Alseenio Asep, seorang pemuda yang malang yang tidak sengaja bertransmigrasi ke dunia paralel dengan latar belakang yang sama.
Bercita-cita memiliki hubungan dengan banyak wanita, dan menjadi seorang playboy.
Namun, dia terikat oleh sistem yang aneh dan juga sedikit brengsek.
Sistem yang memberinya misi tidak masuk akal dan di luar nalar manusia.
Kekonyolan dan kebaikan harus dia lakukan untuk mendapatkan hadiah misi.
[Selamat Kepada Tuan Rumah Telah Menyelesaikan Misi Tolak Wanita Cantik dan Dapatkan +9 Penampilan!]
[Selamat Kepada Tuan Rumah Telah Menyelesaikan Misi Meminta Foto Wanita Manis dan Dapatkan + 10 Juta Rupiah!]
[Selamat Kepada Tuan Rumah Telah Menyelesaikan Misi Membeli Pembalut Wanita dan Dapatkan + 10 cm Panjang Joni!]
[Selamat Kepada Tuan Rumah Telah Menyelesaikan Misi Menampar Wajah Orang yang Tidak Dikenal dan Dapatkan Mobil Hennessey Venom GT!]
Alseenio Asep: "Apa-apaan ini?!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riizer13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35: Pertunjukan Dadakan Sekolahan
“Ternyata bisa bernyanyi semuanya,” kata Alseenio tersenyum ramah sambil menahan dahinya agar tidak berkedut dan tidak berekspresi marah.
Alseenio sedang di kondisi serius, pasalnya ia sedang dikejar oleh hukuman misi yang tidak masuk akal dan bisa mengakibatkan kematian baginya.
Tidak bisa berbicara selama 10 tahun lamanya, bisa-bisa dirinya menjadi gila dan hilang akalnya jika tidak kuat.
Waktu Misi Sampingan telah berjalan sejak panel pemberitahuan muncul, ia harus menggunakan waktu sebaik mungkin tanpa membuang waktu yang banyak.
Ini adalah kondisi yang menyenangkan dan juga mengerikan.
“Untuk murid atau guru yang jago dalam bernyanyi tolong angkat tangan,” ujar Alseenio yang masih sabar dan tenang, “dimohon untuk serius, ya ….“
Melihat wajah tampan Alseenio yang serius dengan nada bicaranya yang lembut, akhirnya mereka semua ikut serius dan tidak mengangkat tangannya secara bersama lagi.
Mereka dengan kompak menunjuk ke satu orang murid perempuan untuk maju ke depan lapangan dan bernyanyi bersama Alseenio.
Sebagai teman satu sekolahan, mereka semua saling membantu dan memberikan dukungan verbal atau non-verbal.
Murid perempuan yang ditunjuk untuk bernyanyi bersama Alseenio itu pun mengangkat tangan, Alseenio bisa melihat anak murid ini dan memintanya untuk ke depan.
Tim Semfack membantu Alseenio dalam pertunjukan ini untuk membawa bangku belajar di kelas dan satu mic lagi untuk anak murid perempuan yang bisa bernyanyi ini.
Siswi tersebut duduk di sebelah bangku Alseenio, keduanya duduk di depan lapangan sedikit berhadap-hadapan.
Alseenio melihat bahwa wajah murid perempuan ini terasa familiar dan pernah ia lihat sebelumnya.
Begitu ketika Alseenio mengamati dan mencoba mengingat wajah ini, tiba-tiba suara Abang MV terdengar di belakangnya.
“Bukankah kamu murid yang mengenakan gaun daerah tadi?“ celetuk Abang MV setelah melihat wajah siswi yang duduk di bangku sebelah Alseenio.
Murid tersebut memegang mikrofon lainnya, mengangguk dan berkata dengan senyum, “Iya, itu aku.“
Abang MV terkejut setelah mendengar jawaban murid tersebut, ia tidak mengira bahwa murid satu ini bisa bernyanyi juga.
