Bella mencintai Adrian dengan tulus, sosok pria nyaris sempurna yang Bella yakini juga mencintainya, tapi kenyataan tak seindah yang Bella bayangkan, cintanya bertepuk sebelah tangan dan parahnya sang pria mencintai orang terdekat Bella, merasa terkhianati Bella protes pada orang terdekatnya, namun kenapa sang Ibu yang berharti malaikat malah membelanya dan justru meminta Bella untuk menikahi Kakak Adrian? Akan kah pernikahan itu terjadi? Dan bagaimana nasib perasaan Bella terhadap Adrian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shinta Aryanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Patah Hati
“Kau dimana Erick? Bukankah siang ini kau ada jadwal meeting bersamaku untuk membahas pembangunan rumah sakit?” Tanya Adam kesal lewat ponselnya, ia sudah cukup lama menunggu Erick yang tak kunjung datang
Erick menepuk dahinya sendiri, ia sampai lupa waktu karena kesibukannya menjadi nara sumber kuliah umum, Erick berdehem gugup karena ia tahu betul Adam tak suka menunggu, “A - Aku akan segera kesana, kau tunggulah sebentar lagi! aku masih berada di kampus tempat Bella kuliah dulu, ada acara yang harus aku hadiri”
“Kau menyuruhku menunggu Erick? Kau tahu Erick, cuma kau yang berani menyuruhku menunggu!” Sewot Adam, Erick terkekeh menutupi ketakutannya kalau Adam akan murka
“Bukankah itu berarti aku lebih berkuasa darimu?” Godanya salah tingkah
Adam menghela napasnya, “aku tunggu kau 20 menit lagi, lebih dari itu kerja sama kita batal!” Adam mengakhiri pembicaraannya sepihak, membuat Erick kini kelimpungan mencari panitia acara untuk pamit, kerja sama dengan Adam jauh lebih penting dibanding apa pun untuknya sekarang
Erick melangkahkan kakinya cepat menuju tempat parkir, sesekali ia melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya, “tinggal 15 menit lagi! ya Tuhan berikanlah kesabaran untuk Adam agar dia mau menungguku, aku tak mungkin sampai disana dalam waktu 15 menit, jalanan pasti macet saat ini!” ujarnya panik, Erick hendak masuk ke mobilnya ketika ia sekilas melihat sosok Bella, Erick memicingkan matanya memastikan kalau yang ia lihat memang benar istri Adam, ide spontan muncul di kepalanya, jika ia telat dengan beralasan berbincang dulu dengan Bella pasti Adam tak akan marah padanya, Erick tahu kalau Bella adalah kelemahan Adam
“Bella! Bel, tunggu!” Erick mengejar Bella yang berjalan jauh di depannya, bersamaan dengan itu hati Erick bertanya - tanya untuk apa Bella berada disana padahal kampus sudah mulai sepi
“Kemana Bella tadi? Cepat sekali jalannya!” Erick mengedarkan pandangannya ke sekeliling taman belakang kampus, nafasnya terengah, bibirnya komat kamit membaca do’a berharap agar ia bisa menemukan Bella
Erick tersenyum lega saat melihat Bella yang melenggang santai menuju kursi taman, Erick baru saja hendak memanggil Bella lagi namun urung ketika ia melihat ada pria tampan yang terlihat antusias menyambut Bella disana, keduanya lalu duduk di bangku taman
“Siapa pria itu? sepertinya aku pernah melihatnya! Ya Tuhan… tampan sekali dia, makhluk lain yang tercipta indah selain si kutub Adam itu! Tapi siapa dia? apa dia teman Bella?”Gumam Erick yang masih terpaku di tempatnya, pria itu lalu mengedikan bahunya, “ya sudahlah apa boleh buat, aku tak mungkin mengganggu mereka, sepertinya pembicaraan mereka sangat serius” gumamnya, ia lalu berbalik hendak pergi namun naluri keingin tahuannya kini menggelitiknya, Erick menghentikan langkahnya
“Tunggu, apa Adam tahu kalau Bella bertemu dengan pria lain?” Ujar Erick dahinya sampai berkerut, “ah, pasti sudah! Aku yakin Bella bukan wanita seperti itu!” Timpalnya sendiri sambil menggeleng - gelengkan kepalanya, Erick melangkah lagi sambil bersiul namun baru saja dua langkah tiba - tiba ia berhenti lagi
“Tidak.. tidak, sebagai teman yang baik aku harus mengetahui siapa pria itu dan apa yang mereka bicarakan, bagaimana kalau pria itu berniat jahat pada Bella?” Ya aku harus menjaga Bella demi Adam!” Ucapnya meyakinkan diri, Erick lalu berbalik kembali, langkahnya cepat mendekati kursi taman tempat Justin dan Bella duduk, Erick dengan lincah melihat ke sekelilingnya mencari tempat untuk bersembunyi agar bisa mendengar pembicaraan keduanya
