulang. Laporan bisa dikerjakan besok. Yang penting, sekarang istrinya tengah menunggu.

Saat ia hendak siap-siap, pintu ruangannya diketuk. Aura masuk dengan rok span pendek dan blazer coklat muda, membawa berkas yang perlu ditandatangani.

Dengan cekatan, Kenziro merebut berkas itu, membuka lembar demi lembar, dan menandatangani dengan cepat sebelum menyodorkannya lagi.

"Bapak buru-buru banget… mau kemana?" Aura menatapnya, senyum kecil tersungging, satu tangan diam-diam menyentuh lengan Kenziro saat berusaha mengambil berkas.

Kenziro mengecek barangnya. "Saya mau pulang, ada janji."

"Ada yang bisa aku bantu?" Aura mencondongkan badan sedikit, rambutnya jatuh manis di samping pipinya.

"Gak ada. Kembali ke ruangan," jawab Kenziro cepat.

Aura tersenyum berbeda, lebih nakal kali ini. "Gak mau aku bantu pijitin dulu? Kayaknya Bapak terlalu letih. Bukannya lebih enakan pulang keliatan seger daripada pucat?" Ia menyentuh pundak Kenziro sebentar, gesek lembut, sebelum menarik tangannya lagi, pura-pura rapi.

Kenziro menahan napas. "Gak usah, makasih."

Aura menghela napas, tapi matanya melirik satu figura foto di atas meja Kenziro dengan perempuan manis di sampingnya. Ia tahu itu istrinya, tapi tak mengurungkan niatnya.

"Pak!" Aura mengejar langkah Kenziro. Ia berani meraih tangannya, sentuhan ringan di pergelangan. "Tunggu! Aku mau minta tolong."

Kenziro menarik tangannya. "Soal?"

"Aku butuh uang, Pak. Cuma sedikit… kalau gajian potong aja," katanya, mata memelas, bibirnya menekuk manis, berharap pria itu iba.

Biar ada alasan bertemu Kenziro lebih sering, hanya alasan bayar hutang. Tapi sentuhan dan tatapannya sudah cukup bikin Kenziro sedikit terguncang.

Kenziro menahan napas. "Buat apa?"

"Berobat orang tua… aku udah gak ada tabungan, pinjam ke kantor malu," jawab Aura, sedikit terisak, sambil sekali lagi menyentuh lengan Kenziro secara halus.

"Kalau pinjam ke saya gak malu?"

Aura menahan sedikit kesal, tapi matanya tetap menatap Kenziro penuh harap. "Soalnya cuman Bapak yang bisa bantu aku."

"Yaudah, hubungi asisten saya. Saya buru-buru, sudah terlambat," kata Kenziro, mencoba fokus, meski sentuhan Aura masih meninggalkan sensasi hangat di lengannya.

--✿✿✿--

Lyodra duduk menunggu, menata meja dengan kelopak bunga mawar merah yang menebarkan aroma manis lembut. Teleponnya bergetar, sebuah chat masuk dari seorang karyawan mengirim foto Aura memegang tangan suaminya, menatap mata Kenziro dengan tatapan sendu seakan memohon.

Ulu hatinya terasa panas terbakar. Rasanya ingin marah, ingin menegur wanita itu, tapi ia menahan diri. Lyodra menarik napas dalam-dalam. Ia pemenang di sini. Karena semua uang Kenziro ada di tangannya, bahkan password tabungan pun ia tahu. Mulai hari ini, ia akan memantau setiap transaksi, jangan sampai ada yang lolos.

"Emang beneran ular kadut itu manusia nyebelin mau suamiku!" gumamnya, menahan geram.

Tak lama, bel berbunyi. Pintu terbuka, dan aroma parfum Kenziro bercampur keringat tercium dari kejauhan. Lyodra menata napas, tersenyum manis, mencoba menenangkan cemburu yang menggelora.

Dari kejauhan, Kenziro muncul, berjalan seperti pria yang tengah menjadi pusat dunianya sendiri. Matanya sempat memandang Lyodra dan dia membalas dengan langkah anggun, seakan tengah berjalan di catwalk. Rambut, riasan, dan gaunnya memantulkan cahaya lilin yang samar, membuatnya tampak seperti bidadari yang turun dari langit.

Kenziro menjilat bibirnya, menelan ludah, matanya terbelalak saat Lyodra mendekat. Tubuhnya terasa panas-dingin ketika tangan Lyodra dengan lembut mengait tangannya, membimbingnya masuk ke ruangan yang sudah dipersiapkan dengan penuh cinta.

