Genre : Xianxia, Action, Adventure, System, OverPower, Romance.
Update 2 Chapter/Hari. Jam tidak tentu.
Lanjutan dari Strongest God System
Tidak terasa sudah dua tahun lebih ia bereinkarnasi ke Dunia Kultivator.
Berbagai masalah terus datang kemanapun ia pergi. Namun dari masalah-masalah itulah ia mendapatkan jawaban dari misteri-misteri yang ada.
"Kemarilah! Bergabung denganku! Kumpulkan semua kepingan yang terpisah!"
"Siapa kau?!"
"Kemarilah! Bergabung denganku! Kumpulkan semua kepingan yang terpisah! Cepat!"
Suara-suara yang memanggilnya terus muncul dalam pikirannya. Semakin kuat dirinya, semakin banyak pula perkataan yang muncul dibenaknya.
Lin Chen pergi ke Alam Dewa untuk membalas dendam dan mencari jawaban dari semua pertanyaan. Apakah petualangannya di Alam Dewa dapat berjalan dengan lancar? Ataukah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaKertas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 034 : Pengepungan
Keesokan Harinya
Pulau sudah melayang sekitar dua puluhan mil di atas Profound Ark yang ditumpangi Lin Chen dan tidak lagi bergerak. Hanya saja array yang melindungi pulau belum menghilang, bahkan tidak ada tanda-tanda akan meredup.
Xue Ying mengendalikan Profound Ark agar bisa terbang lebih tinggi dari pulau, dan berhenti untuk menunggu waktu di mana array yang melindungi pulau telah menghilang.
"Kakak. Di seberang sana ada Sekte Pedang Dewa, dan di arah timur ada orang yang mengenakan seragam seperti Sekte Pedang Dewa, namun tidak berwarna emas, melainkan putih dengan awan," ucap Xue Ying menolehkan kepalanya.
Lin Chen menaikkan kacamata hitam yang ia kenakan, ia beranjak dari kursi panjang tempatnya bersantai. Kemudian berjalan ke tepian mencoba melihat ke arah yang dikatakan oleh Xue Ying. Tapi seberapa besarnya ia berusaha untuk melihatnya, bahkan dengan energi spiritual yang sudah dialirkan ke matanya, ia tetap tidak bisa melihat apa yang Xue Ying lihat. "Aku tidak melihat apapun, aku hanya melihat sebuah titik kecil," ucapnya menyipitkan mata.
Xue Ying hanya terdiam dan terkekeh kecil saat melihat raut wajah Lin Chen yang seperti orang tua. Perbedaan kekuatan keduanya sangat jauh, tentu saja apa yang Xue Ying bisa, belum tentu Lin Chen bisa melakukannya.
"Tapi ... pulaunya sudah berhenti bergerak, dan mengapa array yang melindunginya masih aktif?" Lin Chen mengalihkan perhatiannya pada pulau besar di depan bawahnya.
"Tunggu sebentar lagi, Kak. Hanya tersisa beberapa menit lagi," jawab Xue Ying yang masih berdiri di tengah-tengah lingkaran array.
Lin Chen mengangguk kecil dan kemudian kembali bersantai di kursi panjang yang terbuat dari kayu, sembari menatap langit biru dengan kacamata hitam.
Ia mengulurkan tangannya ke meja sebelah kanan dan mengambil botol minum yang berada di atasnya. "Di toko sistem memang ada minuman dan makanan dari Bumi, tapi sayangnya tidak ada barang-barang modern," gumamnya.
Lin Chen meletakkan kedua tangannya di tengkuknya, ia menikmati terpaan angin segar yang bertiup memasuki ruang kapal. Jika ada orang yang melihatnya seperti ini, orang-orang akan beranggapan jika Lin Chen sangat gila dan bodoh karena dengan beraninya bersantai di atas samudera yang sangat berbahaya.
Tapi apa yang diketahui mereka. Bagaimanapun barang-barang yang dimiliki Lin Chen sangat berbeda dengan orang-orang yang sedang berusaha keras untuk mempertahankan posisi Profound Ark agar tetap mengudara, dari perbedaan ini pula banyak yang memandang ke arahnya dengan mata tajam menjelaskan keserakahan.
Tentu saja Lin Chen merasakan tatapan mata itu, ia tidak merasa takut, bahkan di dalam hatinya ia merasakan perasaan senang. Bagaimana tidak, itu adalah uang yang datang kepadanya dengan sendirinya.