“Aku khawatir sekali ketika kau memberitahuku kalau kau nyaris keguguran kemarin, apa yang terjadi Bella?” Cecar Justin
Bella menatap nanar jalanan di depannya yang sudah mulai lengang, matahari nyaris tenggelam saat itu, “Ibuku yang melakukannya Justin” ucapnya
“Apa katamu?!” Ibumu lagi biang keroknya?!” Justin mengepalkan kedua tanganya saking marahnya mendengar pengakuan Bella
“Dia sepertinya sudah tahu kalau aku sedang hamil lalu merencanakan agar aku keguguran, entah apa yang ia bubuhkan pada makananku kemarin Justin” sahut Bella lesu, tangannya tak lepas mengelus - elus perutnya
Erick yang bersembunyi dibelakang pohon tak jauh dari tempat Bella dan Justin duduk kembali menepuk dahinya ketika ia mendengar Bella menyebut nama pria yang sedang bersamanya sekarang, “oh aku baru ingat siapa dia sekarang! Dia Justin Takanawa, anak sulung Tuan Takanawa!” gumamnya pelan
“Apa kurang pembalasan kita untuk Brianna kemarin? Seandainya aku tahu kalau mereka akan menyerangmu lagi, pasti akan kubiarkan Jack mencabiknya sampai mati waktu itu” tandas Justin berapi - api, Erick tersentak kaget
“Ya Tuhan, jadi peristiwa yang menimpa Brianna kemarin itu disengaja? Itu rencana Bella dan Justin?” Erick tak percaya apa yang baru saja ia dengar, rasanya sangat tak mungkin kalau Bella sampai melakukan perbuatan seperti itu
“Apa yang akan kita lakukan selanjutnya Bella? Siapa yang harus aku balas terlebih dahulu, Ibumu atau Adam?” Tanya Justin pada Bella yang masih memandang jauh ke depan
Erick kembali terkejut, apa yang ia dengar sekarang? Adam juga jadi sasaran Bella? jika saja ia mendengar dari orang lain tentu ia tak akan percaya, dari yang ia lihat Bella tampaknya sangat mencintai Adam, “Adam harus mendengar ini” geram Erick sambil mengeluarkan ponsel dari sakunya, lalu mulai merekam pembicaraan Justin dan Bella
Bella dengan ragu hendak meluruskan pada Justin bahwa ia tak lagi dendam pada Adam, justru sebaliknya, Bella telah sangat jatuh cinta pada suaminya itu, “Justin sebenarnya aku… “
Bella belum sempat menyelesaikan omongannya karena Justin dengan antusias menyampaikan idenya yang spontan muncul, “Aku ada ide Bella, bagaimana kalau aku taburkan juga racun di makanan Ibumu, cukup untuk membuatnya masuk rumah sakit beberapa hari, dengan begitu dia akan tahu bagaimana rasanya menelan makanan yang sudah dibubuhi racun”
Bella menggigiti bibir bawahnya, “menurutmu apa harus sampai seperti itu Justin? Bagaimana kalau akibatnya fatal?” Tidak Justin, bagaimana pun dia masih Ibuku” ujar Bella
Justin menghela napasnya, “lalu bagaimana dengan Adam? Menurutku sebaiknya kau tinggalkan saja dia sekarang, dan pergi yang jauh bersamaku, buat dia gila karena terpisah dari anaknya” ujar Justin lagi
Di belakang mereka Erick mengeraskan rahangnya, “berengsek kau Justin, jadi itu tujuanmu mendekati Bella, agar Bella berpisah dengan Adam?! Dan kau Bella, tega - teganya kau berbuat seperti itu pada Adam! Awas saja kau, tunggu sampai Adam mendengar semuanya” Erick mematikan ponsel yang tengah merekam Bella dan Justin, selanjutnya ia beranjak pergi dengan penuh amarah meninggalkan tempat itu
“Justin, aku sepertinya tak sanggup jika harus balas dendam pada Adam” ucap Bella, Justin tentu saja kaget kini tatapannya pada Bella tajam menuntut minta penjelasan
“Maksudmu?” Tanya Justin
“Aku mulai mencintainya Justin, dia sudah berubah sekarang, semua perhatiannya, kasih sayangnya membuatku yakin kalau dia sudah tak seperti dulu” Bella mengatakan itu tanpa menatap Justin, ia tahu Justin berharap padanya meskipun tak pernah mengatakannya
Duduk di samping Bella Justin tersenyum saat hatinya patah, tak ia sangka Bella ternyata malah menyimpan rasa pada pria yang paling ia benci dulu, Justin kini mempertanyakan hatinya, apakah ia akan tetap tulus membantu Bella?
