Sebuah kota yang ditimpa tragedi. Seseorang baru saja membakar habis gedung pengadilan di Withechaple, Inggris. Beruntung tidak ada korban jiwa.
Seorang detektif hebat ditugaskan menangkap sang pencuri Lupin. Waktu yang dimiliki Wang yi semakin terbuang sia-sia. Semakin ia merasa bisa menangkap pencuri Lupin, semakin ia terjebak dalam permainan menyebalkan yang dibuat oleh musuh. Beruntungnya gadis cantik bernama Freya, yang bekerja menyajikan bir untuk para polisi di kedai setempat selalu memberinya motifasi yang unik.
Selama beberapa Minggu, Wang yi menyusun rencana untuk menangkap sang Lupin. Hingga sebuah tugas melindungi mahkota Atlantis tiba di kota itu. Wang yi akhirnya berhasil mengetahui siapa sosok sang Lupin. Namun, ketika sosok itu menunjukan wajahnya, sebuah rahasia gelap ikut terkuak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Anonimity, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 18 : Kekalahan Yang Menyedihkan
Kaca depan rumah sakit pecah satu per satu seperti tembakan peluru. Api sudah menjalar dari gudang belakang sampai ke lobi utama. Orang-orang berlarian tanpa arah. Perawat, pasien, dan warga sekitar bercampur dalam teriakan panik. Salah satu perawat berusaha menarik seorang pasien di kursi roda keluar dari pintu, tapi roda tersangkut di ambang yang terbakar. Seorang pria datang membantu, menendang kursi itu hingga lepas, lalu mendorongnya keluar ke jalan. Asap hitam keluar dari ventilasi, menutupi separuh langit malam.
Ambulans dan mobil pribadi berhenti sembarangan di jalan depan gedung rumah sakit. Ada yang berteriak memanggil dokter, ada yang menangis mencari anggota keluarga yang belum keluar. Seorang bayi menjerit di pelukan ibunya, sementara bau rambut terbakar mulai menyebar di udara. Dua petugas keamanan mencoba menahan orang-orang agar tidak masuk kembali, tapi sebagian tetap nekat.
"Masih ada orang di ruang rawat intensif!" teriak seseorang. Seorang laki-laki berlari dengan selimut basah menutupi kepala, menubruk masuk ke dalam gedung tanpa berpikir panjang. Sirene meraung keras dari segala arah. Dua mobil pemadam berhenti mendadak di depan gerbang. Para petugas melompat turun, menarik selang besar, menyemprotkannya ke arah kobaran api di lantai dua. Tapi tekanan air tidak cukup kuat untuk menembus jendela yang masih menyala merah.
Sementara itu, beberapa pasien yang baru keluar terbaring di trotoar, sebagian masih mengenakan infus di tangan. Seorang dokter muda berlutut di samping mereka, memeriksa nadi satu per satu dengan tangan gemetar. "Tolong cari oksigen! Cepat!" teriaknya, tapi tak ada yang menjawab. Semua sibuk dengan kepanikan masing-masing.
Kaca di bagian barat rumah sakit meledak, menyemburkan percikan api besar ke jalan. Orang-orang mundur sambil menjerit. Bau bensin terasa kuat, membuat semua orang sadar bahwa ini bukan kecelakaan biasa. Frank datang dengan radio di tangannya, mencoba menenangkan warga yang mulai berdesakan. "Mundur semua! Pemadam masih bekerja!" katanya, tapi suaranya kalah oleh deru api dan tangisan.
Di tengah kekacauan itu, seorang wanita paruh baya terduduk di tanah, menatap gedung yang terbakar tanpa kata. Di tangannya, masih tergenggam kartu pasien atas nama 'Tamara Lin.' Ia tidak menjerit, hanya menatap kosong, seolah pikirannya belum sanggup menerima apa yang sedang terjadi. Asap makin tebal. Lampu jalan di depan rumah sakit berkedip, lalu padam. Dalam kegelapan yang tersisa, api menjadi satu-satunya cahaya—menelan bangunan itu perlahan, sampai seluruh langit Whitechapel berubah jingga dan hitam.
Wang Yi cukup terkejut ketika menerima kabar dari Frank. Dugaannya benar, si pembakaran ingin menghancurkan kota ini dengan membakar gedung-gedung yang menjadi penyangganya. Sekarang setelah gedung rumah sakit terbakar, Warga Whitechaple terpaksa harus pergi lebih jauh ke kota besar untuk menerima pelayanan sampai gedung rumah sakit Whitechaple diperbaiki kembali. Tapi itu akan memakan waktu yang mungkin cukup lama. Wang Yi kembali berfikir, dendam apa yang dimiliki si pembakar pada kota kecil ini.