"Hah..." Lin Chen menguap karena sangat bosan menunggu menghilangnya array yang melindungi pulau.
Dengan kedua tangan menyentuh kursi kayu, ia menopang badannya untuk duduk. Masih dengan mulut terbuka karena menguap dan mulai mengantuk, ia menatap punggung Xue Ying. "Apakah sudah?"
"Belum." Xue Ying menjawabnya tanpa menoleh maupun berpindah dari dalam lingkaran. Hingga beberapa detik kemudian ia berbalik menatap wajah Lin Chen. "Tapi array yang melindunginya mulai meredup, hanya tinggal menunggu beberapa puluh detik lagi dan akan menghilang sepenuhnya."
"Benarkah?" tanya Lin Chen yang masih belum mau beranjak dari tempat duduknya.
Xue Ying hanya terdiam dan mengangguk kecil sebagai jawaban.
Lin Chen menghela napas panjang, ia berdiri dari tempat duduknya berjalan menghampiri Xue Ying. Ia menatap pulau yang sangat besar di depannya, dan benar saja seperti apa yang dikatakan Xue Ying. Samar-samar pelindung berwarna putih itu mulai meredup, dan di bagian terasa sudah mulai terlihat lubang besar.
Hanya dalam beberapa detik, lubang besar yang tercipta di permukaan pelindung itu semakin membesar dan sudah terbuka setengahnya. Hingga ke detik berikutnya, seluruh array yang melindungi pulau sudah menghilang secara sepenuhnya.
Melihat itu, secara serempak semua Profound Ark yang mengelilingi pulau langsung bergerak memasuki pulau. Namun saat baru saja memasuki kawan pulau, ledakan besar di udara terjadi yang membuat semua orang mengalihkan perhatiannya.
Terlihat sebuah Profound Ark yang hancur berkeping-keping dan terbakar menjadi abu, serta sebuah monster besar yang tingginya hampir menyamai gunung entah dari kapan sudah berada di langit. Monster itu bergerak sangat cepat dan mulai menerkam Profound Ark yang berada di dekatnya.
Lin Chen mengerutkan keningnya saat melihat monster itu, ini adalah kekuatan yang lebih kuat dari Hou Mingzhuan yang telah menembus Ranah Dewa Petir. Ia beranggapan jika basis kultivasi dari monster itu sudah mencapai Ranah Kaisar Dewa.
Tentu saja Lin Chen tidak berdiam diri, dengan cepat Profound Ark yang dikendarainya mendarat dengan selamat di pulau. Meski dikatakan selamat dari kejaran monster yang seperti serigala namun memiliki sayap kelelawar itu, tapi sebenarnya saat mereka baru tiba di pulau, mereka sudah disambut dengan ratusan monster Ranah Jenderal Dewa, Dewa Emas, satu tingkat dibawah Lin Chen.
Ketika Profound Ark mendarat, Lin Chen tidak bisa menahan keterkejutannya. Bukan karena kepungan dari ratusan monster, melainkan dari kepadatan energi spiritual yang sepuluh kali dari Ruang Dimensi, atau seribu kali dari Alam Dewa.
Tanpa berlama-lama lagi Lin Chen melompat turun dari Profound Ark dan menyimpannya kembali setelah semua orang turun. Dengan arahan tangan kanannya yang terbuka ditambah dengan tangan kirinya, ratusan monster yang mengelilinginya terdiam membeku tak bisa bergerak, itu karena tertahan oleh elemen Ruang dan Waktu serta Teknik Benang Pengikat.
Lin Chen melepaskan energi spiritualnya, seketika di langit tercipta fluktuasi energi spiritual yang sangat kuat. Perlahan terlihat lingkaran-lingkaran emas yang di bawahnya terdapat pedang tajam dengan warna yang sama. "Teknik Pedang Penghancur, Gerakan Kelima. Hujan Pedang!"
Ribuan pedang emas itu bergetar seperti menanggapi panggilan Lin Chen. Kemudian melesat tajam bagaikan peluru yang ditembakkan dari senapan mengarah pada ratusan monster serigala dengan ekor yang mengeluarkan api.
[Ding~ Membunuh 345 Monster Ranah Dewa Emas. Mendapatkan 86 Kuardriliun Point Pengalaman +25% dan 8,6 Kuardriliun Point System]
Hou Mingzhuan dan yang lain terdiam, mereka menyadari jika Lin Chen sangat kuat untuk kultivasi yang masih berada ditingkat Jenderal Dewa, tapi tetap saja ini masih mengejutkan mereka seberapa banyakpun melihatnya.