“Maaf Justin” ucap Bella tulus, sungguh ia berharap hubungannya dengan Justin akan tetap baik - baik saja setelah ini, Justin menahan - nahan dadanya yang sesak, ia lalu tertawa terbahak
“Ahahaha.. untuk apa kau minta maaf? Aku bisa mengerti Bella, dan tenanglah.. aku tetap akan membantumu” tangan Justin terlulur mengacak pucuk kepala Bella, seperti yang sudah ia katakan pada Ibunya dulu, ia tetap akan membantu Bella meskipun cintanya bertepuk sebelah tangan
Matahari nyaris tak terlihat lagi, hanya pudaran cahayanya yang menyisakan warna jingga, di taman yang dipenuhi tanaman dan berbagai macam bunga itu, hati seorang pria kini kelam tak bercahaya, Justin patah hati.
...----------------...
Adam tak hirau lagi pada kedatangan Erick, maklumlah Erick sudah terlambat hampir satu jam dari janji mereka tadi, dan Adam adalah orang yang sangat disiplin, ia tak mentoleransi keterlambatan apa pun apalagi janji yang telah disepakati. Alhasil Erick harus menerima ekspresi dingin di wajah Adam
Erick melangkah dengan lunglai, tanpa basa basi ia mendudukkan dirinya di sofa panjang ruangan kantor Adam, pria itu lalu melepas kaca matanya, puncak hidungnya ia pijat - pijat tanda bahwa pusing sedang melandanya
Sayup Erick bisa mendengar Adam yang tengah memberikan instruksi pada asistennya, ia biarkan Adam menyelesaikan urusannya dulu sambil menimbang apakah ia harus memberitahu Adam kenyataan tentang Bella yang baru saja ia ketahui
Saat asistennya sudah keluar, Adam menoleh sebentar pada Erick yang tergugu duduk tanpa sepatah kata pun, sambil menanda tangani dokumen di depannya Adam berucap memecah keheningan antara mereka, “Untuk apa kau datang? kau sudah sangat terlambat, jadi kerja sama pembangunan rumah sakit itu aku batalkan, pulanglah dan renungkan kebiasaan burukmu yang suka terlambat itu!” Sewot Adam
Erick tak lagi tertarik membahas itu, ada hal lain yang berkecamuk dalam hati dan otaknya sekarang, Erick mengusap wajahnya frustasi, tekadnya sudah bulat untuk memberi tahu Adam, pria itu lalu bangkit dari duduknya, ia lalu berjalan dan duduk kembali di kursi depan Adam
Sekilas Erick melihat foto Bella yang terpajang di atas meja kerja Adam, hati Erick bak tersayat sembilu mengetahui kenyataan kalau Adam hanya sasaran balas dendam Bella, bagaimana pun Adam adalah sahabatnya dari kecil, bahkan Adam lah yang selalu membantu semua kesulitannya, buat Erick Adam bukan hanya sahabat, melainkan dewa penolong
“Adam, apa suasana hatimu sedang baik?” Tanya Erick, Adam mendongak dan meletakkan pena yang sedari tadi ia pakai untuk menanda tangani tumpukan dokumen
“Bagaimana suasana hatiku baik jika kau telat hampir satu jam? Kau benar - benar tak menganggap kerja sam kita penting, Erick!” Sengit Adam
“Soal itu aku benar - benar minta maaf! Tapi Adam, aku terlambat karena ini” Erick menyodorkan ponselnya pada Adam, dimana ia sudah membuka aplikasi rekamannya, Adam menghela napas sebelum tangannya meraih ponsel Erick
“Ini rekaman apa Erick? Apa ini rekaman pengakuan dosamu padaku?” Seloroh Adam, Erick tak menanggapi karena hatinya tak karuan menanti akan seperti apa reaksi Adam
Adam memutar rekaman itu sambil mendaratkan punggung kokohnya di sandaran kursi, keduanya kini hening
Deg…
Adam mengerutkan keningnya saat ia mendengar suara Bella di dalam rekaman itu, ia yang tadinya bersandar santai menegakkan posisi duduknya, kata demi kata yang terdengar dari rekaman itu ia cerna baik - baik, tangan Adam mengepal tanpa sadar, rahangnya mengeras akibat amarah yang pelan menguasai, hingga rekaman itu berakhir ekspresi Adam tak juga berubah, meski wajahnya terlihat datar tapi ada raut kesedihan disana, Erick bisa melihat kecewa mendera Adam Anderson
“Apa ini Bella dan Justin” suara barito Adam terdengar menakutkan
“Aku tak sengaja melihat Bella di kampus tadi, aku mengikutinya karena ingin bicara padanya, tapi ternyata dia bertemu dengan Justin Takanawa di taman belakang kampus, dan inilah yang ku dengar” Erick meraih kembali ponselnya, dengan takut - takut ia menatap wajah Adam, wajah yang masih tetap sama dingin dan datar