“Ini gitarnya sudah bisa langsung dipakai.“
Ketika tim Semfack terpana dan mengobrol singkat dengan murid tersebut, pengurus sekolah datang dengan gitar elektrik dan perangkat audio yang sudah terpasang dengan gitar elektriknya.
Gitar akustik elektrik tersebut diberikan ke Alseenio dan perangkat audionya diletakkan tidak jauh dari Alseenio, keluaran suarannya diarahkan ke murid-murid dan guru yang menonton.
“Terima kasih,” ucap Alseenio dengan ramah.
Pengurus tersebut mengangguk sambil tersenyum lebar, lalu kembali mundur dari area depan lapangan.
Di depan lapangan ada tim Semfack yang menemani Alseenio, mereka memegang kameranya untuk merekam pertunjukan yang akan Alseenio laksanakan.
Mikrofon yang diberikan kepada tim semfack dikembalikan lagi ke Alseenio untuk memulai bernyanyi.
“Kita mau menyanyikan lagu apa?“ tanya Alseenio yang menggunakan mikrofon untuk berbicara.
Seketika para penonton berkata dengan keras dan mengeluarkan semua sarannya masing-masing.
“Lagu Bahasa Indonesia saja!“
“Lagu Bahasa Jawa yang liriknya 'Wongko ngene', Kak Nio!“
“Lagu penyambut jodoh kalau bisa, aku ingin punya jodoh setampan kamu, Kak Alseenio!“
“Nyanyi lagu yang lirik lagunya 'sudah tiga bulan 'ku hamil duluan' saja, Kak Nio! Biar romantis.”
“Di luar akal sehat yang meminta menyanyikan lagu ciptaan Awang yang judulnya 'Kasih Sayang Kepada Kedua Orang Tua'. Citra tampan Alseenio akan rusak.“
Kebanyakan permintaan para murid dan guru sulit untuk dituruti oleh Alseenio dan murid perempuan yang bersedia bernyanyi bersama.
“Bagaimana dengan lagu 'Rewrite The Stars' dari Pemain Sandiwara Terbagus?“ Alseenio bertanya kepada murid perempuan tersebut dengan nada yang ramah.
“Emm … boleh, kebetulan aku suka dengan lagu itu.“ Murid perempuan tersebut mengangguk setuju.
“Baiklah, kamu cari liriknya di ponselmu dahulu agar tidak lupa, aku juga ingin melihat kunci gitarnya.“
Alseenio menginstruksikan kepada murid tersebut untuk melakukan persiapan sebelum memulai penampilan mereka berdua.
Mikrofon yang dipegangnya diserahkan kepada Tim Semfack untuk mengulur waktu.
Abang MV dan Bang Amir begitu antusias dengan pertunjukan ini, mereka berbincang dengan salah salah satu penonton dan sempat bercanda kecil.
“Lebih tampan Bang Amir atau Bang Alseenio?“ tanya Abang MV ke salah satu penonton di baris terdepan.
Mikrofon di tangan Abang MV ditunjukkan ke arah murid yang ditanya.
“Bang Alseenio!“ Murid yang ditanya tersebut dengan lantangnya menjawab.
“Tidak perlu bersemangat, aku memang tampan,” kata Abang MV dengan percaya diri.
Ekspresi Abang MV begitu menggelikan dan membuat para penonton tertawa.
Bang Amir mengambil mikrofon di tangan Abang MV dan berkata, “Terkadang menjadi orang yang percaya diri bukan suatu hal yang baik.“
“Hahaha, benar juga!“
“Perutku keram, sialan!“
“Uhuk! Tolong hentikan! Aku sudah lelah tertawa!“
“Hahaha, kodok ketawa! Acumalaka!“
“Beliau satu ini mengundang gelak tawa!“
Abang MV tersenyum canggung dan tertawa kecil sambil menggaruk-garuk kepalanya.
Di dalam hatinya ia puas karena berhasil membuat orang-orang tertawa dengan candaannya dan secara tidak langsung menciptakan keadaan menjadi santai dan cair.
Bang Amir menyerahkan mikrofonnya kepada Alseenio, sebab Alseenio dan murid perempuan tersebut sudah selesai melakukan persiapan.