Setelah sambungan telepon di tutup, Wang Yi berlari menuju ruang kontrol. Sesampainya di sana, semua petugas yang berjaga masih belum bangun. Samar-samar Wang Yi mencium bau gas yang mulai menipis. Itu gas tidur yang membuat para petugas di ruangan ini tidak sadarkan diri. Wang Yi beruntung karena ia datang saat gas itu telah menipis, jika tidak—ia akan ikut tidak sadarkan diri bersama mereka.
Wang Yi memeriksa rekaman CCTV. Awalnya tidak ada yang aneh, sampai tiba-tiba semua kontrol CCTV terputus dan mati. Wang Yi berdecak kesal, ia tahu perbuatan siapa itu. Tanpa berpikir panjang, Wang Yi kembali berlari, tapi kali ini menuju tempat mahkota Atlantis di simpan.
Sang Lupin telah berada di sana lebih dulu. Ia sudah hampir mengambil mahkota itu setelah membuka Vitrin kaca. "Tunggu!" Gerakan tangan sang Lupin berhenti. Wang Yi datang tepat Waktu sebelum sang Lupin berhasil mengambil mahkota. Meski terengah-engah karena berlari dari ruang kontrol, Wang Yi tetap menjaga stabilitasnya. Ia menodongkan pisau ke arah sang Lupin. "Kali ini tidak ada kesempatan untukmu bisa lolos." Ucap Wang Yi.
"Begitukah." Sang Lupin membalas dengan dingin.
Dari arah lain, melesat sebilah pisau kecil. Beruntung Wang Yi refleks menghindar. Rupanya sang Lupin bukan hanya satu orang. Dari Kegelapan, Lupin lainnya muncul. Dialah yang melemparkan pisau untuk menyerang Wang Yi. Lupin yang muncul kali ini adalah seorang laki-laki, terbukti dari postur tubuhnya yang tinggi tegap. Sialnya Wang Yi tidak bisa melihat wajahnya karena tertutupi topeng dan topi Fedora.
"Ck, kalian ingin bermain keroyokan?" Wang Yi menembak ke arah Lupin laki-laki. Tembakan tersebut meleset karena sang Lupin berhasil menghindar. Lupin perempuan yang bertugas mengambil mahkota, menembakan sesuatu ke langit-langit, membuat retakan lubang. Cukup besar untuk seukuran manusia.
Wang Yi menyadari Lupin perempuan berhasil mengambil mahkota dan ingin lari. Wang Yi mengarahkan pistolnya pada Lupin perempuan, tapi Lupin laki-laki mencekalnya. Terjadi pertarungan Fisik diantara mereka. Wang Yi mengakui kalau Fisik dari Sang Lupin laki-laki sangat kuat, setara dengannya. Ditambah dengan keahlian bertarungnya. "Teknik petarung jalanan, ya." Gumam Wang Yi.
Lupin perempuan menembakan tali khusus ke retakan langit-langit yang telah di buatnya. Wang Yi menyadari hal itu. Wang Yi menembak Lupin laki-laki yang dengan cepat menghindar. Tapi sebenarnya itu hanya pengalihan. Tujuan sebenarnya Wang Yi adalah Lupin perempuan. Tepat saat Lupin perempuan hendak kabur ke atas melalui tarikan tali, Wang Yi mencengkram pergelangan kakinya. Membuat Lupin perempuan sulit bergerak ke atas karena berat yang tidak sesuai. Keduanya saling bertautan, bertahan satu sama lain.
"Jangan harap bisa membawa mahkota itu." Ujar Wang Yi.
Ujung tali terlepas dari atas, Lupin perempuan terjatuh ke lantai bersama mahkota Atlantis yang terlepas dari tangannya, terbanting cukup jauh, beruntung tidak rusak sedikitpun. Lupin perempuan sedikit merintih. Sepertinya pergelangan kakinya terkilir. Wang Yi hendak mengambil Mahkota Atlantis, tapi Lupin laki-laki kembali datang menghantam Wang Yi. Ia mendorong Wang Yi ke Tembok. Perkelahian mereka kembali berlanjut.
Sementara dua laki-laki itu berkelahi, Lupin perempuan mencoba berdiri meski kakinya terasa sangat sakit. Ia berhasil kembali mendapatkan Mahkota Atlantis. Kemudian berlari tertatih-tatih meninggalkan ruang perkelahian. Wang Yi yang melihat kalau Lupin perempuan berhasil lari membawa Mahkotanya, berniat ingin mengejar, tapi satu pukulan keras mendarat di tengkuknya. Wang Yi jatuh terkapar. Kesadarannya samar-samar menghilang. Sebelum semuanya menjadi gelap, Wang Yi masih bisa melihat langkah kaki Lupin laki-laki yang berjalan menjauh sampai semuanya tidak terlihat apapun lagi.
"Apakah aku...telah kalah?" Gumamnya sebelum tidak sadarkan diri.