NovelToon NovelToon
Senja Di Batas Kota

Senja Di Batas Kota

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu
Popularitas:189.5k
Nilai: 5
Nama Author: Bunga Peony

Senja yang dianggap sebagai investasi oleh papanya, dijual papanya dengan seorang lelaki tua kaya raya untuk membayar hutang-hutangnya judi.

Di tengah persembunyian Senja tak sengaja bertemu dengan Noah dalam sebuah insiden di mana dirinya berakhir memiliki hutang 186 juta pada lelaki itu. Harga dari sebuah kalung berlian yang bentuknya saja Senja tak tahu seperti apa.

Dapatkah Senja mendapatkan uang untuk mengganti kalung berlian milik Noah yang hilang? Apakah Senja harus rela menerima tantangan dari lelaki itu untuk membayar hutangnya. Menjadi orang ke tiga dalam hubungan percintaan saudaranya?

Sebuah tawaran gila yang sedikit pun tak pernah terlintas dalam benak gadis itu.


#Disarankan untuk membaca 'istri 108kg Tuan Bara' terlebih dahulu.🌹

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunga Peony, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jangan sebut namanya di depanku!

"Mati!"

Darsih terhenyak mendengar jawaban Senja yang begitu singkat. Tatapan mata gadis itu melotot penuh dendam.

"Apa katamu? Kamu jangan bercanda sama Mama, Senja!" Darsih marah. Dia tak suka mendengar jawaban putrinya yang tak pantas.

"Aku tidak bercanda. Lelaki baji-ngan itu seharusnya mati sejak dulu agar hidup kita tidak menderita." Nada suara Senja terdengar meninggi. Rasa kesal dan benci yang selama ini tersimpan di hati bagai bom waktu yang baru saja meledak.

"Aku tak habis pikir. Setelah apa yang dia lakukan terhadap kita. Terhadap Mama, tapi Mama masih bisa memikirkannya? Apa Mama lupa, Mama hampir mati akibat tindakannya yang kejam!" imbuh Senja kembali dengan emosi yang menggebu-gebu.

Nafasnya naik-turun dengan mata yang mulai panas. Tatapan sedih Darsih semakin membuatnya terluka.

"Cukup Senja! Jangan kurang ajar, walau bagaimanapun lelaki itu adalah papamu sendiri. Tak sepatutnya kamu berkata kasar padanya seperti itu!" Darsih beranjak dari duduknya yang kemudian diikuti oleh Senja.

Senja menatap Darsih dengan tatapan rumit. Bagaimana bisa seorang wanita masih begitu sangat mencintai seorang lelaki setelah apa yang dilakukan lelaki itu. Tak hanya melukai hati dan fisiknya saja, tetapi hampir membuatnya kehilangan nyawa.

Senja rasa Darsih bukanlah wanita yang bodoh. Namun kenapa Darsih begitu bodoh dalam hubungan rumah tangganya yang tak sehat itu. Dan celakanya, Senja adalah anak yabg hadir di tengah-tengah mereka berdua.

"Aku bukan barang atau boneka yang akan terus diam saat diriku disakiti. Aku bukan Mama yang akan terus mencintai pria yang jelas-jelas membuat Mama hampir kehilangan nyawa. Ya ... pria itu memang papaku.  Tapi apakah pernah sekali saja dia menganggapku ini putrinya. Hingga tega menjualkan menjadi wanita pemuas naf-su lelaki baji-ngan sepertinya!" ujar Senja dengan suara yang bergetar. Gadis itu meremas dadanya erat.

Luka yang masih basah kini kembali berdarah lagi. Rasa sakit itu bahkan membuat Senja ingin mati. Dia rasa tak ada satupun anak perempuan di dunia ini yang mengalami nasib yang lebih memilukan selain dirinya.

"Senja, maafkan Mama, Nak. Mama yang salah karena terlalu lemah hingga membuatmu begitu menderita," ucap Darsih lirih. Menatap lekat netra  putri satu-satunya itu. Wajahnya tampak begitu menyesal dan sedih.