“Oke, namamu siapa?“ Alseenio ingin tahu nama murid perempuan ini dan ia bertanya.
“Namaku Bila,” jawab Murid perempuan tersebut dengan senyum manisnya.
Pipi Bila masih berubah merah sejak awal berinteraksi dengan Alseenio, ketampanan dan aura yang terpancar dari tubuh Alseenio dengan mudah membuat para wanita yang dekat langsung tersipu.
Alseenio mengangguk tanda mengerti dan berkata serius, “Baiklah, kita akan mulai bernyanyi.“
Murid bernama Bila itu menatap Alseenio sekilas dan mengangguk. Bila tidak sanggup melihat wajah Alseenio terlalu lama, takut dirinya gila dan mabuk akan pesona Alseenio.
Jari-jarinya bergerak memetik senar gitar, alunan musik lagu yang renyah dengan melodi yang terdapat perasaan sedih dan keengganan di setiap orang yang hadir.
Begitu Alseenio memainkan gitar, para penonton terdiam.
Mereka semua mengangkat ponsepnya tinggi-tinggi untuk melihat penampilan Alseenio.
Ketika bermain gitar untuk pembukaan lagu, Alseenio sempat menatap sekian detik ke arah Bila. Sorot mata Alseenio ketika melihat Bila tampak sedang memberikan sebuah kode berancang-ancang.
Bila secara langsung sadar akan hal ini, dan mengangguk.
Keduanya telah memahami maksud satu sama lain, sesuai dengan rencana yang didiskusikan sebelumnya.
Dengan keberanian yang kuat dan ketegasan yang bulat, Bila tiba-tiba bergerak, dan itu mengejutkan orang yang menonton.
Bila menggeser kursinya ke sebelah Alseenio, jarak keduanya begitu dekat hanya dipisahkan oleh jarak beberapa sentimeter saja.
Tangan Bila yang memegang mikrofon menjulur ke arah mulut Alseenio, ia memegang mikrofon untuk Alseenio bernyanyi.
Dikarenakan Alseenio hanya memiliki dua tangan dan semuanya terpakai untuk memainkan gitar, ia meminta Bila untuk memegangi mikrofon untuk di awal lagu.
“You know i want you.“
“Itu bukanlah rahasia yang aku coba untuk sembunyikan.“
“I know you want me.“
“Jadi jangan katakan kalau kita tidak bisa berbuat apa-apa.“
Suara yang indah dan enak didengar langsung menusuk gendang telinga orang-orang sehingga membuat perasaan nyaman yang tak terkatakan.
Penonton diam, mereka fokus mendengarkan suara Alseenio dengan seksama.
Guru-guru menyimak nyanyian Alseenio dan sebagian dari mereka memejamkan matanya untuk bisa merasakan isi lagu yang dinyanyikan.
“What if we rewrite the stars?“
“Katakan kalau kamu memang ditakdirkan bersamaku.“
“Nothing could keep us apart.“
“Kamu akan menjadi seseorang yang memang seharusnya kutemukan.“
Suara Alseenio berubah tinggi dan ia bernyanyi sesekali melihat Bila.
Khas Alseenio bernyanyi ialah mulutnya tersenyum saat bernyanyi. Hal itu membuat Bila memerah dan menundukkan wajahnya.
Mendesis!
Orang-orang terpesona dengan kemampuan bernyanyi Alseenio. Suara magnetis dipadukan dengan kemampuan bernyanyi tingkat menengah memang tidak diragukan lagi membuat penonton terpana.
Semua orang dapat mengerti apa arti lirik yang dinyanyikan oleh Alseenio.
Seorang pria yang yakin bahwa wanitanya yang hendak pergi adalah seorang wanita yang ditakdirkan untuk bersamanya dan tidak akan pernah bisa dipisahkan.
Sesungguhnya, semua itu tergantung keduanya yang menjalani sebuah hubungan, bukan orang lain. Pria ini ingin meyakinkan bahwa mereka berdua bisa bersama.
Alseenio bernyanyi dengan baik, saat ini giliran Bila.