"Sayang…" suara Lyodra terdengar manja, lembut, membuat tubuh Kenziro seketika kaku.

Lyodra menarik kursi berbalut kain putih, menyilakan Kenziro duduk. Lilin dinyalakan, cahaya ruangan redup, menambah keintiman suasana. Jas Kenziro dibantu dilepaskan, digantung rapi.

Lyodra duduk di depannya, bertopang dagu, mengedipkan sebelah mata. "Kamu ganteng banget kali ini," godanya, senyum kecil yang memabukkan.

Kenziro hanya bisa terdiam, menelan napas berat, merasa berada di surga saat menatap istrinya. "Kamu… sempurna sekali, sayang," ucapnya gemetar, meski hanya sedang memegang sendok dan garpu.

Lyodra menggeser kursinya lebih dekat, membelai dagu Kenziro saat seulas saus mengenai bibirnya. Sentuhan itu lembut tapi menggetarkan, membuat Kenziro semakin terpana.

"Gimana rasanya, bagus kan, sayang?" Lyodra mencondongkan kepala, senyumnya nakal tapi manis.

Mata Kenziro bersinar, tak bisa menahan kekagumannya. "Ya ampun, sayang!"

"Suka?" Lyodra semakin menempel, dada mereka nyaris bersentuhan dengan lengannya.

Kenziro terdiam, kepala terasa ringan, jantung berdegup cepat. Belum apa-apa, ia sudah dibuat tegang dan mabuk oleh aura istrinya. Kalau begini caranya ia bisa mendadak tolol seketika dan bisa hilang akal.

Lyodra tersenyum penuh kemenangan, tapi tetap lembut, seperti hanya mereka berdua yang ada di dunia saat itu. Ia mencondongkan tubuhnya sedikit lebih dekat, menatap mata Kenziro dengan senyum manis. "Kamu kelihatan capek, sayang… mau aku pijitin pundaknya?"

Kenziro tersenyum tipis, napasnya masih berat. "Ah… kalau kamu mau, boleh," jawabnya, suaranya serak tapi hangat.

Lyodra menggeser kursi lebih dekat, tangannya lembut mengusap pundak dan leher Kenziro. Setiap sentuhan kecil terasa menenangkan, membuat pria itu perlahan melepaskan ketegangan yang menumpuk seharian.

"Begini lebih enak, kan?" Lyodra menatapnya dengan mata berbinar, bibirnya tersenyum nakal.

Kenziro mengangguk pelan. "Mm… enak banget. Kamu selalu tau caranya bikin aku tenang dan tegang haha."

Lyodra menggelitik sisi leher Kenziro dengan ujung jarinya, pura-pura jahil. "Kalau gitu, nanti aku harus sering-sering manjain kamu, ya?"

Kenziro tertawa pelan, menatap Lyodra dengan pandangan hangat. "Ya… asal kamu tetap di sini, jangan kemana-mana. Aku bisa mabok terus."

Lyodra tersenyum, menaruh tangannya di tangan Kenziro, meremasnya lembut. "Aku nggak akan kemana-mana, sayang. Selamanya aku di sini, sama kamu."

Kenziro menunduk sedikit, menatap tangan mereka yang saling menggenggam. "Aku… bersyukur banget punya kamu," ucapnya lirih.

Lyodra mendekat, menempelkan dahinya ke dahi Kenziro, suara mereka saling berbaur dalam hening yang nyaman. "Dan aku juga bersyukur, kamu selalu buat aku merasa aman… dan dicintai," bisiknya.

Keduanya tersenyum, menahan diri, tapi hangatnya sentuhan dan tatapan itu membuat seluruh ruangan terasa seperti milik mereka sendiri.

Lyodra menepuk pipi Kenziro pelan, lalu menggoda. xSekarang, makan malamnya… tapi jangan terlalu cepat habisin ya, aku mau nikmatin momen ini juga."

Kenziro tertawa, menatap istrinya yang cantik, dan berkata manis. "Aku janji… aku akan makan pelan-pelan, asal kamu tetap di sini nemenin aku."

Lyodra mencondongkan tubuh, memegang tangan Kenziro saat ia mengambil suapan pertama, membuat setiap gerakan terasa penuh cinta dan kedekatan. Ini bukan sekadar makan malam, tapi perayaan cinta mereka yang hangat dan manis, seakan dunia hanya milik mereka berdua.

Lyodra nyelonong mendekat, bibirnya menempel ke bibir Kenziro.