Bara api yang menyala hingga menghadirkan percikan kobaran api kini seketika mengarang hitam saat melihat bulir bening jatuh di pipi keriput Darsih.

Senja menghela nafas lelah. "Aku ingin istirahat, bisakah Mama tinggalkan kamarku sekarang juga. Aku capek!" pinta Senja yang mulai menurunkan intonasi suaranya.

Senja memijit pangkal hidungnya. Dia pusing dengan banyaknya masalah yang kian bertubi-tubi.

"Baiklah, kamu istirahat yang nyenyak, Nak. Kalau ada apa-apa panggil Mama," ujar Darsih seraya pamit pergi dan menghilang di balin pintu.

Senja menitikkan air mata setelah kepergian mamanya dati kamarnya. Air mata itu semakin deras hingga emnimbulakn isakan tangis kecil.

Rasa sesak di dadanya saat ini kian mendera. Semakin Senja pikirkan semakin hatinya menjadi semakin sakit. Senja pun menjatuhkan pinggulnya di pinggir ranjang. Dia sedang tak ingin diganggu siapa pun saat ini.

Saat berada di titik terendah dalam hidupmu. Menangis mungkin adalah solusi yang paling simpel untuk mengurangi rasa sesak di dada yang rasanya ingin pecah.

           ~ ~ ~

Santoso menatap dompetnya yang terbuka dengan tatapan bingung. Pasalnya lembaran yang tersisa di dalam sana hanyalah beberapa lembaran hijau dan ungu.

"Segini mana cukup untuk biaya hidupku. Kalau begini, bisa mati kelaparan aku nantinya. Sekarang aku harus bagaimana?" pikir Santoso memutar otaknya.

Dia tak mungkin mencari pekerjaan dengan kondisi kakinya yang pincang. Lagi pula, pekerjaan apa yang bisa dia dapatkan dengan kondisinya sebagai buronan. Ditambah anak buah dari bandar judi terus mencarinya untuk menagih hutang.

Santoso pusing, dia melempar dompetnya asal seraya mengerang frustasi.

Terlalu pusing memikirkan lambung yang harus di isi untuk beberapa hari ke depan. Santoso memutuskan untuk keluar mencari angin. Siapa tahu dia juga bisa menemukan jalan untuk permasalahan hidupnya.

Sepanjang jalan menyusuri jalan kumuh. Santoso menendang-nendang batu kerikil yang menghalangi jalannya. Dia berjalan tanpa semangat serta gai-rah hidup.

Hingga sampai di pertigaan jalan menuju jalan raya, Santoso tak sadar terus berjalan luruh hingga sampai di sebuah keramaian.

Dia terus berjalan santai di pikiran yang terus bergelut di dalam benaknya.

"Hey!"

Santoso menghentikan langkahnya ketika dia mendengar sebuah suara lantang memanggilnya kuat. Santoso berbalik menoleh ke belakang. Matanya membulat lebar seketika ketika melihat dua orang berpakaian seragam menunjuk ke arahnya.

"Sial, bagaimana bisa ada polisi di sini?" umpatnya panik. Santoso segera bergegas mengambil langkah seribu untuk kabur. Kakinya yang pincang membuat langkah kakinya tak dapat begitu cepat.

Dua polisi itu mengejar dari belakang hingga terjadilah aksi kejar-kejaran di sepanjang jalan pertokoan.

Hari ini hari yang begitu naas bagi Santoso. Dia yang sedang suntuk ingin keluar mencari angin segar, namun tak sadar jika dirinya sampai keluar dari persembunyian. Kebetulan dua polisi yang sedang patroli tak sengaja melihat dirinya yang melintas.

Sebagai seorang dengan status pencarian, tentu saja wajah Santoso terpampang di mana-mana. Hampir semua polisi di kota itu menghapal wajahnya sehingga saat tak sengaja bertemu seperti ini, tentu saja para polisi itu mengenalinya.

