Dalam satu malam, Aleena mendapatkan dua kenyataan pahit, dia dikhianati oleh tunangan dan juga sahabat baiknya yang tega berselingkuh dihadapannya, dan harus kehilangan kehormatannya karena seorang pria yang tak dikenal.
Dengan sangat putus asa, Aleena bermaksud untuk melenyapkan diri dengan terjun ke jurang. tapi beruntung sepasang suami istri telah menyelamatkan hidupnya dan mengangkat Aleena sebagai putri mereka.
Aleena mulai bangkit, dia mulai mempelajari ilmu bela diri, tapi di tengah kebahagiaan Aleena, dia kembali harus menerima sebuah kenyataan pahit saat mengetahui jika detik ini, dirinya tengah mengandung anak dari pria yang telah menghancurkan hidupnya.
Aleena kembali shock, dia tak menyangka jika harus menerima kepahitan hidup yang begitu besar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arlingga Panega, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 35
Andi menatap tajam ke arah Dhea beserta ketiga orang wanita lainnya, yang saat ini terlihat begitu senang, setelah berhasil membuat dirinya tak berdaya. Namun pria tua itu belum juga mau menyerah, dengan sekuat tenaga dia pun kembali menyerang ke arah Dhea sambil menarik golok yang tersimpan di dinding rumahnya.
"Dasar wanita sialan! Enyahlah kau dari dunia ini!" teriaknya, sambil menghunuskan golok ke arah Dhea.
Trang...
Tiba-tiba Sinta melesat maju ke depan dan menyambut serangan golok yang diarahkan ke Dhea dan menangkisnya dengan pisau lipat, yang sejak tadi berada di saku jaketnya. Dia pun mendorong golok itu ke arah si pemegang, sambil melepaskan satu tendangan dengan sangat telak ke arah ulu hati pria tua itu.
Duagh...
Kheuk...
Bruk...
Andi tersungkur di atas lantai sambil memegangi perutnya yang sakit, terlebih ujung sepatu Shinta yang runcing, berhasil menghantam ulu hatinya hingga terasa perih dan sakit.
Dia pun meringis sambil sejenak memejamkan mata, tangannya kembali terkepal, emosi tercetak di wajah tuanya, ini adalah pertama kalinya dia dikalahkan oleh seorang wanita, terlebih saat ini seluruh anggota keluarganya pun hadir, turut menyaksikan kekalahannya.
"Hahaha... Lihatlah wajah pria tua yang semakin jelek itu, sepertinya itu pertanda jika sebentar lagi dia akan segera masuk kubur!" ucap Dhea sarkas.
Lagi-lagi celotehannya berhasil membuat emosi Andi kembali mencuat, dia pun bangkit dan segera membuat ancang-ancang, untuk menyerang gadis konyol yang selalu mengucapkan kata-kata pedas itu, dengan golok kesayangannya.
"Dasar wanita sialan! Berani sekali kau menghinaku? Apa kau tak takut pada kematian?" teriak Andi dengan wajah menghitam, menahan geram dan juga sakit yang semakin menyiksa dirinya.
"Hahaha... Dasar pria tua bau tanah! Kau fikir tubuh rentamu itu masih bisa mengalahkan aku? sepertinya otakmu itu sedikit bermasalah, bahkan kau tak bisa menyentuh sehelai rambutku sekalipun, lalu bagaimana caramu untuk bisa Membunuhku? Mimpi...!" cibir Dhea.
Andi semakin berang dibuatnya, dia pun kembali melayangkan serangan dengan goloknya ke arah Dhea, namun wanita yang terkenal konyol itu dengan segera menarik tangan Mona dan mendorongnya ke arah Andi, hingga akhirnya...
Jleb...
Golok yang ada di tangan Andi pun menghujam perut Mona hingga membuat wanita itu melotot karena tak percaya, jika hidupnya akan berakhir di tangan suaminya sendiri.
Mona pun akhirnya jatuh ke lantai, darah bersimbah dari luka yang ada di perutnya, membuat Andi terpaku sejenak, saat ini wanita yang begitu dia cintai telah meregang nyawa di hadapannya, terlebih kematiannya diakibatkan oleh golok milik Andi sendiri.
"Monaaaaa..!"
Andi berteriak sekuat tenaga, sambil menggaruk kepalanya, dia benar-benar murka karena Dhea berani membuat istrinya terkapar, tak berdaya dalam keadaan yang sudah tak bernyawa.
"Dasar Ja*ang sialan! kau telah membunuh istriku!" teriak Andi dengan frustasi.
Dhea tertawa terbahak-bahak menyaksikan, bagaimana pria tua di hadapannya tertekan setelah membunuh istrinya sendiri.
"Hai pria tua! Apa kau sudah pikun? bukankah kau sendiri yang membunuh istrimu? Kenapa kau menuduhku? bahkan semua orang yang ada di sini bisa menjadi saksi, jika kaulah yang telah membunuh istri mudamu itu." teriak Dhea sambil menaik turunkan kedua alisnya.
Ketiga orang wanita yang lain segera tertawa terbahak-bahak, "Kau baru saja melihat kematian istri kesayanganmu dan saat ini kau masih memiliki 4 orang anak dan juga satu istri, bagaimana kalau kami juga membunuh mereka semua di hadapanmu? Apa kau akan senang? tanya Susan.