“Kau tak apa - apa Adam?” Tanya Erick memberanikan diri, Adam tak menjawab pria yang hatinya galau itu malah bangkit dari duduknya, dan tanpa pamit ia melangkah pergi meninggalkan Erick, Erick menduga kalau Adam hendak pulang ke rumah
“Astaga, apa yang aku lakukan? Apa aku salah telah memberitahu Adam soal Bella?!” Erick mengacak - acak rambutnya frustasi
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sampai di depan rumahnya, Adam tak juga keluar dari mobil, percakapan antara Bella dan Justin terus terngiang - ngiang di telinganya, hati Adam berantakan, ia ingin tak percaya apa yang ia dengar tapi ia tahu itu adalah suara Bella dan Justin, yang ia pertanyakan sekarang apakah sikap Bella selama ini padanya hanya sandiwara? Ia mengakui kalau dulu ia pernah sangat menyakiti Bella, tapi ia sudah memperbaiki semuanya dan ia yakin kalau Bella pun menyadarinya, haruskah Bella membalaskan dendamnya bahkan setelah mereka sudah memiliki anak
“Kalau kau memang ingin membalas dendam padaku setelah apa yang ku lakukan padamu dulu, aku terima Bella! Aku memang telah menyakitimu, tapi aku tak akan membiarkanmu pergi apalagi sambil membawa anak kita” ucap Adam sendu
Setelah Adam mengumpulkan keyakinannya, ia lalu masuk ke dalam rumah dengan langkah ringan seolah tak terjadi apa - apa, harapannya cuma satu, cinta yang Bella tunjukkan padanya sejati meskipun masih ada dendam di dalam hati Bella
“Adam! Kebetulan sekali kami sudah mau makan malam, duduklah disini Adam, Bella memasak hidangan spesial untukmu!” Miranda memanggil Adam yang baru saja masuk ke dalam rumah, Adam tersenyum lebar saat mendengar Bella memasak untuknya, harapannya kalau Bella memang tulus mencintainya semakin besar apalagi ketika ia melihat Bella yang datang ke ruang makan dengan mengemban nampan sambil tersenyum tulus
“Kau sudah pulang?” Bella terkejut saat melihat Adam yang suduh duduk di kursi makan, Bella lalu meletakkan nampan yang ia bawa tadi di depan Adam, aroma menggiurkan menguar tatkala Bella membuka penutup makanan
“Selamat makan sayang!” Ucap Bella, “tapi kenapa kau tak bilang kalau sudah mau pulang? Aku belum sempat membuat hidangan penutup untukmu!” Omel Bella, Adam meraih tangan Bella yang sedang sibuk membenar - benarkan posisi piring berisi hidangannya
“Aku merindukanmu, aku tak bisa menunggu lebih lama lagi untuk bertemu denganmu” Adam bangkit dari duduknya, tanpa malu - malu ia memeluk Bella, menepis semua keraguan yang tadi memenuhi hatinya
”ehheem” Adrian yang juga berada disana tak nyaman melihat keduanya, ia hanya bisa berdehem salah tingkah tanpa bisa berbuat apa - apa, Brianna dan Pamela lebih tak suka lagi melihat adegan mesra Adam dan Bella, wajah mereka bengis menatap Bella
“Ahahaha.. ya Tuhan Adam! Masih ada orang tuamu dan mertuamu disini, tunggulah sampai kalian di kamar nanti!” Goda William terkekeh melihat kelakuan anaknya
“Biarkan saja sayang, itu artinya Bella sudah berhasil menjadi istri yang baik untuk Adam, istri yang baik adalah istri yang dirindukan oleh suaminya!” Timpal Miranda
“Adam kau apa - apaan? Apa kau tak malu pada orang tuamu?” Bisik Bella, wajahnya tertunduk dan memerah karena malu, Adam tak juga melepas pelukannya meskipun Bella sedikit berontak hendak mengurai pelukan Adam yang semakin erat
Miranda terus tersenyum melihat Adam dan Bella, “Biarkan saja Bella! Anggap saja kami tak ada, asal kau tahu Bella, hanya kau yang bisa membuat Adam menjadi tak tahu malu seperti itu!” Goda Miranda
“Kau benar sayang, Bella sudah banyak merubah Adam, kau telah memilih istri yang tepat untuk anak kita!” Tambah William yang lalu tertawa lepas dan puas, William tak tahu betapa mendidihnya hati anaknya yang lain, ya Adrian meradang tak terima
“Kau mungkin tak tahu kalau Bella mencintaiku, Dad! Tunggu saja, sebentar lagi akan kubuka semuanya, anak kesayanganmu itu tak akan lagi bisa memeluk Bella” batin Adrian