Santoso lari terbirit-birit. Sesekali dia tak sengaja menumbur para pejalan kaki ataupun barang pajangan penjual. Keringat bercucuran di pelipisnya.

"Sial! Kaki pincang begitu masih saja larinya cepat!" rutuk salah satu polisi pada rekannya.

Mereka berdua menarik napas karena kelelahan.

"Kita mencar saja biar dia terkepung. Kamu kejar dari sini, aku berbelok menuju gang itu," saran polisi satunya lagi pada rekannya. Dia menunjuk gang kecil yang ada tepat di sebelah mereka.

Rekannya itu mengangguk. Mereka berdua kembali mengejar Santoso dengan jalur yang sudah di persiapkan tadi.

Santoso yang lelah belum juga patah semangat. Dia masih terus berlari walau napasnya sudah hampir terputus di tenggorokan. Jeruji besi dan juga kehidupan seperti neraka sudah terpampang di depan matanya yang membuat langkahnya semakin.

Rasa sakit yang menyentak di kaki tak lagi dia hiraukan.

"Nah ... mau lari kemana kamu!" seru Pak polisi yang keluar dari gang samping dan kini sudah berdiri di hadapannya. Langkah kaki Santoso terhenti lalu mundur beberapa langkah.

Baru saja dia hendak berbalik, polisi satunya lagi sudah mengepungnya dengan pistol yang teracung di dadanya.

"Menyerah atau timah panas ini kembali bersarang di kakimu!" ucap Pak polisi itu penuh ancaman. Beberapa orang yang ada di jalan itu seketika langsung menepi. Tersisalah Santoso seorang diri di tengah-tengah polisi yang mengintimidasi dirinya.

"Angkat tanganmu dan menyerahlah!"

"An-jing!" maki Santoso geram. Dirinya terkepung tanpa ada yang bisa dia lakukan selain mengangkat kedua tangannya.

1
Andahani_lisna
KA ayo dong up lagi aku udah nunggu lama😭
Nurhasanah
kpn up y lg ini..dah berbulan2..gantungan bgt
Denny Joost
kapan nihhh
Erna Hidayati
aduh Thor kenapa luamma sekali GK up...aku selalu tungguin Lo...
W_E_N_A: Iya ih...lama sekali up nya...
apa othornya ikutan liburan ke eropa ya....🤣

Ayo dong...lanjut lagi....
total 1 replies
Nurhasanah
mf thor kon up lg ya...dah
Orlando99 tv chenel
selalu gantung cerita nya?
Hanum Kamila Jasmine
Luar biasa
Fii Fiie
blm Up lagi Thor 🤧🤧
FiaNasa
aduh kok malah senja jadi melongo sih liat pri tampan..jgn smpai tergoda senja,,cobalah mencintai suamimu..menikah itu bukan untuk mainan..jgn sampai kamu tersandung ya,kasian noah
Herlina Wolo Malie
kenapa blm up lagi gimana selanjutnya ni
Herlina Wolo Malie
lanjut thor
Susi Akbarini
waahhhh..
bakalan ada yg jeles ini...
😀😀😀❤❤❤❤
Reni Setia
baru aja hidup damai udah mau ribut lagi ini kayaknya,,,, hadeeewwwww
Ulfa Zumaroh
lagi baikan mLh udah ada bau2 ngak beres
Bustanul Hidayah
Senja dan Noah baru baikan.....
koq udah ada orang ketiga Thor.....
buat Senja dan Noah saling menyayangi dong
Herlina Wolo Malie
lanjut tor aku suka cerita nya gak bikin ngantuk, tapi seru banget
Susi Akbarini
akhirnya cecilia sadar dan mengalh..

semoga dapat jodoh lelaki baik sam setia seperti Bryan..
❤❤❤❤❤
Reni Setia
baca part ini yg paling manis,,,, makasih author
Alivaaaa
bertobatlah Jelita
Ulfa Zumaroh
karmamu jelita makanya jangan galak2
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!