Puspa Melita seorang gadis berusia 14 tahun yang harus kehilangan Ibunya dengan cara yang mengenaskan diakibatkan orang ketiga, kematian Ibunya membuat seorang gadis yang dulunya ramah, penuh senyum, dan juga ceria berubah 360° menjadi gadis yang pendiam dan penuh dengan dendam.
Puspa sudah menyusun rencana yang sangat matang untuk membalas dendam kepada orang yang sudah menghancurkan Ibunya.
" Kau hancurkan Ibuku, Ku hancurkan keluargamu. " Puspa melita dengan segala dendam kesumatnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda SB, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
Setelah semua yang dia butuhkan sudah terkumpul, Nek Narsih segera kembali pulang ke gubuknya dan suara tangis Lita sudah berhenti hanya tinggal isakan-isakan kecil saja. Nek Narsih segera menuju ke dapur tungku miliknya dan di sanalah Nek Narsih segera membuat minuman dari tanaman yang dia bawa dari dalam hutan serta ramuan oles yang dia buat dari dedaunan. Setelah semuanya selesai Nek Narsih segera membawanya masuk ke dalam kamar miliknya dan meletakkannya di pinggir dipan bambu.
" Sudah lebih lega? " Nek Narsih bertanya sambil mendudukkan dirinya di pinggir dipan.
" Sudah Nek. " Lita mengangguk sambil menghapus sisa air matanya yang masih mengalir di pipi.
" Kalau begitu duduklah dan minum ini perlahan-lahan. " titah Nek Narsih sambil membantu Lita untuk kembali duduk.
Setelah Lita duduk Nek Narsih segera memberikan secangkir minuman yang sudah ia buat di dapur tungku miliknya lalu Lita pun segera meminumnya sedikit.
Huueeekk...
" Pahit sekali Nek. " ucap Lita yang ingin muntah namun di tahan olehnya.
" Namanya juga obat ya pastinya pahit, tapi tidak apa-apa kamu minum saja ini bagus untuk menyembuhkan luka kamu dari dalam, lagi pula supaya rahim kamu kembali sehat setelah keguguran itu. " Nek Narsih menjawab sambil tersenyum meyakinkan.
Dengan sedikit ragu Lita menghabiskan minuman tersebut dalam satu kali tegukan karena ia ingin segera sembuh dan bisa kembali melanjutkan rencananya. Walau pun perutnya sangat mual dan ingin muntah tetapi Lita tetap menahannya dan beruntungnya rasa mual itu mulai menghilang dengan sendirinya.
" Alhamdulillah, kalau kamu rutin meminumnya dalam waktu seminggu saja kamu sudah sehat seperti sedia kala. " ujar Nek Narsih sambil membalurkan ramuan oles ke seluruh tubuh Lita untuk mempercepat proses penyembuhannya.
Saat obat tersebut di oleskan Lita merasakan sejuk di atas permukaan kulitnya sekaligus ia juga merasakan hangat di dalam tubuhnya. Selesai mengobati Lita Nek Narsih menyimpan cangkir dan mangkuknya di dapur lalu kembali lagi ke dalam kamar.
" Terima kasih banyak ya Nek udah nolongin dan ngobati aku? " Lita berucap sambil merasakan sensasi ramuan Nek Narsih yang sedang bekerja di dalam dan luar tubuhnya.
" Sama-sama, kalau Nenek boleh tau bagaimana bisa kamu nyasar sampai di sini? " Nek Narsih bertanya sambil menatap wajah Lita.
" Aku kecelakaan Nek bersama suamiku. " ungkap Lita dengan jujur.
Lita langsung menunduk dan air matanya mulai mengalir lagi saat mengingat suaminya yang entah bagaimana kabarnya sekarang.
" Astaghfirullah lalu dimana suami kamu? kenapa kamu sendirian? Apa dia meninggalkan kamu? " Tanya Nek Narsih beruntun.
" Bukan dia yang meninggalkan aku Nek, tapi aku yang meninggalkan dia padahal dia sudah menyelamatkan aku dan mengorbankan dirinya sendiri. " ungkap Lita dan ekspresi wajah Nek Narsih langsung berubah manjadi tidak bersahabat.
" Ya Allah kenapa kamu tega sekali Nak? apa gak kasian sama suamimu? Kalau dia kenapa-kenapa bagaimana? Apa kamu tidak takut dia meninggal? " Tanya Nek Narsih lagi dengan wajah yang kesal saat mendengar pengakuan Lita.
" Sebenarnya aku kasian Nek dan tidak tega untuk meninggalkan dia apa lagi selama ini dia selalu memperlakukan aku seperti Ratu di hidupnya tapi aku terpaksa harus meninggalkan dia demi melanjutkan rencanaku Nek? " Lita menjawab lagi dengan mata yang sudah membangkak karena kebanyakan menangis.
Lita memutuskan untuk berbicara jujur dengan Nek Narsih karena semenjak Ibunya meninggal Lita sudah tidak punya tempat untuk mencurahkan semua keluh kesahnya, semua Lita simpan dan di pendamnya seorang diri dan hanya segelintir orang yang tau dengan ceritanya tapi tidak mengetahui keseluruhannya.
Nek Narsih yang awalnya kesal mendadak luluh saat melihat kedua netra milik Lita yang memancarkan aura kesedihan dan luka yang teramat dalam.