Orang-orang, sudah menantikan penampilan Bila dan ingin melihatnya bernyanyi.
“Kamu pikir itu mudah.“
“Kamu pikir aku tidak ingin berlari ke arahmu.“
“But there are mountains.“
“Dan ada pintu yang tidak bisa kita masuki~”
Suara yang lembut dan merdu keluar dari mulut Bila.
Orang-orang seketika merasakan kegembiraan, ternyata temannya yang satu ini bisa seimbang dan menyesuaikan dengan Alseenio.
Alseenio pun tersenyum mendengar kemampuan bernyanyi Bila, untungnya ini sesuai harapannya.
Kini Alseenio makin semangat untuk bernyanyi karena memiliki lawan bernyanyi yang cukup bagus.
Pandangan Alseenio tertuju ke sosok Bila yang sedang bernyanyi, perempuan ini tidak ingin melihat Alseenio dan hanya melihat ke arah penontonnya.
Jelas sekali Bila sedang berkonsentrasi dan tidak ingin mengecewakan penampilan pertunjukan Alseenio.
“Kamu akan tersadar dan melihat bahwa semua ini sia-sia.“
“No one can rewrite the stars.“
“Bagaimana kamu bisa berkata bahwa kamu menjadi milikku?“
“Everything keeps us apart~”
“Dan aku bukanlah seseorang yang seharusnya kamu temukan.“
Lirik yang dinyanyikan Bila memiliki makna yang sebaliknya dengan yang dinyanyikan oleh Alseenio.
Wanita dari pria yang memiliki pendapat bahwa semua ini sangat sulit diwujudkan, hubungan mereka tidak bisa disatukan, bahkan wanita ini membantah semua yang diucapkan oleh pria.
Semuanya bukan tergantung pada dirinya sendiri, melainkan orang lain yang menilainya pantaskah mereka bersama atau tidak.
Cukup sedih.
Perubahan nada yang terkesan membara, melodi yang keluar dari gitar Alseenio mainkan pun menjadi cepat dan emosional.
Abang MV datang membawa mikrofon milik Alseenio dan memeganginya untuk Alseenio bisa bernyanyi.
Tampak lucu jika dilihat, tetapi tidak ada yang bisa lakukan untuk saat ini, sebab keadaan mereka terbatas dan tidak memiliki persiapan yang matang.
Alseenio menatap Bila dan Bila pun menatap Alseenio, dan keduanya membuka mulut bersamaan dan bernyanyi bersama.
“Yang aku inginkan hanyalah terbang bersamamu!“
“Yang aku inginkan hanyalah jatuh bersamamu!“
“So just give me all of you!“
Suara mereka berdua sangat harmonis, bercampur dengan baik dan melahirkan suara yang indah dan sangat enak untuk didengar.
Di lirik ini mereka berdua tidak sadar membangun lagu yang dinyanyikan, orang-orang dapat merasakan bahwa cerita pria dan wanita akhirnya satu pikiran dan tujuan.
Awalnya bertentangan, tetapi akhirnya mereka yakin untuk bersama.
Keduanya tampak bersemangat sebab lirik ini dinyanyikan dengan nada yang tinggi.
Bila memandang Alseenio ketika menyanyikan lirik setelahnya dan mereka saling beradu pandangan dan cara bernyanyi mereka seakan bersahut-sahutan.
“Itu terasa tidak mungkin.“ Bila bernyanyi.
“Itu mungkin,” Alseenio menjawab dengan lirik berikutnya.
“Apakah itu tidak mungkin?“
“Say that it's possible!“
Keduanya bernyanyi dengan nada yang begitu tinggi hingga mereka sedikit mengangkat kepalanya.
Lagunya terus dinyanyikan penuh semangat dan nada yang tinggi.
Keduanya bernyanyi bersama dengan penuh kekuatan dalam nyanyiannya.
Alseenio menyesuaikan melodi yang dikeluarkan oleh gitar dan meningkatkan volume bunyi gitarnya.