Lin Chen tersenyum puas, baru mendarat di atas pulau dan ia sudah mendapatkan banyak sekali Point Pengalaman, jika ia menemui monster yang sama dengan jumlah dua kali lagi, maka ia bisa menembus Ranah Dewa Giok bintang 7. Lalu jika bertemu 5000 sampai 10 ribu, maka ia bisa menembus Ranah Raja Dewa.
"Ayo kita lanjutkan," ucap Lin Chen bergegas masuk ke arah timur laut setelah ia mengambil semua inti monster.
Mengambil inti monsternya sendiri sangat berbeda seperti dulu, jika dulu ia harus membedahnya terlebih dahulu. Tapi sekarang inti monsternya akan secara otomatis langsung terpisah dan masuk ke dalam penyimpanan sistem.
Kesepuluh Raja Dewa terdiam dan merasa aneh mengapa Lin Chen tidak mengambil inti monster, namun meski begitu mereka hanya diam tidak bertanya dan berlari mengikuti langkah kaki Lin Chen.
Lin Chen dan lainnya terus berlari menuju kedalaman pulau. Berbicara tentang pulau, keadaan alam di sini tidak jauh berbeda dengan pulau yang berada di bawah, hanya saja di sini ukurannya berkali-kali lebih besar. Seperti halnya dengan pohon, jika pohon terbesar di Daratan Tianhu memiliki diameter sepuluh meter. Maka batang pohon di sini bisa dipahat dan dibuat sebuah mansion mewah.
Tapi dari itu semua, hal yang membuat Lin Chen bahagia adalah tingkatan kultivasi dari monster-monster yang tinggal di pulau. Dengan jumlah dan tingkatan monster-monster di sini, ia yakin dapat menembus Ranah Raja Dewa, entah itu Dewa Air maupun Dewa Bumi.
"Yi'er. Apakah kau bisa menemukan harta yang berharga di sini?" Lin Chen bertanya tanpa menolehkan kepalanya dan terus melompat dari dahan pohon ke dahan pohon lainnya.
Xue Ying terdiam sejenak dengan mata terpejam untuk menyebarkan kesadarannya mencari harta berharga. Ketika ia membuka matanya, ia tersenyum tipis dan mengangguk kecil. "Di pulau ini ada lebih dari 200 harta berharga, entah itu senjata maupun artefak, tapi sebagian besar darinya adalah sebuah artefak. Artefak pertahanan, komunikasi, transportasi dan sebagainya."
Lin Chen mengangguk kecil dan kembali bertanya, "Lalu arah ke mana harta yang paling berharga?"
Xue Ying terdiam sejenak dengan raut wajah tampak rumit. "Itu ... lebih baik untuk saat ini kita mencari harta lainnya. Untuk harta paling berharga ini agak sulit ditemukan."
Lin Chen menolehkan kepalanya menatap Xue Ying. Ia merasa aneh dengan penjelasan dari Xue Ying, tapi ia tidak ingin bertanya lebih lanjut, ia mengetahui alasan mengapa Xue Ying seperti menjauhkannya dari harta ini.
"Baiklah. Kalau begitu—" Lin Chen menghentikan perkataannya bahkan sebelum sempat menyelesaikan. Ia berhenti di dahan pohon dan diikuti dengan lainnya.
Lin Chen melepaskan energi spiritualnya dalam radius 500 mil jauhnya, kemudian menghela napas panjang. "Aku tahu kalian sudah dekat dengan kami semua, dari awal saat masih berada di atas samudera, kalian semua selalu menatap kami dengan nafsu membunuh yang kuat. Bukankah ini sudah saatnya bagi kalian untuk keluar?" ujarnya dengan suara pelan, namun bisa terdengar dalam jangkauan ia melepaskan energi spiritualnya.
Tap! Tap! Tap!
Tiba-tiba secara satu persatu terdengar suara langkah kaki dari pepohonan sekitar. Suara itu tidak berhenti terus terdengar hingga akhirnya sepuluh menit berlalu, di pepohonan yang lebat ini, Lin Chen sudah dikepung oleh puluhan ribu Kultivator Ranah Dewa Putih sampai Dewa Perunggu.
Ketika merasakan banyak sekali orang-orang yang mengepungnya. Lin Chen menyeringai lebar dengan nafsu membunuh yang keluar darinya, dari senyumannya saja bisa membuat tubuh orang bergidik ketakutan. "Point Pengalaman! Aku datang!"
...
***
*Bersambung...