Ikutin kisahnya yang berakhir dengan perpisahan dan air mata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cha Yoka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 36
Dae menunggu kedatangan Ilyas dengan rasa cemas. Dia melihat Papa dan Mamanya sedang makan malam di ruang makan.
Dae berjalan ke teras rumah menunggu Ilyas. Tak berapa lama, mobil Ilyas datang memasuki perkarangan rumah Dae.
Dae tersenyum melihat kedatangan Ilyas. Sebenarnya dia merasa tak enak, karena sudah mengkhianati Ilyas. Dia harus berbicara jujur dengan Ilyas. Tapi Dae menunggu waktu yang tepat untuk melakukannya.
Ilyas keluar dari mobilnya dan tersenyum melihat Dae yang menunggunya di teras rumah.
"Maaf ya sayang, aku agak telat. Tadi jalanan sedikit macem," jelas Ilyas saat menghampiri Dae.
"Iya Yas gak apa-apa. Kita berangkat sekarang?" tanya Dae.
"Yuk, biar gak kemalaman pulangnya nanti," jawab Ilyas.
"Ayo pamit sama Mama dan Papa aku. Mereka ada di dalam," ajak Dae.
Ilyas mengikuti Dae masuk ke dalam rumahnya untuk meminta izin kepada orang tuanya.
Dae menghampiri orang tua Dae yang sedang makan malam.
"Ma, Pa, aku berangkat dulu ya. Nih teman aku udah datang," ucap Dae berpamitan.
Papanya Dae, melihat ke arah Ilyas dengan tatapan yang tak biasa. Dia seperti melihat wajah seseorang, namun segera di pungkirinya.
"Oh, nak Ilyas mau pergi sama Dae ya?" tanya Mama nya Dae.
"Iya Tante, Om, saya mau ngajak Dae makan diluar, sekalian mau ngobrol-ngobrol," jawab Ilyas.
"Kenapa gak di kenalkan sama Papa, Dae?" tanya Papanya.
"Ah Papa, nih teman Dae, namanya Ilyas. Kalau mau kenal nanti Ilyas kemari lagi. Kalau sekarang Dae ada urusan sama Ilyas. Besok aja ya Pa," pinta Dae dengan ngelendot ke Papanya.
"Mmm, baiklah. Kalian pergilah, nanti keburu malam. Ingat jangan lama-lama nganter Dae pulang ya," ucap Papanya.
"Iya Om, pasti saya akan mengantarnya tepat waktu," balas Ilyas tersenyum.
Lagi-lagi Papanya Dae tertegun melihat senyuman di wajah Ilyas. Itu mengingatkannya kepada seseorang di masa lalunya.
"Kami pamit dulu ya Pa, Ma, Assalamu'alaikum," ucap Dae.
"Wa'alaikumussalam," balas Mama dan Papanya bersamaan.
Ilyas pun melakukan hal yang sama, berpamitan dan mengucapkan salam.
Ilyas dan Dae pergi keluar dari rumah Dae dan berjalan menuju mobil. Ilyas membawa Dae ke sebuah rumah yang sederhana.
Dalam perjalanan, Ilyas merasa bahagia. Akhirnya bisa memperkenalkan seorang wanita yang di cintainya ke hadapan Ibunya. Jalan yang di tempuh menuju rumah Ibunya tidak jauh. Jalanan juga tidaklah macet.
Sepanjang perjalanan baik Ilyas maupun Dae tidak ada yang membuka suara. Dae merasa bimbang untuk meneruskan hubungan ini. Dia sangat merasa bersalah. Sesekali Dae menoleh ke Ilyas yang fokus menyetir.
Ternyata gerak-gerik Dae terlihat dari sudut ekor mata Ilyas.
"Kenapa Dae? Apa ada yang salah?" tanya Ilyas tiba-tiba.
"Ah, eh nggak kok Yas. Emang ada apa? Kok nanya begitu?" tanya Dae balik.
"Dari tadi aku ngelihat kamu menoleh ke aku terus. Apa ada yang ingin kamu sampaikan?" tanya Ilyas mengerutkan keningnya.
"Ah aku hanya gugup saja. Karena baru kali ini aku bertemu dengan Ibumu, jadi mungkin aku sedikit gerogi," elak Dae yang tak berani menatap ke Ilyas.
"Kamu tenang aja Dae. Ibu ku orangnya baik kok. Dan beliau selalu setuju dengan apa yang aku inginkan. Karena dia lebih mementingkan kebahagiaanku dari kehidupannya sendiri," jelas Ilyas.
"Ibu kamu sangat menyayangi kamu ya Yas. Emang Papa kamu kemana Yas?" tanya Dae seketika.
Ilyas terdiam dan mencengkeram setir mobilnya hingga kuku-kukunya menancap di kulit setirnya. Ilyas seolah-olah diingatkan dengan sosok Ayahnya yang meninggalkan mereka pada saat dia masih bayi. Dan hanya Ibunya saja yang membesarkannya dengan penuh perjuangan. Sedangkan Ayahnya ntah pergi kemana.