“It’s up to you, and it’s up to me.“
“Tidak ada yang bisa mengubahnya.“
“And why don’t we rewrite the stars?“
“Mengubah dunia untuk menjadi milik kita.“
Bunyi gitar Alseenio berubah menjadi samar-samar, tetapi lantunan nadanya masih ada.
Alseenio melirik Bila yang siap menyanyikan lirik terakhir dan mereka saling memberi kode.
Di detik berikutnya, Alseenio tersenyum dan siap mendengarkan suara Bila.
“Kamu tahu aku menginginkanmu.“
“Itu bukanlah rahasia yang aku coba sembunyikan.“
“Tetapi aku tidak bisa memilikimu.“
“We’re bound to break and my hands are tied ….“
Dalam sekejap, Alseenio bertepuk tangan dengan puas dan orang-orang ikut bertepuk tangan.
Tim Semfack dan para guru tersenyum senang setelah lagu ini selesai.
Bila berhasil menyanyikan lirik lagu terakhir dengan baik, perasaan wanita yang kecewa bisa dirasakan oleh orang dari nyanyian Bila walaupun tidak begitu mudah karena kurangnya pengalaman bernyanyi.
Di akhir lagu menyiratkan sebuah makna bahwa wanita kecewa atas keputusan pria, pria yang di awal meyakini bahwa mereka bisa bersama ternyata di akhir cerita sebaliknya, pria tersebut berkata bahwa mereka memang tidak bisa bersama, terdapat sebuah jurang (masalah/perbedaan) di antara mereka berdua yang mengakibatkan tidak bersama.
Wanita tersebut kecewa seakan ia terikat dengan perasaan mencintai pria tersebut.
Murid dan guru atau orang yang mengerti bahasa Inggris akan merasa sedih karena liriknya.
Oleh sebab itu, terdapat murid dan guru yang menangis sambil bersorak bahagia.
Alseenio dan Bila bangkit dari kursi dan mereka berpegangan satu tangan dan sedikit membungkuk ke arah penonton.
“Terima kasih!“
Euforia kesenangan atas lagu yang berhasil dinyanyikan Alseenio dan Bila begitu terasa.
Anak murid laki-laki memukul drum yang dibawa untuk yel-yel supporter lomba futsal, atmosfer lebih heboh dan pecah.
Para Motovlogger tersenyum atas penampilan Alseenio, sebab mereka yakin bahwa ini akan viral dan panas.
Adegan itu berlangsung beberapa menit dan Alseenio bersama Tim Semfack pamit untuk undur diri setelah menyaksikan beberapa perlombaan dimulai.
Melihat waktu sudah siang dan dirasa sudah terlalu lama, Tim Semfack sepakat untuk pergi.
“Terima kasih atas izinnya dibolehkan ke sini, semoga sekolah ini makin maju dan sejahtera, Pak.“ Abang MV berjabat tangan dengan Bapak Kepala Sekolah.
“Sama-sama, saya juga berterima kasih kepada kalian semua karena sudah bisa hadir untuk memeriahkan acara Class Meeting ini, kalian bisa lihat, anak-anak menjadi lebih bersemangat dengan adanya kalian,” ucap Bapak Kepala Sekolah dengan senyum ramah.
“Benar juga. Ya sudah, kita pamit untuk pulang, Pak.“
“Hati-hati di jalan, ya.“
“Iya, Pak!“
Tim Semfack dan Alseenio menaiki sepeda motornya masing-masing dan bersiap untuk pergi.
Murid-murid perempuan banyak yang meneriakkan nama Alseenio, terlihat wajah mereka yang enggan ditinggal oleh Alseenio.
“Jangan pergi, tolong!“
“Hati-hati di jalan, Bebeb Nio!“
“Jangan kencang-kencang bawa sepeda motornya, jangan sampai tergores wajahnya, aku tidak rela!“
“Abang Nio, aku tunggu kehadiranmu ke sekolah aku lagi.“
Alseenio hanya bisa menanggapi dengan senyuman dan lambaian tangan.
Kemudian mereka melaju keluar meninggalkan lapangan sekolahan.
Sosok Tim Semfack semuanya menghilang di pertigaan jalan besar dan tidak terlihat lagi di mata para murid dan guru.