Saat ini wanita yang satu itu telah mulai mendekati salah seorang anak dari Andi hingga akhirnya...
Krak...
Kratak...
Susan memelintir leher salah seorang anak Andi tanpa berkedip sedikitpun, hingga akhirnya bocah berusia 7 tahun itu pun mati dengan mata terbuka, ikut menyusul ibunya yang sudah terlebih dahulu tiada.
"Argaaa... Dasar wanita sialan! Siapa sebenarnya kalian? Dan ada masalah apa hingga kalian mendatangi rumahku dan membunuh satu persatu keluargaku!" teriak Andi dengan suara yang sangat parau, air mata mengucur dengan deras di pipi preman itu.
"Jika kau lupa siapa kami, maka aku akan mengingatkanmu, Andi. Beberapa bulan yang lalu kau telah merenggut kehormatan Kami berempat, bersama Ketiga orang kawanmu, saat kami baru saja pulang dari pabrik. Apakah masih ingat? jika kau lupa, Aku akan kembali mengingatkanmu."
"Bahwa kau telah menyiksa kami berempat dan membuang kami di antara semak-semak tak jauh dari danau, Bukankah kami tidak memiliki kesalahan terhadapmu? tapi kau dengan teganya menghancurkan masa depan kami dan juga menyiksa kami, hingga akhirnya kami sekarat. Lalu di mana kesalahanku saat ini jika aku membunuh seluruh anggota keluargamu? bukankah kau manusia jahat? maka kelak anakmu pun akan menjadi sama jahatnya, bahkan mungkin lebih dibandingkan ayahnya."
"Bukankah lebih baik untuk melenyapkannya selagi kecil agar di masa depan tak ada lagi preman dan juga manusia bejat sepertimu dan juga ketiga orang kawanmu itu." ucap Rima dengan mata yang merah, penuh amarah, nafsu membunuh menguar dari tubuhnya.
Tubuh Andi pun bergetar, dia masih ingat kejadian saat dia membuang tubuh Rima di antara semak belukar, setelah dia berhasil menodai kehormatannya.
Andi pun berjalan ke arah wanita itu kemudian bersimpuh di kakinya. "Ampuni aku! Jangan Sakiti keluargaku, aku bersedia mempertanggungjawabkan perbuatanku dan menikahimu." ucap Andi sambil menunduk.
"Apa kau bilang? Menikahiku? pria tua sepertimu ingin menjadi suamiku? yang benar saja! Bahkan untuk menjadi kesetan sepatuku saja kau tak pantas." jawab Rima.
Plak...
Plak...
Plak...
Plak...
Rima menampar wajah Andi berkali-kali, melampiaskan seluruh amarah dan sakit hatinya, dia benar-benar tak bisa mengampuni seluruh keluarga dari badjingan yang telah menghancurkan masa depannya.
"Habisi saja seluruh anggota keluarganya, biar aku yang mengurus pria tua bangka ini! Kurasa aku tak bisa membunuh dia, sebelum menguliti tubuhnya dan mengeluarkan seluruh isi perutnya." ucap Rima seraya mengacungkan pisau lipat di tangannya ke arah Andi.
"Hahaha... Tentu saja sobat, dengan senang hati! Kau bisa memuaskan dirimu dengan menyiksa pria tua itu, biar kami yang membunuh anak dan juga istrinya." ucap Dhea sambil menyeringai menunjukkan senyuman psikopatnya.
Entah dari mana wanita itu saat ini tengah membawa sebuah palu kecil, di mana satu sisinya terlihat sangat tajam.
Brak...
Brak...
Brak...
Brak...
Dhea memukul kepala keempat orang anggota keluarga Andi dengan membabi buta, dia juga menggunakan bagian sisi yang tajam untuk membuat batok kepala ketiga orang anak Andi bocor, sehingga akhirnya darah segar pun mengucur dari kepala keempat orang yang telah dibantai dengan sangat keji oleh Dhea di hadapan Andi, yang kini mulai meratapi nasibnya.
Pria tua itu benar-benar sangat menyesal karena telah berurusan dengan wanita yang dulunya sangatlah lemah, namun kini telah berubah menjadi sesosok iblis neraka.
"Hahaha... Kau lihat itu, Andi? Itu adalah buah dari perbuatanmu! jika saat itu kau tidak menyiksa dan juga melecehkanku, mungkin hingga saat ini istri dan keempat anakku itu masih hidup, tapi karena kesalahanmu, maka mereka juga harus menanggung seluruh akibatnya!" ucap Rima seraya melemparkan pisau lipatnya.
Jleb...
Lisau itu pun langsung menancap dileher Andi, hingga menembus kerongkongannya.
"Sampaikan salamku pada dewa Yama! Katakan padanya jika kami masih akan membantai kawananmu yang lain." ucap Rima sambil melangkah ke arah Andi.
Sraak...
Wanita itu pun segera mengambil kembali pisau lipat dari leher Andi dengan tanpa perasaan, dan langsung melemparkan tubuh pria tua itu ke lantai.
"Huh.. dasar penjahat amatiran! Pergilah ke neraka, semoga aku tak pernah berjumpa lagi dengan manusia busuk seperti kalian semua." cerca Rima seraya melangkahkan kembali keluar dari rumah itu.