" Jika kamu butuh tempat untuk berbagi cerita Nenek dengan senang hati siap mendengarkan semua cerita dan uneg-uneg yang ada di dalam hati kamu. " Nek Narsih berucap sambil memegang kedua tangan Lita.
Setelah itu Lita mulai menceritakan dan mengeluarkan semua uneg-uneg yang ada di dalam hatinya kepada Nek Narsih orang yang baru di temuinya namun ia merasa nyaman seperti saat ia sedang bersama dengan Ibunya. Nek Narsih yang mendengar semua cerita hidup Lita sampai menangis tersedu-sedu karena cerita Lita sangat mirip dengan perjalanan hidupnya.
" Begitu lah Nek ceritanya makanya dengan terpaksa aku harus meninggalkan suamiku padahal sejujurnya aku sudah mencintai dia Nek, tapi di sisi lain aku sudah tidak percaya dengan yang namanya laki-laki Nek, karena selama ini yang aku ketahui laki-laki selalu mencari kesenangan dengan wanita lain padahal dia sudah punya istri dan anak yang menunggunya di rumah. " Lita bercerita sambil menunjukkan raut wajah penuh luka.
" Maafin Nenek yang sudah sempat kesal padamu Lita . " ucap Nek Narsih dengan jujur.
" Tidak apa-apa Nek aku memaklumi jika orang lain membenciku karena apa aku lakukan selama ini memang salah dan tujuan hidupku pun sangat-sangat salah, tapi aku tidak bisa membiarkan orang yang sudah membuat Ibuku bunuh diri hidup dengan tenang dan bahagia, aku harus membuat mereka merasakan rasa sakit yang lebih dari apa yang aku dan Ibuku rasakan. " Lita menyahut seraya menghapus air mata yang mengalirkan di pipinya.
" Nenek jangan menangis. " Lita juga menghapus air mata yang mengalir di wajah renta milik Nek Narsih.
" Mendengar cerita kamu Nenek jadi teringat dengan cerita masa lalu Nenek yang sama persis seperti kamu, tapi bedanya kamu berani untuk membalas dendam sementara Nenek lebih memilih pergi dan mengasingkan diri di sini. " ungkap Nek Narsih yang membuat Lita terkejut.
.
.
.
Sementara itu...
Di depan supermarket Dimas dan Delia dibuat kebingungan karena mobil mereka tidak berada di parkiran.
" Astaga Vera kemana Mas? kenapa mobil kita tidak ada di sini? " Ucap Delia yang terkejut.
" Mas juga tidak tau sayang, coba kamu hubungi ponselnya Vera? " usul Dimas.
Delia segera mengambil ponselnya lalu dia baru teringat jika ponsel Vera rusak karena di bantingnya beberapa waktu yang lalu.
" Ponsel Vera kan rusak Mas, di banting dia beberapa minggu yang lalu. " ujar Delia yang baru teringat.
" Kalau begitu kita pulang saja, siapa tahu Vera sudah pulang duluan karena tidak sabar menunggu kita belanja. " Usul Dimas lagi.
Dimas dan Delia segera keluar dari area parkiran supermarket menuju ke pinggir jalan raya untuk menghentikan sebuah taksi yang akan membawanya kembali pulang, tapi sesampainya di rumah mereka tidak melihat adanya mobil yang terparkir tetapi mereka tetap turun dan masuk ke dalam rumah untuk mencari Vera.
" Bagaimana ini Mas Vera gak ada di rumah? " Delia bertanya dengan khawatir karena setelah mencari ke seluruh penjuru rumah mereka tidak menemukan keberadaan Vera.
" Kamu tenang ya sayang, siapa tau Vera sedang jalan-jalan untuk menenangkan dirinya. " jawab Dimas sambil meletakkan belanjaan mereka di atas meja dapur.
" Bener juga apa kata kamu, tapi tunggu dulu deh Mas aku baru ingat dari mana wanita j***ng itu tau nama mantan istri kamu? Apa jangan-jangan wanita j***ng itu anak kamu lagi. " Delia berujar dan langsung merubah ekspresi wajahnya menjadi kesal.
Tak terbayangkan olehnya bagaimana murkanya ia jika wanita yang sudah merusak rumah tangga putri kebanggaannya adalah anak dari wanita yang sudah ia sakiti dan ia rebut suaminya.
" Aku juga gak tau sayang tapi nanti aku akan coba pulang ke kampung untuk mencari tau dia beneran anakku atau bukan. " sahut Dimas yang mempunyai pikiran yang sama dengan istrinya.
" Aku ikut Mas, kalau wanita j***ng itu bukan anak kamu, aku gak mau kamu ketemu sama dia apa lagi sampai memberikannya uang. " Timpal Delia yang ingin ikut suaminya pulang ke kampung.
" Astaga kamu yang tidak-tidak saja Delia, mana mungkin aku memberikannya uang. " Dimas berkata sambil menggelengkan kepalanya.
" Ya siapa tau aja saat melihatnya kamu tiba-tiba luluh dan kasihan. " Balas Delia lagi.
" Tidak akan mungkin sayang. " ungkap Dimas sambil menangkup wajah istrinya dengan menggunakan kedua tangan besarnya.
Dimas sudah nyaman hidup dengan bergelimang harta bersama Delia wanita yang sudah mengeluarkannya dari lembah kemiskinan, keputusannya saat itu untuk merantau ke Jakarta tidak sia-sia karena ia di pertemukan dengan seorang janda kaya raya yang mau menanggung hidupnya asalkan ia meninggalkan istri dan juga anaknya.