"Eh tunggu—"

Tapi terlalu lambat. Bibir Lyodra sudah menempel, ciumannya pelan tapi… agak berantakan karena mereka sama-sama kaget. Kenziro mendesis, tangan otomatis menahan kepala Lyodra eh, tapi malah kepala mereka jadi miring untuk saling melumat.

"Hah… maaf, aku sengaja!" bibirnya tersenyum sambil menahan tawa. Lalu kembali mengecapnya lagi dan lagi sambil menahan kepala Kenziro yang masih kaget.

"Sengaja? Kamu emang suka banget nyerobot!" Dia menatapnya sambil meringis lucu, pipinya memerah. Kembali membalas kecupan itu lebih manja.

Mereka tertawa bersamaan, tapi Lyodra nyelonong lagi, kali ini ciuman singkat di bibir, tapi Kenziro refleks menutup mata, bibirnya menempel tapi salah satunya tiba-tiba mencubit pipi satunya, eh malah saling ketawa keras ketika bola mata mereka berhenti.

Lyodra menepuk dagunya sendiri, pura-pura bingung. "Aduh, kok rasanya… enak ya?" Lalu ia terasa lagi ketika tangannya mengalung manja dileher suaminya. Sedangkan dirinya sudah duduk di paha kiri rapi itu.

Kenziro hampir tersedak karena ngakak sambil berkata, "Enak? Kita baru aja… eh… dasar kamu nakal! Ayo coba lagi!"

Mereka akhirnya duduk di sofa, saling menatap sambil terkekeh, masih memegang tangan satu sama lain. Ciuman yang amburadul itu malah bikin mereka makin dekat, hangat, dan rasanya absurd tapi manis banget kayak adegan romantis komedi yang bikin jantung deg-degan sambil ngakak.

Suasana yang semula hangat berubah menjadi panas dan sesak.

Lyodra tiba-tiba menepuk dada Kenziro sambil tertawa. "Kamu pikir kamu bisa nahan aku gitu aja?"

Kenziro menangkis dengan senyum nakal. "Oh ya? Ayo coba makin brutal."

Ciuman itu begitu intens dan dalam, ketika rasa nikmat mulai menyeruak, Lyodra melepaskannya dan menjauh.

Mereka mulai saling colek, dorong-dorongan ringan, tertawa sampai suara mereka mengisi ruangan. Lyodra berhasil lari, melesat ke ruangan sebelah, bersembunyi di balik tirai, tapi Kenziro cepat mengejar, hanya untuk menemukan Lyodra sudah meloncat ke atas kasur dengan gaya dramatis.

"Gila kamu!" Kenziro tertawa terbahak, tapi Lyodra malah mulai lompat-lompat, nyanyi semberono, tangan mengepalkan semangat, rambutnya ikut menari-nari. "Ayo ikut, sini nyanyi bareng!"

Kenziro hanya bisa menggeleng sambil tertawa, akhirnya ikut juga, mereka berdua bersenang-senang seperti anak kecil lari-larian, nyanyi gila-gilaan, sampai tawa mereka pecah berkali-kali.

Setelah lelah, Lyodra dan Kenziro rebahan di kasur, saling menatap sambil tersenyum. Tubuh mereka menempel, tangan saling melingkar, kepala saling bersandar.

"Sayang…." Kenziro bergumam pelan, masih tersenyum. "Aku nggak pernah bosen sama kamu."

Lyodra menatapnya, bibir membentuk senyum lembut. "Aku juga, sayang. Bahkan kalau kita gila-gilaan gini, aku tetap mau bareng kamu."

Mereka berpelukan erat, menikmati kehangatan satu sama lain. Menyalurkan cinta dan kembali merajut asa. Berakhir saling menghangatkan diri untuk mengecek apapun suhu satu sama lain masih sama seperti sebelumnya.

Tangan Kenziro melingkar diperut rasa perempuan itu. Ia menyandarkan dagunya dibahu Lyodra.

Rasa geli menyelimuti. "Kamu kenapa suka ngusap perut aku?"

"Suka aja."

Lyodra meliriknya sedikit. "Kamu mau cepet jadi orang tua?"

"Sedikasihnya aja," jawabnya seraya mengecup pipi istri ya begitu dalam. Lalu melakukannya lagi dan lagi seperti tidak pernah puas sampai kulitnya memerah.

1
douwataxx
Seru banget nih cerita, aku gk bisa berhenti baca! 💥
Ann Rhea: makasihh, stay terus yaa
total 1 replies
menhera Chan
ceritanya keren banget, thor! Aku jadi ketagihan!
Ann Rhea: wahh selamat menemani waktu luangmu
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!