"Yas, kok kamu diam? Apa ada yang salah ya dengan ucapanku?" tanya Dae yang merasa gak nyaman.
Ilyas menoleh ke arah Dae dan mencoba tersenyum.
"Oh, Ayah aku udah lama meninggal saat aku masih bayi. Jadi aku tinggal sama Ibu ku dari dulu. Tapi setelah aku besar, aku dan Ibu pindah ke Jakarta mengadu nasib. Ternyata disini aku bisa memberikan kebahagiaan terhadap Ibu ku," jawab Ilyas yang mencoba menutupi kebohongannya.
"Aduh aku salah ya nanyain begitu? Maaf ya Yas, aku gak tau," ucap Dae yang tak enak hati.
"Ah nggak apa-apa Dae. Itu hal biasa kok," balas Ilyas tersenyum palsu.
Akhirnya mereka sampai ke rumah Ibunya Ilyas. Dia memarkirkan mobilnya di perkarangan rumah yang luas. Walaupun rumah itu terlihat sederhana tapi memiliki taman yang sangat luas dan indah.
Dae menatap sekeliling, halaman yang ditumbuhi tanaman bunga yang cantik-cantik serta adanya kolam ikan dan air terjun yang menyejukkan mata. Selain itu juga rumah yang unik bergaya Jawa kombinasi Eropa. Dae sungguh takjub memandangnya.
"Dae, ayo masuk. Ibu pasti sudah menunggu kita," ajak Ilyas.
Dae tersentak dan kembali dalam kesadarannya, dia pun mengikuti Ilyas memasuki rumah yang unik itu.
"Assalamu'alaikum Bu..." panggil Ilyas.
"Wa'alaikumussalam nak," sahut Ibunya dari dalam.
Lalu pintu rumah itu terbuka dan memperlihatkan sosok wanita paruh baya yang sepantaran dengan orang tuanya.
"Ayo masuk Yas, bawa teman kamu," suruh Ibunya.
Ilyas dan Dae masuk ke dalam rumah mengikuti Ibunya ke ruang tamu.
"Bu, ini yang aku ceritakan sama Ibu, namanya Dae. Dia bekerja di Perusahaan yang saat ini bekerja sama dengan Perusahaanku Bu," ucap Ilyas memperkenalkan Dae.
Dae menyalami Ibunya Ilyas dan mencium tangannya.
"Oh ini toh yang namanya Dae. Pantes Ilyas itu selalu meminta Ibu untuk bertemu dengan nak Dae. Ternyata orangnya cantik," puji Ibunya Ilyas.
Dae tersipu malu mendengar Ibunya Ilyas memberikan pujiannya.
"Dia tidak hanya cantik Bu, tapi juga baik dan pekerja keras. Ilyas sangat mencintainya," sambung Ilyas.
"Oh ya, Ibu sudah masak buat makan malam. Nak Dae pasti belom makan kan?" tanya Ibunya Ilyas.
"Belum Bu," jawab Dae.
"Iya, Ilyas juga sudah laper Bu. Ayo kita makan," ajak Ilyas.
Dae dan Ilyas mengikuti Ibunya ke meja makan. Disana sudah banyak terhidang makanan yang terlihat lezat.
"Apakah ini semua Ibu yang masak?" tanya Dae tak percaya.
"Iya nak Dae. Ibu masak sendiri. Lagian Ibu emang suka masak. Jadi ya Ibu masak aja semau Ibu," jawab Ibunya Ilyas.
Mereka pun duduk di kursi masing-masing. Dae mulai mengambil nasi untuk Ilyas. Lalu dia mengambil untuk dirinya sendiri.
"Dinikmati ya nak Dae. Semoga masakan Ibu enak dilidah.Ayo silahkan diambil lauknya," ucap Ibunya Ilyas.
Lalu Dae pun segera mengambil beberapa lauk yang memang dari tadi sudah membuat ilernya hampir keluar. Dae mencoba beberapa menu makanan yang ada diatas meja makan.
Mereka makan dengan nikmat dan diselingi dengan obrolan dan sesekali candaan.
Makan malam pun berjalan dengan baik, Ibunya Ilyas sangat menyukai Dae yang sopan. Setelah menyelesaikan makan makan malam, mereka kembali ke ruang tamu untuk melanjutkan obrolan di meja makan.
"Oh ya nak Dae, dirumah tinggal sama Mama dan Papanya saja ya?" tanya Ibunya Ilyas.
"Iya Bu, saya anak tunggal. Dan Papa saya bekerja di Instansi Pemerintah. Sedangkan Mama saya membuka usaha Butik baju. Jadi dirumah hanya kami bertiga dan pembantu rumah," jawab Dae memberitahu.